Sekar melototkan mata membaca isi chat Shaka. Dia menggigit bibirnya.
'Bang Kay, pacar Sekar kenapa gemes banget~"Pacarnya Sekar❤️SayaangggAllahu akbar!Sekar menyerah. Lambaikan tangan ke kamera.Pacarnya Sekar❤️Sayang, dari tadi kok cuma diread? Aku ada bikin salah?Pacarnya Sekar❤️Satu menit kalo gak dibalas aku ke kelas kamu yaaSekar buru-buru mengirimkan balasan.Pacarnya Shaka❤️Jangan.Shaka cemberut begitu membaca balasan Sekar.Pacarnya Sekar❤️Sayang, aku beneran ada bikin salah, ya? MaaafPacarnya Shaka❤️Gak gitu. Bentar lagi jam masuk, gak boleh mainan hape.Shaka terkekeh. Teladan banget sih pacar gue.Pacarnya Sekar❤️Yaudah, pacar yang semangat belajarnya. I love you.Sekar merasakan panas di pipinya membaca balasan chat Shaka.Pacarnya Shaka❤️Iya.EvelynTernyata lo cuma anggep omoShaka cemberut. Dia kecewa Sekar berpikiran sedangkal itu tentang dia. "Kalau aku ngambek, kamu bakal bujuk aku, kan?" "Hah?" Sekar mengernyitkan dahi.Shaka menghembuskan nafas. Dia menatap Sekar yang kebingungan. Pacarnya benar-benar polos. Shaka kemudian terkekeh dan mengusap puncak kepala gadis itu."Kamu udah nuduh aku cowok yang gak suka ceweknya makan banyak. Kamu juga udah nuduh aku pacar munafik, Kar~"Sekar melotot. Dia menggelengkan kepalanya."Aku selalu menuhin loker kamu sama segala macam makanan. Tiap ke perpus aku juga nyelundupin makanan supaya kamu bisa makan sambil baca novel kesayangan kamu. Bahkan saku seragam aku selalu ada lolipop yang aku sediain buat kamu. Buat apa aku lakuin itu semua kalau aku gak suka, Kar~" Ucap Shaka pura-pura tersakiti. Padahal dalam hati dia sedang menahan diri untuk tidak tertawa karena melihat wajah Sekar yang sedang merasa bersalah yang sangat menggemaskan."S-Shaka, aku minta
"Hey, lo gak papa?" Pemuda itu melambaikan tangannya di depan wajah Sekar.Sekar berdehem dan menggeleng-gelengkan kepalanya. 'Lo udah punya pacar. Lo udah punya pacar.' "Thanks ya, lo udah nyelametin gue lagi." Sekar menatap cowok itu malu-malu. "Dulu lo juga, kan, yang udah bantu gue pas di perpus."Meskipun masih gantengan Shaka, tapi cowok di depannya ini juga sangat tampan. Dia hanya kalah karena bukan pacarnya Sekar. Coba saja- eh, Sekar langsung menggelengkan kepalanya. Apa yang barusan dipikirkannya. "Lo beneran gak papa, kan? Atau kepala lo pusing?" Cowok itu bertanya. Suaranya begitu lembut menyapa. Sekar meleleh lagi. "Iya, eh enggak!" Sekar memukul kepalanya.'Haduh ganteng banget. Sekar jadi gak fokus.'"Beneran gak papa?" Cowok itu menatapnya.Sekar berdehem sebelum menjawab. "Gue gak papa. Thanks, ya."Cowok itu tersenyum. "Gue antar ke depan. Evelyn dan temennya kemungkinan udah pulan
Zaki Bebas DakiGue sama Kayden ke tempat lo yaSekar melotot begitu membuka pesan baru dari Zaki. Tangannya buru-buru mengetikkan balasan.Sekar CantikJangan. Sekar sebentar lagi jalan kok.Zaki Bebas DakiYaudah gue sama anak-anak nunggu. Jangan lama-lama. Jangan gak jadi dateng lagi kayak kemaren.Sekar merasa bersalah setelah membaca pesan dari Zaki.Riuh tepuk tangan penonton mengalihkan perhatian Sekar. Tim Shaka sedang bersalaman dengan tim lawan. Sepertinya pertandingan telah berakhir. Shaka diusung teman timnya ke pinggir lapangan dengan gembira. Para supporter dari sekolah mereka terus menyorakkan nama Shaka. "Selamat, ya. Tim kamu menang!" Sekar mengucapkan selamat pada Shaka saat sudah berada di depannya."Semua ini karena kamu. Coba aja gak ada kamu, aku gak akan bisa sesemangat tadi. Makasih, ya." Shaka mengacak gemas rambut Sekar. Rasanya sangat bahagia sekarang.***"Kar,"
"Jangan digalakin. Keliatannya dia udah capek banget." Zaki menepuk bahu Kayden. Kayden menatap sebal Zaki. Siapa juga yang ingin memarahi Sekar. Dia hanya menghawatirkan gadis itu. "Pergi lo!""Diusir dari rumah sendiri, bjir." Zaki bersungut-sungut keluar dari rumah. Kayden terkekeh melihatnya.°°°Sekar mondar-mandir di dalam kamar Zaki sambil menggigit kuku jarinya. Sesekali dia melihat jam yang tergantung di dinding kamar."Dah jam sepuluh lewat. Semoga bang Kay sama bang Jaki udah ke rumah depan." Sekar memejamkan matanya dan memutar knop pintu pelan-pelan."A-abang," Sekar menelan ludah melihat Kayden yang duduk menghadap langsung ke kamar Zaki. Mata tajam Kayden menatapnya intens."B-bang Jaki mana?" Tanya Sekar. Tangannya memuntir ujung kaos yang dikenakannya."Udah balik ke rumah depan. Sini," Kayden melambaikan tangannya. Dengan patuh Sekar duduk di sampingnya."Malam-malam kok keramas?" Kay
"Eh?" Sekar tersadar dari lamunannya. Dia langsung kaget melihat wajah Shaka sudah ada di depannya. Jarak mereka begitu dekat. Sekar juga baru sadar dia sedang duduk bersisian dengan Shaka."Ck." Shaka mendengus sebal melihat Sekar yang seperti tidak merasa bersalah sama sekali.Sekar menatap Shaka semakin bingung. Perkataan apa yang dimaksud Shaka. Jangan-jangan dia mengatakan sesuatu yang buruk saat melamun tadi. Atau jangan-jangan Shaka sudah tau bahwa dia sudah menebak rencana jahat Shaka. Sekar meneguk ludahnya kasar. Apa dia kabur sekarang saja.Shaka menatap Sekar dengan sebal. Dia sekali lagi menghembuskan nafas dengan kasar."G-gue punya salah apa lagi?" Sekar memberanikan diri bertanya. Setidaknya kalau Shaka ingin membun-uhnya, dia harus tau kesalahannya dengan jelas terlebih dahulu. Shaka menatap horor Sekar.Sekar yang melihat respon Shaka seperti itu membuatnya semakin bingung. Sumpah Sekar lebih memilih langsung d
"Namanya Kay, jadi bang Kay." Sekar nyengir menunjukkan barisan giginya yang rapi. Shaka terkekeh, "abang kamu pasti sayang banget sama kamu. Kamu sampai diizinin manggil begitu.""Itu panggilan aku buat abang dari kecil." Sekar mengangguk. "Sebenarnya aku udah berenti panggil Bang Kay semenjak smp karena baru sadar panggilannya gak sopan. Tapi kata bang Kay gak papa. Abang suka. Katanya itu panggilan sayang dari aku.""Terus panggilan sayang buat aku apa?" Shaka mengerlingkan matanya. Sekar tersipu dan segera membuang muka.Shaka terkekeh gemas. "Terus gimana, abang kamu gak hukum kamu, kan?" tanya Shaka lagi.Sekar menggeleng. Kayden memang tidak memarahinya, tapi Kayden jadi lebih pendiam kemarin. Kayden juga jadi lebih sering menanyainya sedang ada di mana."Kapan kamu ngenalin aku sama abang kamu?" tanya Shaka. Dia menggoyang goyangkan tangan Sekar yang sedang digenggamnya. "Nanti aja, ya. Aku belum bisa kalau sek
"Iya. Abang seneng deh. Bunda sekarang udah gak histeris lagi tiap liat abang. Kemaren juga bunda gak nolak pas abang mau salim.""Kita harus sering-sering jengukin bunda ya, bang. Sekar yakin bunda bakal sembuh dan bisa kumpul sama bang Kay lagi suatu hari nanti." Sekar tersenyum tulus."Gue selalu meyakini itu, Kar. Thanks, ya. Gue gatau gimana kalo gak ada lo." Kayden mengusap puncak kepala gadis itu.Jika bukan karena Sekar, tidak mungkin dia bisa berdekatan dengan bunda seperti sekarang. Sekar lah yang dengan sabar selalu membantu bunda untuk mengingat Kayden lagi. Sekar selalu membahas Kayden tiap bertemu Farah hingga Farah terbiasa mendengar namanya. "Bunda abang juga bunda Sekar. Sekar juga kepengen banget bunda sembuh. Tapi bang, Sekar takut....""Takut bunda sadar kalo lo bukan Putri?"Sekar mengangguk. Memang itu yang ditakutkannya selama ini. Dia takut bunda akan membencinya karena mengaku-ngaku sebagai anak bungsu m
Kayden menyentil kening Sekar dengan sebal. Dia merampas ponsel Sekar dan segera menghapus foto yang baru dikirim Shaka itu."Abang jang-" Sekar melotot melihat gambar surga itu sudah hilang tanpa jejak. "Bang Kay jahat!""Heh bocil belum boleh liat foto gak senonoh." Kayden menepuk kepala Sekar gemas."Apanya yang gak senonoh, orang foto normal, kok." Sekar mengerucutkan bibirnya."Apanya yang normal. Air liur lo tuh udah mau netes."Sekar refleks mengusap sudut bibir membuat Kayden melotot kesal. "Sekaarrr."***Shaka menarik tangan Sekar ke tengah lapangan. Langkah kaki Shaka yang panjang membuat Sekar terseok-seok mengikutinya. Dia sedang membaca novel di perpustakaan saat tiba-tiba saja Shaka menghampirinya. Para murid yang penasaran mengikuti Shaka dan Sekar hingga ke tengah lapangan. Shaka mendorong Sekar ke tengah lapangan. Sebelum Sekar sempat menanyakan ada apa, Shaka melemparkan beberapa lembar foto