"Rupa-rupanya... Pantas lo selalu nolak pas gue ajak ke kantin akhir-akhir ini, ternyata udah janjian sama abang pacar di sini. Aww!" Bella mencolek dagu Sekar.
"A-apa sih, orang gue gak sengaja ketemu kok. L-laagian dia bukan pacar gue, ya." Sekar melototinya berbanding terbalik dengan pipinya yang semerah tomat sekarang."Iya bukan, tapi lagi otw, kan?" Bella sekali lagi menoel dagu Sekar. Alisnya turun naik menggoda.Sekar berdecak dan menatap sinis Bella. Sepertinya dia setengah sadar saat menerima gadis itu menjadi sahabatnya dulu.°°°"K-kenapa maju terus?" Sekar menahan tubuh Shaka dengan tangannya. Gadis itu juga memiringkan wajahnya karena jarak mereka terlalu dekat. Sekar juga merasakan tidak nyaman karena jantungnya jadi berdegup kencang di dalam sana. Dia juga malu karena terus-terusan ditatap Shaka dengan jarak sedekat itu."Kamu ngelirik siapa tadi?" Shaka makin mencondongkan tubuhnya ke depan.Satu tanganShaka mengecup kening Sekar berkali-kali. Di hidung juga di kedua kelopak matanya. "Telat. Aku udah terlanjur nandain kamu sebagai pacar aku. Lagian nunggu kamu bilang iya, keburu kita jadi kakek nenek.""Shaka, serius~""Aku lebih serius, Sekar. Aku udah nembak kamu sebanyak tujuhpuluh tiga kali bulan ini. Aku seserius itu, sayang." Shaka menatapnya dengan tatapan teduhnya.Blush. Pipi Sekar terasa panas mendengar panggilan sayang Shaka barusan. Shaka terkekeh melihatnya. Betapa mengemaskan pacar barunya itu."Aku ngerti aku yang pertama buat kamu. Dan jujur aku bahagia banget sama fakta itu. Dan aku janji akan bikin cinta pertama kamu ini jadi cinta kamu satu-satunya. Aku bakal bahagiain kamu sampe kita jadi kakek nenek. Percaya sama aku, sayang.""Jangan panggil sayang." Sekar menatap Shaka malu-malu. "Kan emang sayang kamu. Banget malah."Sekar menunduk. Tidak mengerti kah Shaka bahwa dia sedang sangat malu sekarang
"Enggak." jawab Sekar sangat cepat. Shaka mengulum senyum karena respon Sekar yang kelewat cepat. Tiga hari ke depan dia akan full senyum jika begini. Apa lagi yang lebih menyenangkan dibanding diakui tampan oleh pacar sendiri?"Yuk berangkat," Shaka memasangkan helm untuk Sekar sebelum membantunya naik ke boncengan motor."Masih pagi banget." Ucap Sekar. Dia melihat matahari yang belum tinggi. Biasanya jam segini dia baru bersiap-siap untuk mandi.Sebenarnya Shaka ingin menjemputnya lebih pagi lagi, tapi saran dari papa Banyu, Shaka tidak boleh terburu-buru dan terlalu berlebihan juga bersikap tidak masuk akal apalagi umur pacaran mereka belum ada satu hari.Kata papa Banyu, pacar Shaka akan merasa risih jika diperlakukan seperti itu. Shaka mengikuti saran papanya. Meskipun menjemput satu jam setengah juga termasuk berlebihan, tapi setidaknya itu lebih baik daripada niat awal Shaka yang ingin menjemput Sekar setelah selesai sholat subuh
Sekar melototkan mata membaca isi chat Shaka. Dia menggigit bibirnya.'Bang Kay, pacar Sekar kenapa gemes banget~"Pacarnya Sekar❤️SayaangggAllahu akbar! Sekar menyerah. Lambaikan tangan ke kamera.Pacarnya Sekar❤️Sayang, dari tadi kok cuma diread? Aku ada bikin salah?Pacarnya Sekar❤️Satu menit kalo gak dibalas aku ke kelas kamu yaaSekar buru-buru mengirimkan balasan.Pacarnya Shaka❤️Jangan.Shaka cemberut begitu membaca balasan Sekar.Pacarnya Sekar❤️Sayang, aku beneran ada bikin salah, ya? MaaafPacarnya Shaka❤️Gak gitu. Bentar lagi jam masuk, gak boleh mainan hape.Shaka terkekeh. Teladan banget sih pacar gue.Pacarnya Sekar❤️Yaudah, pacar yang semangat belajarnya. I love you.Sekar merasakan panas di pipinya membaca balasan chat Shaka.Pacarnya Shaka❤️Iya.EvelynTernyata lo cuma anggep omo
Shaka cemberut. Dia kecewa Sekar berpikiran sedangkal itu tentang dia. "Kalau aku ngambek, kamu bakal bujuk aku, kan?" "Hah?" Sekar mengernyitkan dahi.Shaka menghembuskan nafas. Dia menatap Sekar yang kebingungan. Pacarnya benar-benar polos. Shaka kemudian terkekeh dan mengusap puncak kepala gadis itu."Kamu udah nuduh aku cowok yang gak suka ceweknya makan banyak. Kamu juga udah nuduh aku pacar munafik, Kar~"Sekar melotot. Dia menggelengkan kepalanya."Aku selalu menuhin loker kamu sama segala macam makanan. Tiap ke perpus aku juga nyelundupin makanan supaya kamu bisa makan sambil baca novel kesayangan kamu. Bahkan saku seragam aku selalu ada lolipop yang aku sediain buat kamu. Buat apa aku lakuin itu semua kalau aku gak suka, Kar~" Ucap Shaka pura-pura tersakiti. Padahal dalam hati dia sedang menahan diri untuk tidak tertawa karena melihat wajah Sekar yang sedang merasa bersalah yang sangat menggemaskan."S-Shaka, aku minta
"Hey, lo gak papa?" Pemuda itu melambaikan tangannya di depan wajah Sekar.Sekar berdehem dan menggeleng-gelengkan kepalanya. 'Lo udah punya pacar. Lo udah punya pacar.' "Thanks ya, lo udah nyelametin gue lagi." Sekar menatap cowok itu malu-malu. "Dulu lo juga, kan, yang udah bantu gue pas di perpus."Meskipun masih gantengan Shaka, tapi cowok di depannya ini juga sangat tampan. Dia hanya kalah karena bukan pacarnya Sekar. Coba saja- eh, Sekar langsung menggelengkan kepalanya. Apa yang barusan dipikirkannya. "Lo beneran gak papa, kan? Atau kepala lo pusing?" Cowok itu bertanya. Suaranya begitu lembut menyapa. Sekar meleleh lagi. "Iya, eh enggak!" Sekar memukul kepalanya.'Haduh ganteng banget. Sekar jadi gak fokus.'"Beneran gak papa?" Cowok itu menatapnya.Sekar berdehem sebelum menjawab. "Gue gak papa. Thanks, ya."Cowok itu tersenyum. "Gue antar ke depan. Evelyn dan temennya kemungkinan udah pulan
Zaki Bebas DakiGue sama Kayden ke tempat lo yaSekar melotot begitu membuka pesan baru dari Zaki. Tangannya buru-buru mengetikkan balasan.Sekar CantikJangan. Sekar sebentar lagi jalan kok.Zaki Bebas DakiYaudah gue sama anak-anak nunggu. Jangan lama-lama. Jangan gak jadi dateng lagi kayak kemaren.Sekar merasa bersalah setelah membaca pesan dari Zaki.Riuh tepuk tangan penonton mengalihkan perhatian Sekar. Tim Shaka sedang bersalaman dengan tim lawan. Sepertinya pertandingan telah berakhir. Shaka diusung teman timnya ke pinggir lapangan dengan gembira. Para supporter dari sekolah mereka terus menyorakkan nama Shaka. "Selamat, ya. Tim kamu menang!" Sekar mengucapkan selamat pada Shaka saat sudah berada di depannya."Semua ini karena kamu. Coba aja gak ada kamu, aku gak akan bisa sesemangat tadi. Makasih, ya." Shaka mengacak gemas rambut Sekar. Rasanya sangat bahagia sekarang.***"Kar,"
"Jangan digalakin. Keliatannya dia udah capek banget." Zaki menepuk bahu Kayden. Kayden menatap sebal Zaki. Siapa juga yang ingin memarahi Sekar. Dia hanya menghawatirkan gadis itu. "Pergi lo!""Diusir dari rumah sendiri, bjir." Zaki bersungut-sungut keluar dari rumah. Kayden terkekeh melihatnya.°°°Sekar mondar-mandir di dalam kamar Zaki sambil menggigit kuku jarinya. Sesekali dia melihat jam yang tergantung di dinding kamar."Dah jam sepuluh lewat. Semoga bang Kay sama bang Jaki udah ke rumah depan." Sekar memejamkan matanya dan memutar knop pintu pelan-pelan."A-abang," Sekar menelan ludah melihat Kayden yang duduk menghadap langsung ke kamar Zaki. Mata tajam Kayden menatapnya intens."B-bang Jaki mana?" Tanya Sekar. Tangannya memuntir ujung kaos yang dikenakannya."Udah balik ke rumah depan. Sini," Kayden melambaikan tangannya. Dengan patuh Sekar duduk di sampingnya."Malam-malam kok keramas?" Kay
"Eh?" Sekar tersadar dari lamunannya. Dia langsung kaget melihat wajah Shaka sudah ada di depannya. Jarak mereka begitu dekat. Sekar juga baru sadar dia sedang duduk bersisian dengan Shaka."Ck." Shaka mendengus sebal melihat Sekar yang seperti tidak merasa bersalah sama sekali.Sekar menatap Shaka semakin bingung. Perkataan apa yang dimaksud Shaka. Jangan-jangan dia mengatakan sesuatu yang buruk saat melamun tadi. Atau jangan-jangan Shaka sudah tau bahwa dia sudah menebak rencana jahat Shaka. Sekar meneguk ludahnya kasar. Apa dia kabur sekarang saja.Shaka menatap Sekar dengan sebal. Dia sekali lagi menghembuskan nafas dengan kasar."G-gue punya salah apa lagi?" Sekar memberanikan diri bertanya. Setidaknya kalau Shaka ingin membun-uhnya, dia harus tau kesalahannya dengan jelas terlebih dahulu. Shaka menatap horor Sekar.Sekar yang melihat respon Shaka seperti itu membuatnya semakin bingung. Sumpah Sekar lebih memilih langsung d