Lilis terkejut dengan mata yang melotot, wanita itu tidak menyangka kalau ancaman yang selalu dia berikan tidaklah mempan kepada Niko lagi.
Namun, tentu saja dia tidak terima kalau harus berbagi suami dengan mantan majikannya tersebut. Lilis sudah membanggakan diri dengan mengatakan kalau dia lah satu-satunya yang akan menjadi istri dari Niko."Aku enggak mau kalau harus berbagi suami!" ucap Lilis histeris."Terserah aku dong! Untung juga kamu aku nikahin, padahal lebih bagus Haura. Dia gak malu-maluin dan gak pernah teriak di depan wajahku!" hardik Niko."Kalau itu mau kamu, aku gak akan ngelakuin hal kayak gitu lagi, aku janji! Asal, kamu jangan balikan lagi sama Haura!" mohon Lilis sambil memegangi tangan Niko.Namun, Niko malah menepis tangan Lilis dengan kasar. "Lebih baik kamu pulang aja di rumah dan buktikan omonganmu itu, siapa tahu aku berubah pikiran!"Lilis berjalan gontai menuju keluar ruangan Niko, dia tidak menyangkDean yang merasa terangsang akan kecupan yang diberikan oleh Haura, dia langsung membalasnya dengan lebih ganas. Bahkan dia memainkan lidahnya di dalam mulut janda tersebut.Haura terkejut, tetapi tidak bisa mendorong Dean untuk menghentikan permainan yang semakin ganas itu. Dengan terpaksa menikmati apa yang telah dia lakukan terlebih dahulu."Cukup! Ngapain kalian ciuman di depan aku kayak gitu!" geram Niko dengan mengepalkan tangannya.Dean langsung tersadar, lalu dia melepaskan rengkuhan tangannya di pinggang Haura. "Kan kamu sendiri yang gak percaya kami pacaran? Jadi, ya, kami buktikan aja kalau kami gak bohong!"Haura hanya menimpali dengan anggukan kepala saja."Udahlah, aku mau pergi aja! Haura, kalau kamu udah bosan sama bocah itu, kamu bisa kembali ke aku lagi." Niko mengerlingkan sebelah matanya, lalu pergi keluar.Perkataan yang Niko katakan membuat Dean menjadi menggerutukan giginya kuat. Dia segera membawa Haura ma
"Kok kamu di sini, sih?" Haura terperangah menatap Dean yang sudah berada di sampingnya.Sedangkan Dean, dia hanya memberikan senyuman yang memperlihatkan barisan gigi putihnya."Ditanya, bukannya jawab malah senyum kayak gitu!" gerutu Haura geram.Janda tersebut menyendokkan makanan dengan kasar, sampai terdengar suara keras saat sendok dan piring itu beradu, pertanda kalau dia sedang kesal."Iya-iya aku jawab. Tadi aku lihat kamu keluar, jadi, ya, aku ikuti aja, pas banget kalau belum makan," sahut Dean."Kalau gitu, pesan aja makanannya. Nanti aku yang bayar!" perintah Haura yang merasa bersalah.Tentu saja dia merasa bersalah, karena dia sudah mengerjakan anak orang secara gratis, tetapi tidak memberikan makan. Bukankah dia adalah bos yang sangat jahat? Haura tidak mau menjadi seperti itu."Em, aku menolak! Masa iya, cowok tampan kayak aku makan dibayarin? Kan gak lucu!" kekeh Dean.Dean memanggil pemilik wa
"Karena satu cewek, kamu harus nyakitin banyak perasaan cewek lainnya. Seharusnya kamu balas sama si Lily itu dong, bukan cewek yang gak bersalah!" geram Indra yang sudah tidak dapat menahan emosinya lagi.Indra kesal karena dengan satu wanita saja, Dean menyakiti perasaan banyak wanita yang tentunya tidak bersalah. Menurutnya Dean bertindak sebagai seorang pengecut, bukan lelaki sejati seperti kebanyakan orang katakan tentang temannya tersebut."Terus? Bukankah mereka sama aja, sama-sama cewek gatal?!" Dean menatap nyalang sang teman."Aku bukan bermaksud buat nyalahin kamu, Dean. Tapi aku gak mau kalau kamu kena karma, makanya aku kayak gini," jelas Indra yang tidak mau Dean salah paham dengannya.Indra tahu, kalau sekarang Dean sudah mabuk, karena tadi lelaki itu sudah meminum beberapa gelas. Jadi dia mulai merendahkan nada bicaranya, takut-takut kalau Dean akan menghadiahkannya bogem mentah seperti kebiasaannya saat sedang emosi."Per
Haura dan Indra melirik ke arah suara berasal, rupanya Dean sudah berada di samping janda itu. "Sejak kapan kalian berduaan?" tanya Dean dengantatapan dingin. Karena minuman beralkohol itu, Dean menjadi tidak bisa berpikir jernih dan mudah marah, makanya sekarang dia meraa cemburu saat melihat Indra dan Haura berduaan. "Haura baru aja datang, tadi dia cariin kamu kok, cuma tadi aku enggak lihat kamu di mana," elak Indra yang takut Dean salah paham dengannya. Haura melirik ke arah Indra, padahal dia tidak menanyakan kepada Indra tentang Dean sedari awal datang, walau pun ingin tentu saja dia merasa malu kalau ketahuan menanyakan hal tersebut. "Aku kayaknya engg—" perkataan Haura terpotong oleh injakan Indra. Setelah menginjak kakinya Haura, Indra mengisyaratkan wanita itu untuk diam, lalu melirik ke satu botol minuman yang terbuka dan satu lagi di tangan Dean.Haura yang mengetahui hal itu, segera mengerti kalau Dean sudah terlalu mabuk. "Iya, tadi aku cariin kamu," gumam Haura li
"Kamu ngigau, ya? Baik lanjut tidur lagi," ucap Haura gugup karena memandang wajah Dean yang tampan."Enggak, aku gak ngigau kok! Aku masih sadar dari tadi," sahut Dean membuka matanya."Jadi, maksud kamu, kamu udah sadar sedari tadi? Saat kamu kesulitan memapah kamu dari diskotik sampai kemari?!" Nada suara Haura sedikit meninggi karena merasa kesal."Enggak sedari itu kok, tapi pas kalian lempar aku ke ranjang," ucap Dean tersenyum dengan memperlihatkan barisan gigi putihnya.Padahal dia sudah sadar dari Indra menaruhnya dengan kasar di kursi belakang mobil Haura, apalagi temannya itu mengeluh dengan suara yang kencang, sehingga dia menjadi terbangun.Namun, Dean ingin memberikan pelajaran kepada Indra, supaya temannya itu menjadi kelelahan karena harus memapah dirinya sampai ke kamar hotel.Haura tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Dean, tetapi dia tidak mengatakannya karena takutnya itu hanyalah pikirannya saja.
Saat Dean mengecup leher Haura, wanita itu sama sekali tidak terbangun dari tidurnya. Janda tersebut seakan tidak terganggu dengan apa yang dilakukan oleh Dean kepadanya.Dean memilih untuk berhenti, takut kalau apa yang akan dia lakukan membuat Haura menjadi terbangun. Apalagi dia mulai tidak bisa menahan hasratnya untuk melakukan hal yang lebih dari ini.'Aku gak bakalan melakukannya saat dia kayak gini!' ucap Dean di dalam hati, dia berharap kalau dirinya akan kuat menahan diri.Lelaki itu memeluk wanita yang sedang tertidur sangatlah pulas, terdengar dengkuran halus dari bibirnya yang ranum."Imut sekali," gumam Dean menatap mulut Haura yang sedikit terbuka.Dean memandangi Haura terus menerus, sampai matanya mulai terasa berat dan akhirnya tertidur dengan memeluk janda itu.*"Kok berat?" gumam Haura dengan mata terpejam.Haura baru saja terbangun, tetapi matanya terasa berat untuk dibuka. Dia pun mulai mem
Pertanyaan yang keluar dari mulut Dean membuat semua orang yang berada di hotel itu menatap ke arah mereka berdua. Haura menjadi merasa lemas, melihat tatapan mata dari semua orang itu.Rasanya dia ingin menghilang saja dari muka bumi ini, tetapi hal itu tidak bisa dia lakukan. Haura segera menutupi wajahnya dengan tas yang dia bawa."Sayang, kok kamu malah nutupin wajah cantik kamu ini, sih?" Dean mendekati Haura, lalu ingin menurunkan tas yang menutupi wajah wanita itu."Lepasin gak, Dean!" teriak Haura tertahan, dia terlalu malu kalau orang-orang melihat wajahnya."Aku salah apa sih sama kamu? Jadi kamu kayak gini ke-aku," ucap Dean dengan nada tercekat, lelaki itu menunjukkan wajah murung."Udahlah, aku mau pergi aja!" Haura mendorong Dean untuk menjauh, lalu berlari keluar dari hotel.Dean yang melihat Haura berlari, lalu segera mengikuti janda cantik itu."Ada apa, nih? Kok cewek yang udah jadi janda keluar dari ho
"Pasti kamu buat masalah lagi di luar, jadi enggak pulang tadi malam!" Mata Elisa melotot, dia tidak tahan kalau tidak memarahi sang anak.Dean menghela napas berat, baru saja dia sampai sudah harus kena marah oleh sang ibu. Andaikan dia tahu, mungkin dirinya tidak akan pulang tadi, sekalian saja menginap selama dua hari di hotel."Aku nginap di tempat teman, ponselku juga mati, jadi lupa ngasih kabar kepada Mama," ucap Dean berusaha tenang.Dean memang tidak suka diatur-atur, walau pun yang melakukan hal itu adalah ibunya. Karena dia sudah terbiasa hidup dengan melakukan apa pun yang dia mau, siapa lagi kalau bukan Rangga yang mengizinkannya."Kamu gak bohong kan sama ibu?" tanya Elisa menyelidik, dia takut kalau anaknya itu sedang berbohong."Aku gak bohong, Ma. Kalau Mama gak percaya sama aku, ya, terserah!" Dean melangkahkan kakinya menuju kamar.Dean menutup pintu dengan keras, perasaannya menjadi tidak baik setelah pulang k