Beranda / Pendekar / Jagat Kelana / 99. Nyawa Di Ujung Tanduk

Share

99. Nyawa Di Ujung Tanduk

Penulis: Shaveera
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-24 22:26:01

Tombak beracun milik Sanggabumi meluncur deras menuju ke jantung Jagat. Namun, tiba-tiba angin bertiup kencang hingga membelokkan arah tombak dan menembus ke pohon pisang.

"Sialan, kau! Bangsat," umpat Sanggabumi.

Kemudian dia melesat menyerang kembali di saat Jagat masih duduk sila dengan mata terpejam. Sanggabumi menyerang dengan ujung tombaknya, tetapi anehnya setiap serangannya selalu mental bahkan terasa kesemutan pada setiap ujung jarinya.

Akhirnya tombak itu dilenyapkan dengan cara melempar ke udara. Lalu dia menyerang Jagat dengan menggunakan ajian pukulan pemecah batu. Sanggabumi mulai memfokuskan sumber daya yang tersisa pada kepalan tangan kanannya.

Angin bertiup lebih kencang menerbangkan jubah putih milik begawan. Kemudian dengan segala kekuatan yang tersisa, Begawan Sanggabumi melontarkan pukulan pemecah batu yang baru saja dia kuasai beberapa purnama lalu.

Jagat yang bisa merasakan deru angin yang berbeda pun merentangkan kedua lengannya lalu bergerak naik turun un
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jagat Kelana   100. Pusat Kota

    "Paman, nasi uduk satu porsi dengan ikan bakar tanpa sambel!" pesan Jagat di kedai makan. "Hai, bukankah kamu yang empat hari lalu datang bersama wanita muda? Lalu dimana dia?" tanya pemilik kedai. Jagat terhenyak kaget, dia tidak menyangka masih ada orang yang mengenalinya meskipun tampilannya sudah sedikit dirubah sebelum masuki kotaraja. Jagat mengulum senyum dan berkata, "Dia sudah pergi, Paman. Ada urusan yang harus dikerjakannya."Pemilik kedai yang biasa dipanggil dengan Ki Jayadi itu menganggukkan kepalanya beberapa kali tanda dia mengerti. Lalu disodorkan baki berisi pesanan, Jagat menerima baki tersebut dan berbalik badan lalu pandangannya beredar untuk mencari tempat kosong. Sebuah tangan melambai ke arahnya dan meminta Jagat agar duduk di bangku kosong tepat di depannya. Melihat arah tunjuk orang itu seketika senyum Jagat mengembang dan kakinya melangkah menuju ke sana. "Terima kasih, Ni," ucap Jagat lirih. Ternyata yang melambaikan tangan adalah seorang wanita denga

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-25
  • Jagat Kelana   101. Hukum Pancung

    Tambun menatap pada sosok Jagat. Terlihat di matanya bahwa pemuda itu seakan bukan pria sembarangan hingga kedua matanya mengerjab berulang kali. Dalam pandangannya Jagat memiliki kekuatan yang bisa diandalkan. "Bisakah kamu bebaskan wanita di sana itu, Ki Sanak?" tanya tambun yang tidak memedulikan tanya Jagat. "Tetapi apa manfaat buatku, Paman? Aku hanya inginkan identitas ketiga pemuda di sana," balas Jagat. Tambun menyipit menatap lebih tajam dan jauh pada panggung yang terlihat tiga sosok pemuda. Lalu dia memalingkan wajahnya memandang wajah tampan Jagat, kemudian berpaling pada wanita yang dirantai di bawah tiang. "Sama," gumam pria tambun. "Di sana adalah Pangeran Abimana beserta dua pengawal baru pengganti Pangeran Kurubumi dan Jantaka, Ki Sanak," jawab pria tambun lagi. "Mengapa keduanya diganti, Paman?" tanya Jagat lagi. "Kabarnya keduanya sedang mengemban tugas ke wilayah barat, di sana terjadi keributan pengambil alihan kekuasaan," papar pria tambun. Jagat mengerutk

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-26
  • Jagat Kelana   102. Terselamatkan

    Seberkas cahaya perak meluncur dengan kecepatan akurat menuju ke tubuh Zavia. Tangan kekar meraih pinggang wanita itu dan langsung dibawa pergi hanya meninggalkan derai tawa kepuasan Zavia. Samar terdengar suara lembut wanita itu menyapa cuping Albara. "Tunggu kehancuranmu, Albara!"Mendengar kalimat seketika Albara melontarkan perintah pada Banyubiru untuk mengejar sinar tersebut. Tanpa menunggu lebih jauh lagi, sosok pendekar wanita bercadar merah melesat mengejar sinar perak yang berlari ke arah hutan belantara di sisi timur bangunan utama istana kerajaan Bumi Seloka. Terlihat kejar-kejaran dua sinar yang berbeda yang hanya terlihat secara mata rakyat biasa. Sementara di lapangan balai kota banyak teriakan kepuasan mengenai hilangnya tubuh ratu mereka. Selama ini mereka tersiksa secara lahir dan batin dalam pemerintahan Albara. Raja yang memaksa lengsernya penguasa terdahulu dengan segala cara bahkan mengunakan cara terlicik menyerang dari belakang dengan melempar segala futnah

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-27
  • Jagat Kelana   103. Bertemunya Ibu Dan Anak

    Sinar perak yang melesat sambil membawa tubuh Zavia terus meluncur menjauh dari balai kota dan masuk ke hutan belantara timur bangunan kerajaan. Namun, saat sudah berada di depan sebuah goa sinar tersebut berhenti seketika. "Maafkan aku, Nyai!" ucap Jagat dengan nada rendah dan menunduk saat dia sudah menurunkan Zavia dari bahunya. Zavia termangu menatap wajah pemuda yang telah membawanya lari dari rantai besi yang selama ini membelenggunya. Bibir wanita senja itu bergetar dan bulir bening mengalir perlahan. Jemarinya terulur dan sedikit bergetar seirama detak jantungnya. "Siapa namamu, Pria Muda?" tanya Zavia, lalu pandangannya tertuju pada kalung yang dipakai Jagat, "Dapat darimana kalung yang kamu pakai itu?"Jagat diam sambil perlahan mulai mengangkat kepalanya untuk memberanikan diri menatap wajah wanita berusia senja di depannya. Debat jantung pemuda itu menjadi tidak terkontrol, hal ini tidak biasa terjadi pada tubuhnya apalagi ini berhadapan dengan mahkluk sejenis wanita.

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-28
  • Jagat Kelana   104. Dewi Samber Nyowo

    Wanita itu diam menatap intens pada Jagat dan Zavia bergantian. Lalu bibirnya menyugingkan senyum sinis, tangannya menyibak jubah biru laut tipis miliknya. Saat itu juga terlihat jelas gambar Akshita sedang sekarat du tepi sebuah danau. "Kau lihat sendiri tubuh wanitamu terkulai lemah tidak berdaya. Semua alam roh tahu kondisi wanita jalang itu, jadi buat apa kau masih pikirkan dia," papar wanita itu. Jagat terdiam, dahinya berkerut kencang dia tidak menyangka bahwa Akshita menyembunyikan indentitasnya sejauh ini hanya untuk inginkan bersanding dengannya. Selama ini Jagat percaya bahwa Akshita menunggunya untuk memperbaiki kawanannya. "Jangan percaya dengan wanita licik ini, Nak. Coba kau selami apa yang ditampilkan olehnya? Semua belum tentu benar, waktu yang akan ungkap semua," tutur Zavia. "Haha!" Tawa sumbang wanita itu membuat Zavia bergidik ngeri, suara tawa yang sering dia dengar selama di pengasingan. Langkah wanita itu mulai maju mengikis jarak antara dia dan Jagat. Sema

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-29
  • Jagat Kelana   105. Perkelahian Dua Pendekar Wanita

    Dewi Samber Nyowo langsung mengejar Jagat yang berlari menggunakan halimun senja. Namun, saat itu seberkas sinar ungu menerjang tubuhnya hingga tubuh itu seketika terpental cukup jauh. "Lawanmu saat ini adalah aku, Samber Nyowo!" Samber Nyowo seketika bangkit dari posisi terakhir dia terjatuh akibat pukulan sinar ungu milik Zavia. Wanita itu langsung melesat menerjang tubuh Zavia tanpa menata jalan napasnya. Dia begitu yakin dapat melumpuhkan sang ratu dalam hitungan detik. Akan tetapi, selama dalam masa tahanan sang ratu selalu melatih ilmu kanuragannya tanpa terdeteksi oleh pihak Kerajaan Bumi Seloka. Dia hanya tersenyum saat Samber Nyowo bergerak secara brutal menggunakan pedang tipis. Keduanya berkelahi dengan ilmu pedang yang cukup memesona, gerakan tangan yang gemulai dengan ayunan pedang tegas dan kuat begitu menyiratkan watak sesungguhnya. Zavia dengan pedang sinar ungu, sedangkan Samber Nyowo menguarkan sinar jingga. Sling Sret Bret! Dua mata pedang saling bertemu meni

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-30
  • Jagat Kelana   106. Kematian Samber Nyowo Yang Tragis

    Ledakan dahsyat terjadi saat dua jurus berkekuatan tinggi bertemu. Sinar ungu bertemu dengan sabetan pedang bersinar jingga membuat tubuh Samber Nyowo terpental cukup jauh. Namun, hal itu tidak melunturkan niatnya untuk membunuh Zavia. Begitu pula Zavia, dia masih tidak ingin melepas Samber Nyowo begitu saja. Dia sudah menahan emosi sekian tahun agar bisa menyempurnakan ilmu dan tidak terpengaruh dengan suara wanita itu yang selalu mengganggunya. "Haha, Zavia, harusnya kamu mati saat di pengasingan itu. Tapi nyatanya nyawamu masih dikandung badan, sungguh suatu keajaiban!""Kau yang akan meregang nyawa, Samber!" Usai berkata Zavia pun melontarkan sebuah pukulan jarak jauh penuh dengan tenaga dalam tingkat tinggi. Sinar perak melesat dari kepalan tangan kanan Zavia. Samber Nyowo tidak sempat menghindar hingga pukulan tersebut menghantam dadanya. Tubuh Samber Nyowo seketika meledak hancur berkeping-keping. Namun, suara kekehan renyah masih terdengar. "Hehe, aku belum mati, Zavia. Me

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-02
  • Jagat Kelana   107. Akhirnya

    Jagat membeliak kaget saat dilihatnya sosok dewi rubah yang sudah berdiri tegak di depannya. Rupanya selama ini apa yang ada di pikiran Jagat benar bahwa wanita rubah itu belum mati selamanya. Meskipun mahkluk beda alam seharusnya dia sudah mati, tetapi ini tidak. Jagat mengerutkan dahi mencari letak salahnya saat menyerang rubah betina itu. Selama ini jika sebuah permata sudah dia dapatkan berarti nyawa siluman itu akan mati dan tidak bisa lagi muncul, tetapi ini berbeda. "Pasti kau bingung akan hadirku di sini, Jagat. Aku lah pemilik semua keanehan di sini, tidak hanya itu, aku juga pengendali seluruh alam ini," papar Wedari Kemuning. Wanita siluman rubah itu sudah tidak seperti dulu lagi, hal ini begitu jelas terlihat. Sosoknya begitu dewasa dan murni, tubuhnya mengeluarkan cahaya keemasan. Apa yang menguar dari tubuh Wedari Kemuning tidak membuat Jagat ciut nyali, dia justru merasa lebih percaya diri dengan kemampuannya saat ini. "Kau jangan sombong lebih dulu, Jagat. Kali in

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-03

Bab terbaru

  • Jagat Kelana   216. S2. Menolak

    Akshita masih menatap wajah Jagat dengan lembut, kedua tangannya melingkar di leher kekar itu. Napasnya yang harum telah menyapa kulit leher Jagat. Sentuhan yang lama tidak menyapa kini mulai membangkitkan hasrat terpendam. Semilir angin telah mengganggu jiwa Jagat, dia tidak bisa menolak pesona sang dewi. Akshita masih mengumbar senyum manisnya dengan jari jemari berjalan naik turun di sepanjang leher kekasihnya. Jagat mulai bergolak, jakunnya naik turun dengan cepat membuat senyum Akshita makin memabukkan. "Bukan tidak rela, Kang. Tetapi lebih ingin memiliki seutuhnya semua milikmu termasuk jiwamu."Jagat bergerak merapatkan tubuhnya hingga membuat Akshita terduduk di pinggiran kolam. Selendang merah yang membungkus dadanya berkibar bersentuhan dengan angin hingga menampilkan tulang selangka yang indah. Jagat sudah tidak tahan lagi, maka dia menundukkan kepalanya dan melabuhkan kecupan ringan pada tulang selangka itu. Kecupan yang lembut dan penuh kasih belum mampu membangkitkan

  • Jagat Kelana   215. S2. Pangeran Alam Gaib

    Jagat Kelana menatap sosok pria muda di depannya. Bibirnya melengkung sempurna, lalu tangannya terangkat untuk memberi restu pada pria muda itu. Pria muda itu pun membujuk sesaat lalu terangkat menatap langsung pada manik mata Raja muda itu. Dia tersenyum tipis. "Bagaimana pola latihan mereka, Anakmas?"Pria muda itu mulai menjelaskan kemajuan latihan para prajurit yang selama ini dia latih. Semua telah berhasil hingga ke tingkat tengah kelas dua. "Apakah jadi mereka dipilih dan dikirim ke kerajaan sebelah, Ayahanda?""Iya, kerajaan itu belum memiliki prajurit handal satu pun. Siapa nama kamu, Anakmas?"Pria muda itu menatap pada Raja Singgalang, lalu bibirnya tersenyum dengan menyuarakan, " Airlangga Batinara."Jagat tersenyum, "berapa usiamu?""25 tahun masa alam kami."Jagat Kelana tersenyum, dia berdiri dan terbang mendekati sosok pria muda itu. Lalu dia berdiri di depan Airlangga, memeluknya erat. "Sudah sebesar ini baru kamu datang ke sini. Apakah tidak ingin tahu ayahmu?""

  • Jagat Kelana   214. S2. Prameswari Pingsan

    Malam yang begitu dingin membuat Jagat segera membawa tubuh istrinya masuk ke dalam. Apa yang dia lakukan pun berlanjut hingga berulang kali. Ternyata tubuh yang memiliki struktur tulang yang rentan itu mampu menampung gairahnya hingga berulang kali. Prameswari merasa begitu bahagia telah membuat suaminya tersenyum puas. Akan tetapi, tubuh itu juga memiliki daya tahan yang rendah. Penyatuan yang dilakukan hingga menjelang pagi membuat tulang Prameswari seakan lepas kontrol. Tubuhnya menjadi lemas. "Tuan, Suamiku, maafkan aku! Rasanya tubuh ini sudah tidak mampu," kata Prameswari dengan tatapan memohon. "Baiklah, kita sudahi dulu. Sekarang tidurlah!" balas Jagat. Setelah berkata itu, kedua mata Prameswari terpejam. Hal ini membuat Jagat khawatir, dia pun segera memeriksa kondisi tubuh istrinya. "Bagaimana bisa seperti ini, Nyai? Aku baru saja merasakan nyaman bersama tubuhmu, kamu terlanjur pingsan. Hadeh!"Jagat segera memakai jubahnya, lalu dia duduk sila di sisi ranjang. Kedua

  • Jagat Kelana   213. Malam Indah

    Malam ini waktunya Jagat bersama Prameswari. Keduanya duduk di teras belakang paviliun. Jagat memilih duduk di tanah beralaskan rumput, sementara Prameswari duduk diam di sisi kanannya. "Duduk dekat sinilah, Istriku!" Prameswari menggeser tubuhnya dengan senyum yang dia sembunyikan. Kepalanya menunduk dalam, dia malu dengan pendekatan suaminya. Berbeda dengan Jagat, dia justru mulai merebahkan kepalanya pada paha Prameswari membuat wanita itu terdiam seketika. "Suami!" pekik Prameswari ringan. Dengan santainya Jagat mencari tempat ternyaman untuk kepalanya, lalu tangannya meraih jemari istrinya itu dan meletakkan pada kepalanya. "Bisa pijat di sini sebentar, Nyai!" Pinta Jagat dengan tatapan penuh harap. Prameswari tidak bisa bersuara, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Tangannya pun gemetaran menyentuh kepala suaminya. Perlahan disentuhnya rambut bergelombang pendek milik suaminya. 'Jantungku sepertinya mulai sakit," batin Prameswari merasa hatinya begitu senang be

  • Jagat Kelana   212. S1. Bersama Roro Wening

    "Nyai, kok malah melamun," kata Jagat lembut sambil melabuhkan sebuah kecupan hangat pada bibir istrinya. Mendapat sentuhan lembut seketika lamunan Akshita menghilang, lalu dia membalas ciuman Jagat lebih meminta. Keduanya larut dalam ciuman yang dalam. Cukup lama keduanya saling berbagi saliva, bahkan Jagat mulai menekan tubuh Akshita pada sandaran kursi kemudian dia duduk menyilang agar lebih dekat. "Kang!" panggil Akshita dengan nada berat. "Hemm."Jagat tidak melepaskan pelukannya dia justru mengangkat tubuh istrinya dan membawanya ke ayunan yang biasa di gunakan Jagat saat mengingat kenangan bersama Akshita. "Apakah di sini tidak akan mengganggu yang lainnya, Kang? Aku merindukanmu," bisik Akshita yang membuat gairah Jagat memuncak. "Tidak. Dan jangan remehkan kekuatanku saat ini, Nyai."Akshita tersenyum, jari jemarinya mulai bergerak perlahan membuka satu per satu kain penutup tubuh suaminya. Jagat membiarkan semua inginnya Akshita. Dia terlihat begitu menikmati apa pun y

  • Jagat Kelana   211. Kisah Silam

    Mendengar niat suaminya, Roro Wening pun menyiapkan segalanya yang biasa dilakukan Jahat sebelum penyatuan. Kali ini selir itu tidak mau ada yang tertinggal. Ini adalah pelajaran yang sudah dia pahami selama hidup bersama Jagat baik sebelum miliki kerajaan ataupun sudah. "Jangan sampai ada yang tertinggal, Asih!" kata Roro Wening sambil menata beberapa benda yang harus dipakai oleh selir utama. "Nggeh, siap."Seorang dayang senior ikut membantu selur agung menyiapkan semua. Mulai dari aroma cendana hingga kain penutup kala penyatuan dimulai. Roro Wening juga memberikan beberapa catatan apa saja yang akan diucapkan sebelum tubuh Prameswari tersentuh. "Semua sudah siap, Kanjeng Ratu.""Jangan sebut nama itu, Asih. Semua belum resmi meskipun Yunda Akshita sudah datang menemaniku semalam.""Jika sudah seperti ini tidak mungkin akan lupa, Kanjeng Ratu. Niat Nyai Akshita sudah jelas bahkan putranya sendiri ditugaskan untuk menjaga kedamaian kerajaan ini lho," papar Asih--dayang senior.

  • Jagat Kelana   210. S2. Malam Bersama Suami

    Sinar mentari masuk di sela jendela kamar Roro Wening, hangatnya mampu membangunkan selir cantik dan seksi itu. Melihat istrinya mulai bangkit dari ranjang Jagat segera mendekat dan membantu istrinya itu. Perlakuan Jagat yang hangat membuat hati Roro Wening terharu. "Duduk sini dulu, tunggu kusiapkan air untuk kamu mandi!" kata Jagat. Roro Wening pun mengikuti apa yang dikatakan oleh Jagat. Kemudian pria itu berdiri menuju ke balik pembatas anyaman bambu. Terdengar suara gemericik air yang dialirkan oleh Jagat. Setelah semua persiapan mandi istri selesai, Jagat keluar dari dalam lalu melangkah mengikis jarak dengan istrinya. Kemudian dengan lengannya diangkat tubuh istrinya ala bridal. "Turunkan aku, Suamiku!""Jangan banyak bergerak biar ndak jatuh!"Mendengar hal itu membuat Roro Wening mempererat pegangannya pada leher Jagat. Pria itu tersenyum melihat sikap istrinya, lalu dimasukkan perlahan tubuh Roro Wening ke dalam bak mandi. Tangan Jagat mulai bergerak membasuh punggung i

  • Jagat Kelana   209. S2. Malam Pertama Di Ranjang Raja

    Udara dingin membuat tubuh Roro Wening menggigil parah. Bahkan muncul ruam merah hingga membuat salah satu dayang berlarian di sepanjang lorong peraduan raja. Dayang itu mendengar suara sang Raja berbicara dengan seorang wanita, bahkan suaranya begitu membuat bulu kuduk berdiri. Sebagai wanita dewasa dayang itu pasti paham suara apa yang dia dengar. Namun, dia lebih memilih tetap diam berdiri di depan pintu hingga suara itu menghilang. Cukup lama dayang itu berdiri di sana hingga pintu kamar Raja terbuka menampilkan sosok wanita yang begitu cantik dengan wajah bercahaya. "Masuklah!" Usia berkata wanita itu pergi sambil menarik selendang merahnya hingga membuat tubuhnya terbang. Peristiwa yang langka membuat wanita itu terpana dan takjub. Sungguh kejadian itu teramat langka. Suara Raja yang memanggilnya pun tidak mampu membuatnya lepas meninggalkan pemandangan itu. "Dayang, ada apa hingga larut malam kamu tidak istirahat?" Suara Jagat sudah begitu dekat dengan telinga dayang membu

  • Jagat Kelana   208. S2 Jagat Kembali Bersama Akshita

    Hari terus berlalu, kasim yang dipergoki oleh Roro Wening akhirnya dia mengaku mengapa perbuatan itu dilakukan. Dia juga mengaku semua dilakukan hanya untuk mengukur waktu. "Baik, jika semua ini atas perintah Raja sendiri maka mana buktinya?" tanya Nyai Ratu Zavia. Pemuda itu diam dengan kepala menunduk dalam. Dia memang diperintah oleh Raja Jagat tanpa ada surat tertulis. Hal ini membuat bibirnya bungkam, tetapi dalam hati menyalahkan tugas rahasia yang telah terungkap. "Jika untuk mengukur waktu, lalu semua itu atas tujuan apa?""Sebenarnya Raja Jagat Kelana sudah pulang, Ibu Ratu. Tetapi hal ini masih dalam mimpi semua penghuni kerajaan, maka dari itu saya tidak berani ungkap hanya bisa mengulur waktu sesuai perintah."Roro Wening yang melihat cara bercerita pemuda di depannya merasakan aura yang begitu kuat menyebar di ruang pendopo agung. Aura ini begitu familiar. "Baik, apakah dengan begini kamu lah yang akan menikahi selir Pitaloka, begitu?"Pemuda itu masih diam, kedua tan

DMCA.com Protection Status