Home / Pendekar / Jagat Kelana / 117. Perkelahian

Share

117. Perkelahian

Author: Shaveera
last update Last Updated: 2024-07-15 21:10:37

Jagat menatap heran saat melihat sosok Jantaka. Pria yang dulu kurus kering kini terlihat berisi, tubuh Jantaka gempal dan kuat. Namun, bukan itu yang membuat Jagat terpana. Ada hal yang berbeda dari sosok pria yang sudah dianggap sebagai kakak ipar.

"Piaraanmu cukup mumpuni, Jantaka. Tidak heran jika nasib membawamu hingga ke puncak," kata Jagat.

"Seperti hal nya engkau, Jagat. Aku pun masih mampu membuatmu lumpuh!"

Jagat mengulum senyum tipis, dia pun masih menunggu apa yang akan dilakukan oleh lawannya. Sementara Zavia justru duduk bersila di bawah pohon besar, dia tampak asyik dengan beberapa buah jambu air yang ada di depannya.

"Apa kamu tidak malu, masih muda jalan berduaan dengan wanita tua. Apakah semudah itu adikku tergantikan, Jagat?"

Jagat menggelengkan kepalanya, dia tidak bermaksud menjawab apa yang ditanyakan oleh Jantaka. Gelengan kepalanya berarti akan bosannya omongan Jantaka.

"Apa untungnya bagimu jika aku malu, Jantaka? Toh ini adalah jalan hidupku." Jagat berka
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Jagat Kelana   118. Kematian Jantaka

    Angin malam bertiup dengan sendu, darah bercucuran membasahi tanah hutan gelap. Untuk sesaat Jagat berdiri mematung di depan jasad Jantaka. Pria itu seakan menyesali perbuatannya malam ini. Dia sendiri tidak mengerti mengapa harus terjadi, tetapi keadaanya begitu mendesak hingga mengharuskan dia melakukan hal itu. "Sudah jangan sesali apa yang sudah terjadi, Le! Apapun itu semua sudah diserahkan Hyang Agung," bisik Zavia. "Jika dia bisa aku kendalikan mungkin tidak akan seperti ini, Ibunda. Aku tidak ingin pendekar putih meninggal ditanganku," ucap Jagat. "Jangan terlalu dipikirkan. Lebih baik segera kebumikan jasadnya sebelum terendus binatang buas lainnya!"Jagat segera melakukan apa yang dikatakan oleh ibundanya-Zavia. Untuk saat ini Jagat sudah mau menerima jalan takdirnya sebagai putra Lawangbumi yang mewakili sebuah kerajaan besar. Saat mulai pemakaman jasad Jantaka, bayangan sang begawan melintas sesaat lalu perkelahiannya dengan Jantaka ikut berputar. Jurus yang maha dahs

    Last Updated : 2024-07-16
  • Jagat Kelana   119. Persimpangan Lorong

    Kembali ke istana Bumi Seloka, terlihat Abimana duduk di taman kedaton. Pria itu terlihat gelisah di setiap langkahnya. Apa yang tersirat dalam pandangan batinnya terasa begitu nyata. Satu per satu orang yang berada di sisinya telah terenggut nyawanya. "Beberapa purnama silam Bengawan Sanggabumi, lalu semalam Jantaka. Apakah nantinya Kurubumi juga akan binasa di tangan pria ayu itu? Laknat, aku harus segera membicarakan hal ini pada ibunda Ratu. Abimana berjalan menyusuri koridor istana menuju ke peraduan ibundanya. Dia yakin saat ini sang bunda ada dalam peraduan. Menurut kabar angin Ibu Ratu sedang tidak enak badan. Langkah Abimana terhenti kala pandangannya menangkap selir raja berjalan tergesa menuju ke para tawanan. Dahi pemuda itu berkerut membuat otaknya penuh tanya. "Apa yang dilakukan oleh wanita penjilat itu? Mengapa dia berjalan tergesa menuju ke lorong bawah tanah?" gumam Abimana sambil tungkainya bergerak mengikuti langkah Gayatri. Selir Albara yang satu itu terus be

    Last Updated : 2024-07-17
  • Jagat Kelana   120. Terungkap

    Abimana memilih untuk masuk ke lorong sebelah kiri yang dia tahu di dalam sana terdekat penjara khusus untuk penasehat agung yaitu Ki Galasbumi. Tanpa ragu dia terus melangkah lebih dalam hingga indera pendengarannya menangkap suara berbisik yang membuatnya curiga. Abimana melihat sekitarnya memcari tempat yang pas buat dia sembunyi dan bisa leluasa mencuri dengar pembicaraan ibu selir dan penasehat itu. Ada pilar yang cukup besar dan tinggi jadi mampu digunakan oleh Abimana untuk sembunyi. Maka dengan langkah mengendap dia melangkah menuju ke pilar tersebut. Penjara khusus dibuat sengaja berbentuk kubah sehingga harus ada penyangga yang kokoh. "Untuk apa lagi kau datang ke sini, Gayatri? Tidak cukupkah kau siksa diri ini, dan apakah kamu lupa asalmu?" cerca Galasbumi dengan menekan ucapannya. Rupanya pria itu tahu jika ada orang lain yang juga datang selain Gayatri. Gayatri tersenyum sinis, dia pun mengulurkan tangannya mencoba menyentuh kulit luar Ki Galasbumi yang dulu adalah s

    Last Updated : 2024-07-18
  • Jagat Kelana   121. Abimana Yang Bingung

    Abimana menatap tajam Galasbumi yang masih tertawa terbahak. Pemuda itu merasakan aura yang berbeda menguar dari tubuh penasehat agung tersebut. Kemudian pandangannya berpindah pada ibu selir. "Bisa jelaskan padaku siapa sebenarnya pria tua ini, Ibu Selir?""Jangan kau peduli dengan pria ini, Pangeran. Lebih baik kita segera keluar dari sini sebelum udara membunuhmu!" Usai berkata Gayatri langsung berbalik badan, melangkah meninggalkan Abimana yang masih berdiri mematung menatap lurus pada sosok Galasbumi. Dalam otaknya muncul pertanyaan mengenai pria tua. "Apa yang membuatmu masih bertahan di sini meskipun puluhan purnama terkurung, Ki?" "Semua ada tujuannya, Pangeran. Dan hal itu bukan urusanmu!" tukas Galasbumi. Abimana seketika terhenyak mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Galasbumi. Jika bukan urusannya mengapa pria itu menyuruhnya untuk menanyakan perihal ibu selir pada ibundanya. Rasa penasarannya belum terjawab, tetapi sudah ada misteri lainnya yang berhasil ditangka

    Last Updated : 2024-07-19
  • Jagat Kelana   122. Abimana memaksa masuk

    Tanpa banyak kata, Abimana langsung menyeruak masuk ke dalam kamar pribadi ibundanya. Begitu pintu terbuka terlihat sosok wanita tua yang dia tidak kenal. "Siapa kamu, dimana Ibu Ratu?" Wanita itu tersenyum tipis dengan tatapan dingin dam datar. Aura dan cakra yang menguar membawa hawa hitam membuat Abimana mundur beberapa langkah. Kedua matanya menatap penuh tanya akan sosok wanita itu yang sekilas saat tersenyum mirip sekali dengan sosok ibu ratu. Abimana mengerutkan dahinya. Muncul sebuah tanya dalam otaknya, mungkinkah ibundanya telah terbunuh di tangan wanita tua itu? Abimana menggelengkan kepala tanda menolak apa yang ada di otaknya. Tiba-tiba di teringat akan saran Galasbumi untuk menanyakan perihal Gayatri pada ibunya. "Apakah mungkin kamu adalah ibu ratu? Apa yang terjadi dengan tubuhmu, Ibu Ratu?" cerca Abimana menekan wanita tua itu. "Apa yang kamu perkirakan dalam otakmu benar adanya. Akulah wujud asli Arsinta, Ngger. Apa kamu terluka?"Wajah Abimana seketika terkeju

    Last Updated : 2024-07-20
  • Jagat Kelana   123. Ruang Yang begitu nikmat

    Apa yang terjadi di ruang pribadi Arsinta rupanya berpengaruh pada suhu tubuh Gayatri yang tengah berdiri menatap langit. "Untuk malam ini saja, Arsinta. Malam selanjutnya kau yang akan mati dalam kenistaan," gumam Gayatri. Malam sebelum Albara datang ke peraduan sang ratu, pria itu telah berkelana mencari tumbal untuk kelangsungan hidup ratunya. Semua berjalan lancar karena dibantu oleh tangan Gayatri. Saat itu di tengah perjalanan menuju ke hutan larangan terdengar erangan wanita yang akan melahirkan. Gayatri merasakan adanya denyut nada yang lemah dalam rahim seorang wanita. Gegas Gayatri mengikuti asal suara. Hingga beberapa depa lebih masuk ke dalam terlihat seorang wanita memegang perutnya yang membesar. Lalu Gayatri berjalan menuju ke wanita tersebut. "Apa yang kau rasakan?" "Sakit, mungkin dia sudah tidak tahan berada di dalam sana. Tolong keluarkan bayi sialan ini! Aku ndak mau repot membesarkan," ujar wanita itu. "Aku ambil sumber dayanya, kau mau imbalan apa atas ben

    Last Updated : 2024-07-21
  • Jagat Kelana   124. Bingungnya Abimana

    Apa yang didengar oleh Abimana makin membuat otaknya berkelana. Pemuda yang tidak pernah jauh akan nikmatnya perempuan tiba-tiba terasa mual. Apa yang dijelaskan oleh Galasbumi justru membuatnya makin muak dengan mahkluk yang wujud siluman. "Apakah semua siluman seperti itu, Ki?" tanya Abimana yang duduk di depan jeruji besi. "Tidak bisakan Ki Galas langsung keluar dari perangkap yang dibuat ibu selir?"Galasbumi tersenyum, pria berjenggot itu menatap wajah pangeran yang bingung. Lalu pria itu diam dan menghilang. Sesaat kemudian dia sudah duduk di belakang Abimana. "Apakah seperti ini, Pangeran? Bagiku sangat mudah," kata Galasbumi. Mendengar ada suara di belakangnya membuat Abimana langsung berbalik melihat sosok siapa. Kedua bola matanya membulat tidak percaya. Apa yang dilihat dalam penjara masih duduk sila Galasbumi, sedangkan dibelakangnya juga ada pria tua itu. "Ki, bagaimana bisa?""Kau masih bau kencur, mainmu belum jauh. Coba kau cari ilmu di sepanjang jalan, maka semua

    Last Updated : 2024-07-24
  • Jagat Kelana   125. Kuda Jantan Hitam

    Sementara di Desa Pucang Anom, desa terdekat dengan pintu gerbang kerajana Bumi Seloka dari arah selatan terlihat Jagat berjalan seiring dengan Zavia. Sosok Jagat sudah dapat dikenali oleh warga sekitar langsung memberi jalan. Saat ini wilayah selatan jarang sekali dikunjungi oleh pasukan kerajaan. Datang pun mereka hanya meminta upeti tanpa ada keringanan. "Tuan, sudah lama Anda tidak berkunjung ke sini. Apa kabar?""Baik, Ki. Aku hanya berkelana mencari sesuatu yang hilang dari hidupku," jawab Jagat. Lalu pria pemilik kedai menatap pada sosok Zavia yang duduk sedikit berjauhan dengan Jagat. Hal itu membuat pemilik keda mengerutkan dahi. Secara nyata kedua wajah itu sekilas mirip yang membedakan hanya jenis kelamin. "Maaf, Tuan, mengapa sekarang berganti pasangan?"Jagat menatap pada pemilik kedai lalu berpaling pada Zavia. Dia tersenyum. "Ini ibuku."Pemilik kedai menutup mulutnya yang membuka lebar sendiri lalu mengangguk pada Zavia. "Silakan duduk, biar aku yang layani kalia

    Last Updated : 2024-07-26

Latest chapter

  • Jagat Kelana   217. S2. Kekosongan Jiwa

    Jagat masih diam menatap wajah istrinya, dia seakan tidak pernah puas bila memandang wajah Akshita. Meskipun ada banyak wanita yang selalu menemani perjalanan hidupnya tetap Akshita yang menjadi penghias mimpinya. "Apakah masih kurang apa yang aku beri padamu selama ini, Aks. Hingga kau harus pergi lagi?"Akshita mengurai pelukan suaminya, lalu dia berjalan menuju ke tengah taman. Dia berdiri di tengah dengan kepala mendongak ke atas melihat pada sinar bulan yang malu. Jagat berjalan mendekat, dia mengikuti arah pandang istrinya. Namun, dia tidak menemukan sesuatu hal yang menarik di atas sana. Kedua tangannya kembali meriah pinggang istrinya dan mendekap erat. "Aku sulit untuk melupakan semua tentangmu meskipun sudah ada beberapa selir yang hangatkan ranjangku, Aks. Pesonamu tidak tergantikan," bisik Jagat diujung telinga Akshita. Wanita itu meletakkan kepalanya pada bahu Jagat dengan pandangan masih ke atas. Bibir tipisnya mengembang dengan mengeluarkan suara yang sangat rendah,

  • Jagat Kelana   216. S2. Menolak

    Akshita masih menatap wajah Jagat dengan lembut, kedua tangannya melingkar di leher kekar itu. Napasnya yang harum telah menyapa kulit leher Jagat. Sentuhan yang lama tidak menyapa kini mulai membangkitkan hasrat terpendam. Semilir angin telah mengganggu jiwa Jagat, dia tidak bisa menolak pesona sang dewi. Akshita masih mengumbar senyum manisnya dengan jari jemari berjalan naik turun di sepanjang leher kekasihnya. Jagat mulai bergolak, jakunnya naik turun dengan cepat membuat senyum Akshita makin memabukkan. "Bukan tidak rela, Kang. Tetapi lebih ingin memiliki seutuhnya semua milikmu termasuk jiwamu."Jagat bergerak merapatkan tubuhnya hingga membuat Akshita terduduk di pinggiran kolam. Selendang merah yang membungkus dadanya berkibar bersentuhan dengan angin hingga menampilkan tulang selangka yang indah. Jagat sudah tidak tahan lagi, maka dia menundukkan kepalanya dan melabuhkan kecupan ringan pada tulang selangka itu. Kecupan yang lembut dan penuh kasih belum mampu membangkitkan

  • Jagat Kelana   215. S2. Pangeran Alam Gaib

    Jagat Kelana menatap sosok pria muda di depannya. Bibirnya melengkung sempurna, lalu tangannya terangkat untuk memberi restu pada pria muda itu. Pria muda itu pun membujuk sesaat lalu terangkat menatap langsung pada manik mata Raja muda itu. Dia tersenyum tipis. "Bagaimana pola latihan mereka, Anakmas?"Pria muda itu mulai menjelaskan kemajuan latihan para prajurit yang selama ini dia latih. Semua telah berhasil hingga ke tingkat tengah kelas dua. "Apakah jadi mereka dipilih dan dikirim ke kerajaan sebelah, Ayahanda?""Iya, kerajaan itu belum memiliki prajurit handal satu pun. Siapa nama kamu, Anakmas?"Pria muda itu menatap pada Raja Singgalang, lalu bibirnya tersenyum dengan menyuarakan, " Airlangga Batinara."Jagat tersenyum, "berapa usiamu?""25 tahun masa alam kami."Jagat Kelana tersenyum, dia berdiri dan terbang mendekati sosok pria muda itu. Lalu dia berdiri di depan Airlangga, memeluknya erat. "Sudah sebesar ini baru kamu datang ke sini. Apakah tidak ingin tahu ayahmu?""

  • Jagat Kelana   214. S2. Prameswari Pingsan

    Malam yang begitu dingin membuat Jagat segera membawa tubuh istrinya masuk ke dalam. Apa yang dia lakukan pun berlanjut hingga berulang kali. Ternyata tubuh yang memiliki struktur tulang yang rentan itu mampu menampung gairahnya hingga berulang kali. Prameswari merasa begitu bahagia telah membuat suaminya tersenyum puas. Akan tetapi, tubuh itu juga memiliki daya tahan yang rendah. Penyatuan yang dilakukan hingga menjelang pagi membuat tulang Prameswari seakan lepas kontrol. Tubuhnya menjadi lemas. "Tuan, Suamiku, maafkan aku! Rasanya tubuh ini sudah tidak mampu," kata Prameswari dengan tatapan memohon. "Baiklah, kita sudahi dulu. Sekarang tidurlah!" balas Jagat. Setelah berkata itu, kedua mata Prameswari terpejam. Hal ini membuat Jagat khawatir, dia pun segera memeriksa kondisi tubuh istrinya. "Bagaimana bisa seperti ini, Nyai? Aku baru saja merasakan nyaman bersama tubuhmu, kamu terlanjur pingsan. Hadeh!"Jagat segera memakai jubahnya, lalu dia duduk sila di sisi ranjang. Kedua

  • Jagat Kelana   213. Malam Indah

    Malam ini waktunya Jagat bersama Prameswari. Keduanya duduk di teras belakang paviliun. Jagat memilih duduk di tanah beralaskan rumput, sementara Prameswari duduk diam di sisi kanannya. "Duduk dekat sinilah, Istriku!" Prameswari menggeser tubuhnya dengan senyum yang dia sembunyikan. Kepalanya menunduk dalam, dia malu dengan pendekatan suaminya. Berbeda dengan Jagat, dia justru mulai merebahkan kepalanya pada paha Prameswari membuat wanita itu terdiam seketika. "Suami!" pekik Prameswari ringan. Dengan santainya Jagat mencari tempat ternyaman untuk kepalanya, lalu tangannya meraih jemari istrinya itu dan meletakkan pada kepalanya. "Bisa pijat di sini sebentar, Nyai!" Pinta Jagat dengan tatapan penuh harap. Prameswari tidak bisa bersuara, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Tangannya pun gemetaran menyentuh kepala suaminya. Perlahan disentuhnya rambut bergelombang pendek milik suaminya. 'Jantungku sepertinya mulai sakit," batin Prameswari merasa hatinya begitu senang be

  • Jagat Kelana   212. S1. Bersama Roro Wening

    "Nyai, kok malah melamun," kata Jagat lembut sambil melabuhkan sebuah kecupan hangat pada bibir istrinya. Mendapat sentuhan lembut seketika lamunan Akshita menghilang, lalu dia membalas ciuman Jagat lebih meminta. Keduanya larut dalam ciuman yang dalam. Cukup lama keduanya saling berbagi saliva, bahkan Jagat mulai menekan tubuh Akshita pada sandaran kursi kemudian dia duduk menyilang agar lebih dekat. "Kang!" panggil Akshita dengan nada berat. "Hemm."Jagat tidak melepaskan pelukannya dia justru mengangkat tubuh istrinya dan membawanya ke ayunan yang biasa di gunakan Jagat saat mengingat kenangan bersama Akshita. "Apakah di sini tidak akan mengganggu yang lainnya, Kang? Aku merindukanmu," bisik Akshita yang membuat gairah Jagat memuncak. "Tidak. Dan jangan remehkan kekuatanku saat ini, Nyai."Akshita tersenyum, jari jemarinya mulai bergerak perlahan membuka satu per satu kain penutup tubuh suaminya. Jagat membiarkan semua inginnya Akshita. Dia terlihat begitu menikmati apa pun y

  • Jagat Kelana   211. Kisah Silam

    Mendengar niat suaminya, Roro Wening pun menyiapkan segalanya yang biasa dilakukan Jahat sebelum penyatuan. Kali ini selir itu tidak mau ada yang tertinggal. Ini adalah pelajaran yang sudah dia pahami selama hidup bersama Jagat baik sebelum miliki kerajaan ataupun sudah. "Jangan sampai ada yang tertinggal, Asih!" kata Roro Wening sambil menata beberapa benda yang harus dipakai oleh selir utama. "Nggeh, siap."Seorang dayang senior ikut membantu selur agung menyiapkan semua. Mulai dari aroma cendana hingga kain penutup kala penyatuan dimulai. Roro Wening juga memberikan beberapa catatan apa saja yang akan diucapkan sebelum tubuh Prameswari tersentuh. "Semua sudah siap, Kanjeng Ratu.""Jangan sebut nama itu, Asih. Semua belum resmi meskipun Yunda Akshita sudah datang menemaniku semalam.""Jika sudah seperti ini tidak mungkin akan lupa, Kanjeng Ratu. Niat Nyai Akshita sudah jelas bahkan putranya sendiri ditugaskan untuk menjaga kedamaian kerajaan ini lho," papar Asih--dayang senior.

  • Jagat Kelana   210. S2. Malam Bersama Suami

    Sinar mentari masuk di sela jendela kamar Roro Wening, hangatnya mampu membangunkan selir cantik dan seksi itu. Melihat istrinya mulai bangkit dari ranjang Jagat segera mendekat dan membantu istrinya itu. Perlakuan Jagat yang hangat membuat hati Roro Wening terharu. "Duduk sini dulu, tunggu kusiapkan air untuk kamu mandi!" kata Jagat. Roro Wening pun mengikuti apa yang dikatakan oleh Jagat. Kemudian pria itu berdiri menuju ke balik pembatas anyaman bambu. Terdengar suara gemericik air yang dialirkan oleh Jagat. Setelah semua persiapan mandi istri selesai, Jagat keluar dari dalam lalu melangkah mengikis jarak dengan istrinya. Kemudian dengan lengannya diangkat tubuh istrinya ala bridal. "Turunkan aku, Suamiku!""Jangan banyak bergerak biar ndak jatuh!"Mendengar hal itu membuat Roro Wening mempererat pegangannya pada leher Jagat. Pria itu tersenyum melihat sikap istrinya, lalu dimasukkan perlahan tubuh Roro Wening ke dalam bak mandi. Tangan Jagat mulai bergerak membasuh punggung i

  • Jagat Kelana   209. S2. Malam Pertama Di Ranjang Raja

    Udara dingin membuat tubuh Roro Wening menggigil parah. Bahkan muncul ruam merah hingga membuat salah satu dayang berlarian di sepanjang lorong peraduan raja. Dayang itu mendengar suara sang Raja berbicara dengan seorang wanita, bahkan suaranya begitu membuat bulu kuduk berdiri. Sebagai wanita dewasa dayang itu pasti paham suara apa yang dia dengar. Namun, dia lebih memilih tetap diam berdiri di depan pintu hingga suara itu menghilang. Cukup lama dayang itu berdiri di sana hingga pintu kamar Raja terbuka menampilkan sosok wanita yang begitu cantik dengan wajah bercahaya. "Masuklah!" Usia berkata wanita itu pergi sambil menarik selendang merahnya hingga membuat tubuhnya terbang. Peristiwa yang langka membuat wanita itu terpana dan takjub. Sungguh kejadian itu teramat langka. Suara Raja yang memanggilnya pun tidak mampu membuatnya lepas meninggalkan pemandangan itu. "Dayang, ada apa hingga larut malam kamu tidak istirahat?" Suara Jagat sudah begitu dekat dengan telinga dayang membu

DMCA.com Protection Status