Beranda / Pendekar / Jagat Kelana / 115. Mendendam

Share

115. Mendendam

Jantaka terdiam, dia menelaah ulang apa yang dikatakan oleh Kurubumi. Pria itu menggelengkan kepala seolah menolak apa yang diutarakan oleh sahabatnya itu.

"Tidak bisa, semua pasti akan menemui ajalnya dan nyawa Jagat harus aku dapatkan!"

"Jaga emosimu itu, Jantaka. Pemuda itu saat ini lebih dikenal oleh masyarakat sebagai pendekar yang linuwih," ungkap Kurubumi.

Jantaka menggeram kesal, dia pun bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke tenda pribadinya. Kurubumi hanya menatap kepergian Jantaka. Dia bisa merasakan pedihnya hati lelaki itu, bahkan jika mungkin dia mengalami nasib yang sama tidak akan berani menantang Jagat.

Kurubumi masih duduk di depan api unggun. Tangannya mengorek abu bekas api, bibirnya mulai bergerak seakan sedang membaca mantra. Angin malam berhembus perlahan menerbangkan surai rambut Kurubumi.

"Tunjukkan peristiwa masa silam saat begawan itu mati!"

Usai kalimat tersebut selesai, seketika tangan kanan Kurubumi bergerak dengan sendirinya. Tangan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status