Adi merasa sangat terbantukan dengan adanya Arin.
Awalnya Arin dan Adi mencari berkas perancangan tipe motor baru dan tipe motor lama. Lalu keduanya membandingkan kedua tipe tersebut.Syukurlah untuk semua berkas perancangan tipe lama lengkap semua. Dan Adi juga memahami berkas tersebut, karena dia ikut terlibat dalam perancangan motor tipe lama. Tapi tidak dengan tipe baru ini.Mereka berdua merasa kesulitan, karena dokumen perancangan tipe baru tidak lengkap. Ada saja 1 sampai 2 halaman yang tidak ada tiap perancangan bagian motor yang akan dikembangkan.Seminggu sudah Arin dan Adi berusaha mencari tahu keunggulan dan menyempurnakan dari produk motor terbaru yang akan dirilis ini. Mereka berdua bolak-balik ke pabrik dan sering melakukan meeting dengan bagian produksi dipabrik. Awalnya orang-orang di pabrik juga merasa rancu dengan rancangan yang diberikan oleh Dodi. Syukurlah setelah dijelaskan lagi oleh Arin dan Adi perihal perubahan beberapa rancangan orang-orang dipabrik memahami yang diinginkan dan diharapkan Adi.
Tidak terasa 1 bulan sudah berlalu. Saat ini Adi dan Arin sedang mempresentasikan hasil akhir proyek mereka dihadapan Brian. Dibelakang Brian ada Citra yang menjadi notulen dari Brian.Brian terus tersenyum sambil memperhatikan presentasi Arin dan Adi.Brian dalam hati membatin Ini yang kubutuhkan dari dulu.Melihat Brian yang terus mengangguk-anggukan kepala tanda dia mengerti bahkan terlihat beberapa kali tersenyum itu membuat Citra merasa senang. Akhirnya Brian normal kembali. Citra harus banyak-banyak berterima kasih pada Arin dan Adi, karena sudah 3 bulan ini semenjak Dodi resign Brian sangat uring-uringan takut proyek ini tidak rampung.Menurut Citra, Brian sudah mengerahkan semuanya, termasuk materi, tenaga dan pikiran.Citra kesal juga dengan Pak Dodi, karena dia seperti mempersulit semua orang terutama Brian dan anak-anak otomotif dengan resignnya Dodi ditengah-tengah berjalannya proyek.” Melihat dari presentasi kalian, sudah lebih kompleks dan lengkap dibanding presentasi sebelumnya tanpa Arin. Mudah dipahami juga, kuharap Pak Sean tertarik untuk mengiklankan produk kita lagi. “Brian cukup lega melihat hasil presentasi dari Arin dan Adi. Brian rasa Sean akan setuju kali ini.Brian sudah cukup frustasi dengan Sean yang selalu menolak mengiklankan produk ini, karena Sean pernah bilang bahwa produk ini tidak cukup menjual.Arin dan Adi sangat senang mendengar ucapan Brian.” Terima kasih pak. “” Saya akan coba mengundang Pak Sean kembali untuk membicarakan terkait produk kita. Nanti kalian berdua ikut dengan saya dan Citra. “” Nanti akan Citra beritahu waktunya. Kalian siap-siap ya. “Brian sangat bersemangat saat mengatakan itu. Seakan yakin membayangkan keputusan Sean nanti yang pastinya akan disetujui oleh Sean.
Setelah mengucapkan itu Brian langsung bangkit dari duduknya. Dengan langkah ringan ia meninggalkan ruang meeting tersebut. Seolah beban berat menghilang dari pundaknya.
Citra melihat Arin dan Adi, ia tersenyum lebar dan mengacungkan jari jempolnya lalu mengepalkan tangannya diudara sambil bilang Kalian hebat. Semangat!! tanpa suara.
Arin dan Adi yang melihat itu hanya bisa tertawa dan mengucapkan terima kasih juga pada Citra tanpa suara.Mereka berdua kemudian membereskan peralatan dan berkas yang telah mereka gunakan dalam presentasi kali ini. Setelah itu mereka berpisah dan kembali ke ruangan masing-masing. Sudah waktunya makan siang. Akhirnya mereka bisa makan siang dengan tenang tanpa beban pikiran.*Besoknya baru saja sampai kantor, tidak disangka Citra mengabarkan pada Arin dan Adi bahwa jam 11.00 siang nanti akan diadakan pertemuan dengan Sean di salah satu restoran. Citra juga mengingatkan sebisa mungkin diusahakan mereka berdua sudah datang sebelum jam 11.00 di restoran yang sudah dijanjikan.Saat itu juga Arin langsung menemui Adi diruangannya.” Mas, kata mbak Citra katanya hari ini ketemu Sean. Kok aku gugup ya? “ panik Arin dihadapan Adi.Arin tidak henti-hentinya meremas tangannya sambil bolak-balik didepan Adi. Adi hanya duduk dengan tenang dikursi kerjanya. Tidak ada berkas yang berserakan di meja Adi seperti sebelumnya. Sepertinya Adi tidur dengan nyenyak tadi malam, soalnya wajahnya terlihat lebih fresh.” Sama saya juga gugup banget. Mana ini pertama kalinya saya presentasi dihadapan investor langsung. “” Bawa proyektor ngga ya? Ngga mungkin kita bawa proyektor kan mas? “ tanya konyol Arin dengan muka serius.” Hah? “Adi tertawa keras dan terbahak-bahak sambil memegang perutnya setelah mendengar ucapan Arin.” Ngga usah kayaknya, Rin. Kita print out aja jadi beberapa rangkap. 6 rangkap aja cukup kayaknya. “” Oke deh mas. “Mereka berdua langsung menyiapkan apa saja yang sekiranya dibutuhkan saat pertemuan nanti*Brian dan Citra berangkat bersama menggunakan mobil dan sopir Brian.Sedangkan Arin dan Adi berangkat bersama menggunakan mobil perusahaan. Arin diam daritadi sambil memandang jalanan menuju restoran.Sepanjang jalan menuju restoran Arin merasa lega karena istilah ‘orang dalam’ tidak ada dalam dirinya. Setelah usaha dia selama ini mengerjakan finishing proyek ini bersama Adi, dia tidak ada menghubungi Sean sama sekali. Bahkan setelah pertemuan Arin dan Sean di basement tidak ada kontak sama sekali.Bagaimana reaksi Sean saat melihatku nanti?Arin merasa Sean pasti akan kebingungan karena yang Sean tahu Arin kerja dibagian finance. Itupun Arin yang memberi tahunya saat bertemu di basement waktu itu.Arin melihat Adi.Terlihat Adi memejamkan mata, Arin yakin Adi tidak sedang tidur tapi sedang menenangkan dirinya. Meskipun Adi terlihat tenang pasti dia sama gugupnya seperti Arin. Ini proyek yang pertama kali ditangani Adi secara langsung.Mereka sampai juga di restoran yang dituju, Mereka langsung menuju ruang yang telah dipesan oleh Brian.Disana sudah ada Brian dan Citra. Brian menyandar dikursi, satu tangan diatas meja dan juga memasang tampang kosong, tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan. Sedangkan Citra, saat Arin dan Adi masuk ke ruangan itu langsung tersenyum dan menganggukan kepala pada mereka. Yang dibalas senyum juga oleh mereka berdua.Tidak lama setelah kedatangan Arin dan Adi, Sean datang bersama sekretarisnya yang tak kalah cantik dari Citra. Kedua bos ini memang bisa memilih wanita yang cerdas plus cantik.” Siang Pak Brian. “” Siang juga Pak Sean. “Brian bangkit dari duduknya, sedikit merapikan jas yang kusut akibat duduk tadi.Brian dan Sean bersalaman setelah saling sapa.Sean heran melihat ada Arin disitu.” Arin? “” Hai yan!! “Sean dan sekretarisnya duduk dikursi yang tersedia.” Sepertinya Pak Sean sudah mengenal Arin? “” Ya, dia teman sekelas saya waktu kuliah. Tapi kenapa ada Arin disini? Setahu saya Arin dibagian finance. “ heran Sean” Ahh Saya minta Arin untuk bantu Adi. Dia… Adi, yang meng-handle proyek ini. Kalau begitu bisa langsung kita mulai saja Pak. “*****Brian, Adi dan Arin secara bergantian mempresentasikan terkait hasil akhir peluncuran tipe motor terbaru yang akan dirilis. Mereka bertiga juga menjelaskan point-point dari motor baru ini yang sekiranya akan menarik perhatian konsumen nantinya.Kali ini Sean sangat terkesan dengan penuturan mereka bertiga. Bahkan beberapa kali Sean bertanya dengan antusias. Mendengar penjelasan mereka bertiga, Sean jadi tidak terlalu memikirkan tema iklan nanti karena sudah langsung terbersit diotaknya.” Kalo menurut kalian untuk tema iklannya mau yang seperti apa? “Basa-basi Sean menanyakan itu. Ingin tahu apakah mereka sepemikiran dengan Sean atau tidak.Brian dan Adi hanya diam. Tidak biasanya Sean bertanya seperti itu pada klien. Biasanya klien akan mempercayakan sepenuhnya pada perusahaan Sean.” Macho. “ celetuk Arin.Seluruh orang yang ada diruangan itu otomatis melihat ke arah Arin dengan pandangan ‘apa kamu bilang?’.Berbeda dengan Sean, dia malah tertawa keras sambil mengangkat telapak tan
Pagi itu, Brian baru saja tiba di kantor. Seluruh karyawan yang berpapasan dengan Brian di lobby kantor menunduk hormat padanya. Brian dengan muka seriusnya berjalan ke arah lift terus tanpa menanggapi sapaan hormat dari karyawannya.Banyak karyawan yang mengagumi sosok Brian. Brian si duda tanpa anak yang tampan diusia awal 40-an selalu membuat karyawan perempuan di SFC tergila-gila. Meskipun sudah berumur, tapi Brian memiliki tubuh yang tinggi tegap. Begitupula dengan Kalya Faris yang sedang berada di meja resepsionis . Karyawan baru dibagian marketing yang berusia 23 tahun. Saat pertama kali dia melihat Brian, dia langsung terpesona pada paras Brian.Gua harus dapetin dia batin KalyaKalya… Wajah yang dimilikinya cukup cantik dan memiliki tubuh tinggi semampai. Tatapan pria-pria di SFC saat melihat Kalya kelaparan. Ditambah Kalya juga sering menggunakan pakaian formal yang ketat, mampu merusak iman para karyawan lelaki.Kalya melihat Brian melintas dikoridor. Dia terus menatap Bri
Ruangan kerja dengan gaya interior yang mewah memenuhi seluruh ruangan dengan nuansa eksotik dari material kayu dengan finishing gelap dan mengilap. Lantainya dilapisi karpet yang lembut.Meja kerja yang berwarna cokelat gelap, kursi yang empuk serta nyaman yang dilengkapi hidrolik sehingga dapat mengatur posisi ketinggian kursi.Latar belakang meja kerja merupakan sebuah perpustakaan mini. Dimana buku-buku tersimpan dalam sepasang kabinet. Diantara kedua kabinet terdapat ceruk dinding kosong berwarna putih. Pada dinding tersebut terdapat foto berukuran besar, foto tersebut berisi foto pemilik ruangan bersama seekor panther.Disisi lain terdapat area khusus untuk menjamu kolega. Areanya cukup luas dengan menempatkan sofa mewah bergaya eropa klasik.“ Kamu masih tertarik sama proyek SFC, Riel?. “ tanya Sean yang sedang duduk bersandar serta menyilangkan kaki disofa mewah yang ada di ruangan tersebut sambil memainkan gawainya yang berisi pekerjaan yang dikirim sekretarisnya lewat e-mai
“ Saya cukup egois dalam berbisnis. Sudah saya katakan tadi alasan kenapa saya tertarik dengan proyek anda. Saya memiliki beberapa persyaratan.“ ucap Dariel.Brian merasa tidak nyaman saat Dariel berkata seperti itu. ” Pertama, saya ingin menjadi investor utama. “Oke Brian merasa lega setelah mendengar persyaratan pertama itu. Lagipula ia sudah cukup pusing dengan perginya beberapa investor besar. Dengan adanya persyaratan yang diajukan Dariel tersebut ia justru jadi merasa lega, ia jadi tidak perlu susah-susah mencari investor lagi.” Kedua, tidak hanya menjadi investor utama, tapi saya juga ingin mengetahui setiap perkembangan pengerjaan selama proyek ini berlangsung. “Tidak masalah bagi Brian, paling hanya memberi laporan proses pengerjaan proyek.” Syarat yang ketiga, syarat yang terakhir. Tidak jauh berbeda dengan syarat yang kedua. Saya harus punya kendali penuh akan proyek ini. “Brian bingung dengan ucapan Dariel. Tidak mungkinkan Dariel yang akan …” Saya ingin setiap kebi
Group Chat Proyek Motor ABrian Dominic : Pagi semua.Brian Dominic : Hari ini kita kedatangan tamu dari HighPro Group.Brian Dominic : HP investor utama kita.Brian Dominic : Semua tim harus sudah kumpul di Ruang Diamond pukul 09.45.Brian Dominic : Jangan sampai ada yang terlambat dan jangan bikin malu SFC.Citra Maya Adnan : Siap, Pak. Arin Pramudya Pratama : Baik, Pak. Adi Anugrah Tamani : Baik, Pak. Apa saja yang harus dipersiapkan?Brian Dominic : @Adi Anugrah Tamani tidak ada. Hanya perkenalan saja.Brian Dominic : Tim produksi yang dipabrik juga harus ada yang datang, perwakilan saja.Tono Murdianto : Siap, Pak. -Arin mengernyit melihat isi grup chat tersebut. Lalu menepuk pundak Lina yang ada disampingnya. Lina menoleh pada Arin dengan pandangan tanya.” Lin, emang biasanya kalo investor itu terjun langsung, ya? “” Terjun langsung? Paralayang? Bungee jumping? “Lina tidak paham dengan maksud Arin. Lina kira Arin mengajaknya untuk Paralayang atau Bungee Jumping. Kalo iya
Saat Arin, Adi dan anak otomotif lainnya masuk Ruang Diamond, disitu sudah ada Citra yang sedang menyiapkan proyektor dibantu oleh salah satu office boy.Ruang Diamond bisa dibilang ruang rapat utama yanga ada di SFC. Ruangannya sangat luas dilengkapi dengan peralatan canggih. Setelah Citra selesai menyiapkan proyektor, ia duduk diujung meja, cukup jauh dengan tempat duduk Arin. Arin yang tadinya memiliki niatan untuk mencari tahu tentang apa yang terjadi saat ini jadi menyurutkan niat awalnya.Pintu ruangan terbuka. Semua orang yang berada didalam ruangan berdiri, seolah menyambut mereka yang masuk kedalam ruangan. Masuklah Brian, lalu dua orang perwakilan HP dan ada Sean juga.Sean?’ Apa ini ada hubungannya dengan promosi proyek? ’, batin Arin dan Adi.Arin dan Adi saling pandang. Mereka seperti memikirkan hal yang sama setelah melihat Sean berada disana. “ Sudah lengkap semua? “ tanya Brian dan Citra.Citra mengangguk pada Brian.” Baiklah, kita mulai saja. “Brian berdiri di po
Rapat sudah selesai. Diruangan tersebut tersisa Brian, Citra, Dariel, Aldo, Sean, Arin, Adi dan Tono. Mereka masih membicarakan terkait proyek, tapi tidak seserius tadi. Pada pembicaraan ini lebih didominasi oleh Dariel. Dariel menyampaikan apa saja yang dirasa menurut dia kurang. Brian yang melihat itu ia jadi merasa kecewa tapi merasa lega. Brian juga merasa malu ternyata selama ini proyek yang ia tangani masih memiliki beberapa kekurangan.”Ya udah sih gitu aja. Paling nanti Adi dan Tono rutin setiap hari kirimi saya laporan terkait progresnya. Kalo ada masalah jangan sungkan hubungi saya. Kirimi Pak Brian juga, bagaimanapun dia masih atasan kalian dan keputusan final masih ada ditangan Pak Brian.“, akhir Dariel dari pembicaraan tersebut. Tidak terasa ternyata sudah jam makan siang. Mereka bersiap untuk pergi ke tempat kerja masing-masing.”Rin, makan siang bareng, yuk?“, ajak Sean pada Arin saat mereka sedang menunggu pintu lift. Dariel yang ada disamping Sean menoleh pada Sea
Kalya sekarang sedang ada di ruang tunggu yang ada di lobby. Sambil menunggu mamang ojek online mengantar makanan padanya, Kalya memainkan gawainya berselancar di dunia maya. Kalya memposting beberapa foto yang ia ambil sebelumnya. 249 Like, 87 Komentar Armandooo : Cantik banget Liannaro : Oh my god!! Keval_adia : hmmm Nuri.tya.s : Sobat gue nih, cantik bat dah Kalya.faris : Siapa dulu dong kekeke Vdlan19 : Godaan tengah hari Dalam waktu 5 menit saja sudah banyak yang menyukai dan mengomentari postingan Kalya. Kalya terus tertawa kecil sambil melihat komentar para netizen yang nyangkut dipostingannya. Banyak yang memujinya, banyak juga yang menghujatnya, mungkin karena iri akan kecantikan Kalya. Saat masih scroll beranda sosial medianya, ada telpon masuk kedalam gawainya dari mamang ojek online. ‘Halo, mbak. Saya sudah didepan lobby.’ “Tunggu bang, saya kesana sekarang.” Kalya langsung berjalan ke depan lobby. Disana sudah ada mamang ojek online yang menggunakan ja
Fatma dan Saskia menatap Dewa dan Citra yang cukup diam malam ini. Terlihat jika Citra memang tenang, tapi Dewa kebalikannya, Dewa sangat gugup. "Mas? Kok masih belum dimakan?" tanya Citra pada Dewa. Piring Dewa masih penuh dengan makanan. Biasanya Dewa sangat lahap memakan santapan makan malam dimana menu utama di resto hotel ini adalah steak. Citra sangat tahu jika Dewa sangat menyukai makanan yang berbahan protein itu. "Iya, yang," patuh Dewa. Dewa akhirnya memakan steak itu dengan lahap. "Oh ya Fatma, Saskia nanti anter ke supermarket, yuk. Ada yang mau mbak beli," ajak Citra pada Fatma dan Saskia. "Ok, mbak," Pikiran kotor Fatma dan Saskia berkelana kemana-mana. Apa mbak Citra mau beli kondom, ya? Testpack, mungkin? Ngga mungkin deh, masa ngelakuin sekali langsung buncit. Sehari juga belum. Mungkin mbak Citra mau beli obat kuat buat mas Dewa, tapi emang ada di Swiss? Itulah pikiran-pikiran kotor yang keluar dari kepala Fatma dan Saskia. "Mas, mau ikut, ngga?" tanya Cit
"Sudah 2 hari kita di hotel. Aku bosen, yang...." keluh Dewa pada Citra.Dewa saat ini berada di kamar hotel Citra. Dewa tiduran di kasur dan Citra sedang memainkan ponselnya di sofa.Fatma dan Saskia sedang berada di kamar Fatma. Mereka berdua hanya diam di kamar dan menonton drakor secara marathon."Sabar. Arin kirim chat satu jam yang lalu, dia bilang kalo dia lagi di bandara dan akan boarding satu jam lagi,""Chicago-Swiss berapa jam penerbangan, sih?""Mas cek google aja coba,"Dewa menuruti perintah Citra untuk cek di google. Dia mengambil ponselnya yang dia simpan diatas nakas"WHAT??? 9 JAM????" teriak Dewa dan duduk tiba-tiba.Citra terkejut mendengar teriakan Dewa, dia mengusap dadanya. "Ya ampun, mas. Jangan teriak-teriak gitu. Aku kaget.""Ini 9 jam loh, yang. Iya kalo 9 jam kita langsung jalan-jalan, kalo ngga?" ucap Dewa cemberut.Citra melirik jam yang ada di dinding, "Ya ngga bakalan bisa langsung jalan-jalan. Orang mereka bakalan nyampe hotel tengah malem,""Arrggggh
Andrew berjalan keatas panggung. Suasana ballroom yang awalnya penuh dengan suara berbincang dari para pengusaha itu seketika senyap. Mereka fokus melihat Andrew yang ada disana."Good evening everyone. Thank you for coming to this party that I have organized. Everyone here must be very familiar with the state of HP Group in the past year...." Andrew terdiam dan melihat orang-orang yang ada di ballroom sebelum melanjutkan pidatonya. "Yes, as you all know we were at a low point in our company, but we are grateful that we were able to get through it and still survive. I can say that this is one of our best achievements. Speaking of achievements .... I'm not talking about being ranked as the world's number 1 entrepreneur or anything, but an achievement where we can survive the downturn and even we can still hope to continue to grow. There is no such thing as getting tired and giving up. Cheers." Andrew mengangkat gelas yang berisi red wine yang daritadi dia pegang dan meminumnya sedikit,
Arin berdiri di depan cermin di kamar hotelnya. Gaun yang dia kenakan saat ini adalah gaun dengan model off shoulder berwarna ungu tua dengan gradasi hitam. Rambut Arin hanya disanggul sederhana.Cantik. -- batin Arin tersenyum dengan percaya diri untuk menutupi kegugupan yang sedang dia alami sekarang. Berkali-kali Arin menghembuskan napasnya.Tiba-tiba saja Lili datang dan merangkul pundak Arin. Lili menumpukan kepalanya ka pundak Arin, "Kakak tegang, ya?" tanya Lili terkekeh melihat kegugupan Arin.Arin mengangguk sambil meringis."Tenang aja, kak. Kakak kan udah sering ketemu sama ayah sama om-om nya kak Dariel," tenang Lili beberapa kali mengusap punggung Arin."Kondisinya beda, Li. Meskipun kakak itu sekretarisnya pak Bram, terus kenal pak Frans sama pak Andrew juga tapi ya tetap aja beda. Apalagi pak Andrew yang notabenenya ayah Dariel, bahkan pak Andrew jarang nyapa kakak di hotel. Kalo pak Frans sama pak Bram sih udah sering," keluh Arin.Lili memutar tubuh Arin menghadapnya,
Bandara hari ini cukup ramai, terutama hari ini adalah weekend."Kamu udah coba telpon Saskia?" Tanya Dariel pada Arin. Beberapa kali Dariel cek jam tangan miliknya. Satu jam lagi pesawat akan lepas landas. Memang masih ada waktu, tapi jika datang lebih awal akan lebih baik.Tidak henti-hentinya Arin bertukar pesan dengan Saskia di aplikasi hijau, "Udah, aku lagi chat-an sama Saskia. 15 menit lagi dia nyampe," jawab Arin masih dengan berbalas chat dengan Saskia.Hari ini mereka akan berangkat ke Swiss dan Chicago.Arin, Dariel, Lili, Joni dan Sean akan pergi ke Chicago. Sedangkan Dewa, Citra, Fatma, dan Saskia akan berangkat ke Swiss. Sesuai dengan rencana jika rombongan Chicago akan datang ke Swiss setelahnya.Awalnya Sean akan berangkat bersama keluarga Frans dan Bram, tapi dia akhirnya membatalkannya, karena akan sangat kikuk jika pergi bersama mereka.15 menit berlalu, tapi belum terlihat tanda-tanda kedatangan Saskia.Mereka masih menunggu Saskia di ruang tunggu keberangkatan pes
"Cukup meresahkan mendengar aduan dari tetangga-tetangga disini. Apalagi kalian bukan mahrom," ucap pak RT.Sekarang Arin, Lili, Dariel dan Joni berada di rumah pak RT. Ini merupakan ide Arin untuk mendatangi rumah pak RT, yakni meminta ijin agar Joni dan Dariel bisa menginap di rumah mereka. Awalnya Arin sudah mencoba untuk tidak memikirkan gunjingan-gunjingan para tetangga pagi ini, tapi tetap saja dia merasa salah bagaimanapun Dariel dan Joni bukanlah warga disana."Iya pak, saya mau minta maaf. Saya ingin melakukan ijin tapi karena kami baru sampai jam 2 malam, lalu tadi pagi kami langsung ziarah, jadi baru bisa sekarang untuk melakukan ijin kesini," ringis Arin menyadari kesalahannya."Jika sebelumnya kalian tidak sampai menginap jadi tidak terlalu membuat khawatir warga disini, tapi jika sekarang kalian menginap jadi ya banyak gunjingan sana-sini. Saya pribadi tidak mempermasalahkan jika kalian menginap disini, dengan datangnya kalian meminta ijin pada saya setidaknya saya jadi t
Bab 139 : Ziarah dan perihal kakek-nenekSetelah Arin memijat punggung dan pundak Dariel semalam menggunakan alat pijat lumba-lumba, kondisi tubuh Dariel cukup membaik dari yang awalnya pegal-pegal karena kelelahan menyetir sekarang sudah tidak terlalu pegal. Meskipun masih terasa pegal, tapi tidak seburuk semalam.Jam 7 pagi sekarang. Keadaan rumah Arin cukup ramai. Bukan hanya di dalam rumah, tapi diluar rumah juga sangat ramai. Yup, diluar rumah Arin ada beberapa tetangga yang penasaran dengan siapa yang datang ke rumah Arin, secara disana terparkir mobil mewah dan elegan. Sangat jarang ada mobil mewah yang datang ke desa mereka. Memang beberapa kali Arin dan Lili menggunakan mobil Joni atau Citra saat akan berziarah, tapi mobil Joni dan Citra tidak semewah mobil Dariel.Banyak ibu-ibu yang sengaja nongkrong di sebrang rumah Arin karena saking penasarannya.Lili mengintip dari jendela, "Kak, ngga ada kerjaan banget deh itu ibu-ibu ngeliatin rumah kita," ucap Lili kesalArin yang s
Seperti permintaan Dariel 2 hari lalu, akhirnya Arin, Lili, Dariel dan Joni pergi berangkat ke kampung halaman Arin dan Lili. Dalam keadaan lelah sepulang kerja, Arin dan Lili langsung terlelap tidur di kursi belakang, sedangkan Dariel dan Joni duduk di depan, mata mereka masih melek.Dariel memang sengaja tadi hanya masuk kerja setengah hari. Setelah istirahat makan siang, dia pulang ke rumah untuk istirahat dan tidur. Begitu pula dengan Joni. Dia sudah tidak menjadi seorang pemadam kebakaran lagi, tapi dia membantu toko milik keluarganya jadi waktu yang dia miliki juga cukup luang.“Rencana mau lamar Lili kapan?” tanya Dariel pada Joni yang sedang menyetir.“Sudah saya lamar. Kedua orang tua saya sudah melamar Lili pada Arin untuk saya. Jadi sekarang Lili itu tunangan saya, bukan pacar saya.”“Kapan?”“Sudah lama. Bahkan mama yang ngebet ingin Lili jadi istri saya. Dia yang suruh buru-buru.”“Kan sudah dapat lampu hijau buat nikah. Kenapa ngga langsung nikah aja?”“Lili ingin Arin y
Dewa mendapat lemparan bantal.“Bos!”“Gue lagi tidur. Beraninya lo bangunin gue?” teriak Dariel.Bagai singa yang tertidur dan dipaksa bangun. Begitulah Dariel sekarang.Arin, Lili dan Joni kaget mendengar teriakan Dariel dari dalam kamar. Mereka bertiga berbondong menuju kamar Arin.“Apa-apaan ini?” sentak Arin dari pintu kamar. Dia menggeleng melihat bantal tidur miliknya ada di lantai.Arin lihat Dewa hanya diam saja. Begitu juga Dariel. Dariel masih tiduran di atas ranjang Arin.“Wa,” panggil Joni.Dewa melirik ke belakang tubuhnya. Dewa mendekati Arin dan berdiri di belakang Arin.“Bos Dariel lempar bantal ke gue. Padahal gue cuman bangunin dia,” rajuk Dewa dengan wajah memelas. Dewa mengadu pada Arin agar terhindar dari amukan Dariel.“Mas Dewa aku suruh bangunin kamu. Kita makan bareng sekarang,” titah Arin. Setelah mengucapkan itu, Arin melengos dan kembali ke meja makan. Dewa tersenyum pongah ke hadapan Dariel.Sumpah. Dariel kesal setengah mati melihat wajah menyebalkan Dew