Bab 1
Dijodohkan?
"Naura, tolong antar kue brownies ini ke rumah tante Salma!"
"Malas, ah, Ma! Suruh bik Siti saja!"
"Gak boleh gitu dong, Sayang! Kan tante Salma dan om Adrian itu sahabat Mama Papa. Mereka juga sayang banget sama kamu!"
"Iya, Ma! Tapi malas saja harus ketemu sama si rese itu."
"Udah, udah! Ayo, cepat antar kesana! Jangan banyak alasan! Lagian, Bagas sedang gak di rumah. Dia belum pulang kerja jam segini."
"Iya, Mamaku yang cantik dan bawel."
Akhirnya, Naura berangkat juga ke rumah tante Salma. Rumah tante Salma berada tepat di depan rumah keluarga Naura.
Orangtua mereka bersahabat. Om Adrian adalah teman SMA pak Hendrawan, papa Naura. Mereka bersahabat hingga sekarang. Bahkan istri-istri mereka pun kini menjadi sahabat dekat juga.
Keluarga Hendrawan memiliki 2 orang anak. Yang pertama bernama Marchel berusia 28 tahun dan saat ini sedang menjalankan bisnisnya di Singapura.
Yang kedua adalah Naura. Gadis manis dan manja berusia 20 tahun yang saat ini masih kuliah semester 4.
Sementara, keluarga Adrian hanya memiliki seorang putra, yaitu Bagas yang saat ini juga berusia 28 tahun dan bekerja sebagai CEO di perusahaan keluarganya.
Persahabatan orangtua mereka juga menular ke anak-anaknya. Bagas dan Marchel merupakan sahabat dekat sejak masih TK.
"Assalamualaikum, tante Salma!"
"Waalaikumsalam, Sayang. Ayo, langsung masuk saja. Tante di ruang makan ini," jawab Tante Salma sembari berteriak.
"Tante, ini ada kue brownies titipan Mama. Wah, masakannya banyak banget. Mau ada tamu ya, Tante?"
"Wah, pasti enak ini. Bilang terimakasih sama mama ya. Iya, Sayang. Ini nanti tunangannya Bagas mau makan malam kesini sama keluarganya. Naura mau ikut?"
"Gak lah, Tan. Males banget ketemu sama tukang rese itu. Ya udah, Tan. Naura pulang dulu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Hati-hati sayang."
*********
2 bulan sebelumnya
Ayah, Bunda, Bagas mau ngomong, boleh?" tanya Bagas.
"Mau ngomong ya ngomong ja, tho, Gas. Biasanya juga gitu. Iya kan, Yah?" sahut Bundanya.
"Sepertinya ada yang serius ini. Ada apa?" tanya Ayahnya.
"Bagas mau menikah, Yah, Bun. Tolong restui hubungan Bagas dengan Kirana."
Pak Adrian dan Bu Salma saling berpandangan. Mereka sadar bahwa saat ini akan terjadi.
Sambil menghela nafas, pak Adrian berkata,"Bagas, kamukan tahu bahwa sejak kecil kamu dan Naura sudah kami jodohkan. Bahkan perjodohan itu sudah ada jauh sebelum kalian lahir."
"Benar kata Ayah kamu. Apa yang akan kami katakan sama keluarga pak Hendrawan kalau kamu tiba-tiba mau menikah dengan orang lain."
"Yah, Bun, aku tidak suka sama Naura. Cewek centil dan manja itu tidak akan bisa menjadi istri yang baik untuk Bagas. Lagian dari dulu kan aku tidak setuju dengan perjodohan ini. Tolong hargai perasaan Bagas, Yah! Hanya Kirana yang Bagas cintai,"ucap Bagas.
Setelah terdiam sejenak, pak Adrian berkata,"Baiklah, kalau memang itu keputusanmu. Kami tidak memaksa. Untuk urusan keluarga Hendrawan, biar ayah dan urus."
"Tapi, Yah…."
"Sudah, Bun. Jangan dipaksa. Pernikahan ini mereka yang menjalani. "
"Terimakasih banyak, Yah. Bagas janji tidak akan mengecewakan kalian. Bagas yakin, Kirana akan menjadi menantu yang baik. "
*********
"Naura, ayo, cepat! Sudah jam berapa ini? Lama sekali sih dandannya. Kita harus segera berangkat."
"Iya, Ma. Ini sudah selesai kok. Kak Marchel beneran gak bisa pulang, Ma?"
"Gak bisa. Katanya sedang ada rapat dengan klien penting. Gak.bisa dicancel."
Yups, hari ini adalah hari pernikahan Bagas dan Kirana. Berhubung keluarga mereka sohiban, jadi mereka ikut berangkat bersama rombongan pengantin pria menuju gedung tempat akad nikah.
Setelah semua siap, iring-iringan mobil mereka pun siap berangkat. Mereka tiba di gedung pukul 09.00 WIB. Akad nikah akan dimulai pukul 10.00 WIB, dilanjutkan dengan resepsi sore harinya di gedung yang sama.
Para tamu undangan sudah mulai berdatangan. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.15 WIB. Akan tetapi, rombongan pengantin perempuan dan keluarganya belum kelihatan.
Waktu terus berlalu. Rombongan pengantin perempuan belum juga tiba. Para undangan sudah mulai gelisah. Pun dengan Bagas dan keluarga om Adrian.
Bagas terlihat memegang ponselnya dengan gelisah. Dia mencoba menghubungi Kirana dan keluarganya. Namun sayang, tak satupun diantara mereka yang ponselnya aktif. Bagas semakin gelisah.
Tidak lama kemudian ada sebuah mobil datang. Setelah diperhatikan, ternyata itu bukan rombongan pengantin. Namun, hanya orangtua Kirana dan pamannya.
"Pak Adrian, boleh saya bicara sebentar?" tanya pak Wibawa, ayah Kirana.
"Silahkan, Pak! Mari kita bicara di belakang."
"Sebelumnya, saya selaku paman Kirana dan adik pak Wibawa memohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami juga tidak ingin hal seperti ini terjadi. Tetapi mau bagaimana lagi. Jujur saja, kami juga shock. "
"Ada apa ini om Agung? Om Wibawa? Dimana Kirana? Semua tamu undangan dan penghulu sudah menunggu sejak tadi," sela Bagas.
"Maafkan kami, Nak Bagas. Maafkan kami pak Adrian. Kirana pergi. "
"Pergi? Apa maksudnya ini?"
"Benar, Nak Bagas. Saat kami ingin menjemput Kirana di ruang make up, ternyata dia sudah tidak ada. Hanya pakaian pengantinnya yang tertinggal. Kami sudah mencari kemana-mana. Kami juga sudah menghubungi teman-temannya. Tetapi tidak ada yang tahu. Sekali lagi kami sekeluarga mohon maaf pak Adrian karena terpaksa rencana pernikahan ini dibatalkan."
Setelah mengatakan hal tersebut, keluarga Kirana pergi meninggalkan gedung.
"Ada apa Adrian? Dimana pengantinnya?" tanya pak Hendrawan. Akhirnya, pak Adrian menceritakan apa yang terjadi.
"Bagaimana ini, Yah? Masak, pernikahan Bagas dibatalkan? Bunda kan malu. Semua undangan sudah datang. Para kerabat dan kolega juga sudah datang. Bunda malu, Yah."
"Mau bagaimana lagi, Bun? Keadaannya sudah seperti ini. Biar ayah yang menyampaikan hal ini kepada para tamu undangan. Bunda dan Bagas langsung pulang saja."
"Yah, bagaimana kalo rencana perjodohan Bagas dan Naura kita lanjutkan? Kan, mereka sudah saling mengenal satu sama lain. Jadi kita bisa besanan sama pak Hendrawan dan jeng Sinta. Bagaimana menurut jeng Sinta?"
"Wah, saya setuju. Sayang kalo rencana pernikahan ini digagalkan. Sudah keluar biaya banyak juga. Urusan Naura, biar saya yang urus."
"Saya ikut kamu,jeng. Naura pasti mau dengerin kita. Udah, bapak-bapak sana bujuk Bagas. Kami akan menyiapkan Naura. Cepetan, waktu kita tidak banyak."
"Mari, Adrian."
"Ouh, iya Hendrawan. Ayo," jawab pak Adrian dengan sedikit gugup.
Mama Naura dan Bunda Bagas segera menghampiri Naura.
"Sayang, Mama mau ngomong sebentar!"
"Ada apa, Ma? Pengantinnya mana?"
"Kita bicara di sana saja, ya!" ajak Bunda Bagas sambil menunjuk pojok ruangan.
Mereka segera ke sana.
"Naura sayang, Mama mau minta tolong, boleh?"
"Minta tolong apa, Ma?"
"Begini sayang. Kirana … dia menghilang. Rencana pernikahan Bagas terancam batal. Tolong … menikahlah dengan Bagas!"
"Apa? Gak. Naura gak mau, Ma. Masak, Naura disuruh nikah sama si tukang rese itu sih. Gak. Gak mau."
Bab 2Hari Pernikahan"Apa? Gak. Naura gak mau, Ma. Masak, Naura disuruh nikah sama si tukang rese itu sih. Gak. Gak mau.""Naura sayang. Tolonglah! Apa kamu tidak kasihan melihat Tante Salma sedih? Kalau acara pernikahan ini sampai gagal, mereka pasti malu.""Naura sayang. Mau ya, nikah sama Bagas? Tolong Tante!" ucap Tante Salma sambil terisak.Duh, aku ikut sedih jadinya. Sebenarnya tidak tega melihat Tante Salma seperti itu, tapi masak harus dengan menikah sama Bagas sih."Naura, bagaimana? Mau ya nikah sama Bagas?" ucap tante Salma sambil terus terisak."Tante, sudah jangan nangis lagi. Iya,Naura mau kok nikah sama Bagas."
Bab 3Aparteme"Lalu apa rencana kalian setelah ini?" tanya papa Nau"Biar kami jalani saja dulu, Pa. Kami perlu waktu untuk adaptasi. Bagas juga berencana untuk membawa Naura untuk tinggal di apartemen. Kami ingin belajar mandiri. Lagian, jarak apartemen dengan kantor dan kampus Naura kan tidak terlalu ja"Kamu yakin mau tinggal di apartemen? Apa tidak sebaiknya tinggal sama Mama Papa dulu? Naura itu masih manja banget lho," ujar Mama Na"Udah, Ma. Biarin saja mereka tinggal di apartemen. Benar kata Bagas. Biar mereka belajar mandiri. Papa mendukung keputusan kamu, Gas. Cuma pesan Papa, tolong, jaga putri Papa baik-baik! Bimbing dia agar bisa menjadi istri yang ba"Tentu,Pa," jawab Bagas sembari tersen
Bab 4CemburuTiba-tiba, ada yang menyapa Naura."Naura!""Uhuk …." Naura tersedak. Suaranya terdengar familiar."Ini, minumlah!" Mereka berdua menyodorkan minuman."Terimakasih, Kak!" Naura menerima minuman dari Bagas."Siapa dia?" tanya Bagas menunjuk pria yang ikut duduk di meja mereka."Kenalkan, gue Nico. Teman dekat Naura," ujar Nico sambil mengulurkan tangannya."Teman dekat?" tanya Bagas sambil mengernyitkan dahi."Bukan, Kak! Itu ….""Ayo kita pulang!" ujar Bagas sembari menarik tangan Naura.&nbs
Bab 5Saling Membuka HatiTanpa terasa, pernikahan mereka sudah berjalan 3 bulan. Selama ini, mereka rutin setiap Minggu mengunjungi orang tua mereka. Mereka tidak pernah mengizinkan orang tua mereka mengunjungi apartemen. Takut ketahuan tidur terpisah. He……Ting... tong….Bel rumah berbunyi.Begitu pintu terbuka," Kejutan…."Naura hanya bisa melongo melihat siapa yang datang."Mama? Bunda?""Kenapa wajah kamu seperti itu? Sepertinya tidak senang melihat kami datang," tanya bunda Bagas."Bukan begitu, Bun. Naura hanya kaget saja. Ayo masuk, Bun, Ma!" ujar Naura."Bagas belum pulang?"&
Bab 6Tidur Sekamar"Bagaimana hubunganmu dengan Nico?" lanjut Bagas."Hubungan apaan? Gue sama Nico gak ada hubungan apa-apa.""Beneran? Sepertinya, dia suka sama lo.""Iya sih, memang benar dia suka sama gue, malah dia pernah nembak gue. Hanya saja, gue nganggap dia teman doang.""Kenapa?""Ya … gak papa. Kan, emang perasaan gak bisa dipaksain.""Dia ganteng, lho! Pasti banyak yang suka. Meskipun, masih gantengan gue jauh sih!"Naura tertawa terpingkal mendengar kepedean Bagas."Ha … ha … ha…. Ih … Kak Bagas! Orang lagi serius juga, bisa aja bercanda
Bab 7Naura Cemburu" Kak Bagas …!" panggil wanita itu seraya mencium pipi kanan dan kiri Bagas.Bagas yang tak siap, tak sempat menghindar."Kamu …." ucapan Bagas terputus saking terkejutnya."Iya … ini aku. Kakak apa kabar?" ujar wanita itu."Aku … baik. Sama siapa?" tanya Bagas."Sendiri aja. Kak Ronald masih di Aussie, ngurusin bisnisnya. Kakak sama siapa?"Bagas ingin menjawab, tapi didahului oleh Naura."Sayang … dia siapa?" tanya Naura sambil bergelayut manja di lengan Bagas."Ow … iya, Sayang! Kenalin! Ini Alice, adiknya Ronald, sahabat aku pas kuliah."Naura
Bab 8Bagas Sakit"Kalo cewek gak mau, ya jangan dipaksa!" sela Bagas yang tiba-tiba sudah muncul."Emangnya lo siapa? Gak usah ikut campur!" ujar Nico ngegas."Lo belum tahu siapa gue? Dengarkan baik-baik. Gue suaminya Naura. Jadi, jangan pernah lo coba ganggu dia lagi! Ngerti lo!" ujar Bagas."Apa benar yang dia katakan, Ra?" tanya Nico kepada Naura."Udah dibilangin, masih saja ngeyel!" ejek Bagas."Gue tanya sama Naura, bukan sama lo!" ujar Nico sambil menunjuk muka Bagas."Apa lo pake nunjuk-nunjuk?" Bagas tersulut emosinya."Kur*ng aj*r!" teriak Nico.Bugh …. Nico menghantam wajah Bagas.Bagas yang tak siap, tak sempat meng
Bab 9Bulan MaduPukul 08.00 WIB Naura terbangun. Dia berjalan perlahan ke kamar mandi. Rasanya nyeri sekali. Tapi dia bahagia. Hari ini, dia sudah menjadi istri Bagas seutuhnya.Dia sadar, selama ini dia sudah mulai jatuh cinta pada sang suami. Cinta yang dia pendam sendiri, karena menunggu sang pujaan hati benar-benar siap membuka hati. Wajahnya merona saat ingat kejadian tadi."Masih sakit?" tanya Bagas lembut saat mendapati Naura keluar perlahan dari kamar mandi."Gak kok! Udah mendingan."Bagas menghampiri Naura, lalu membopongnya menuju tempat tidur."Istirahatlah! Kamu pasti capek!""Aku mau masak, Kak! Ini sudah siang!""Gak usah masak! Kita order saja! Satu lagi! Jangan panggil aku kak la
Bab 51EKSTRA PART"Sayang, besok aku izin keluar ya!" ujar Kirana kepada Ronald."Mau kemana?" tanya Ronald."Ke rumah sakit.""Kamu sakit?" tanya Ronald panik."Gak, Sayang! Jadi, ceritanya itu akhir-akhir ini kan Axel sering sakit, trus beberapa kali mimisan. Akhirnya, aku periksakan ke dokter. Nah, sama dokternya disuruh periksa ke lab. Takutnya, ada yang serius." Kirana memberi penjelasan."Kenapa gak pernah cerita? Itu periksa ke labnya kapan?""Sekitar … dua minggu sebelum pernikahan kita," ujar Kiran sambil mengingat-ingat."Sebelum kamu nemuin Papa dan nglamar aku.""Itu sudah lama sekali, lho!" protes Ronald."Iya sih. Kata petugas labnya, perkiraan dua minggu hasilnya keluar. Tapi kemarin itu ternyata lebih. Baru tiga hari yang lalu dikabari kalau hasilnya sudah keluar.""Trus, kenapa gak langsung diambil?" "Lha kita kan posisinya masih bulan madu. Aku gak mau merusak suasana. Kalau sekarang kan, kita sudah di rumah. Makanya mau tak ambil."Ronald menghela nafas panjang."
Bab 50PERTEMUAN PERTAMA“Oya, siapa nama anak kita?” tanya Ronald.” Axel Dharmendra Wibawa,” sahut Kirana.“Kamu tidak memasukkan namaku?” protes Ronald.“Aku gak yakin kamu mau mengakuinya, jadi aku memasukkan nama Papa.”“Setelah kita menikah, aku akan menggantinya menjadi Axel Dharmendra Baskoro,” ujar Ronald.“Terserah kamu sajalah.”“Oya, dia pulang sekolah jam berapa?” tanyanya.“Jam 14.00 WIB.”“Nanti aku ikut jemput, ya?” tanya Ronald.“Yakin?”“Iya, dong! Aku sudah tidak sabar!” ujar Ronald.“Dia pasti senang,” ujar Kirana.“Apa yang kamu katakan padanya saat dia menanyakan Papanya?” tanya Ronald penasaran.“Aku bilang sama dia kalau Papanya sedang bekerja di tempat yang jauh mencari uang yang banyak buat dia.”“Trus, dia jawab apa?”“Awalnya gak banyak protes, tapi akhir-akhir ini dia selalu bilang kalau dia tidak butuh uang yang banyak. Dia hanya ingin punya Papa seperti teman-temannya,” sahut Kirana. Dia tampak sedih mengingat pembicaraannya dengan Axel kala itu.Ronald
Bab 49PERJUANGAN RONALD"Aku sudah meletakkan surat pengunduran diriku di meja Pak Ronald.""Kamu yakin? Aku bisa memindahkan kamu ke divisi lain kalau tidak suka disana.""Gak perlu, Pak! Saya ada alasan lain mengapa harus resign.""Baiklah, kalau memang itu keinginanmu. Aku tidak memaksa.""Ya sudah, Pak, saya pamit ya!" Usai Kirana meninggalkan kantor, tak lama kemudian Ronald datang. Dia sangat terkejut mendapati surat pengunduran diri Kirana. Dia lebih terkejut lagi mendapati hasil tes DNA delapan tahun yang lalu."Jadi, anak itu adalah anakku," ujar Ronald lirih. Ronald tampak syok. Bergegas dia melangkah ke ruangan Sakti."Apa Kirana tadi kesini?" tanya Ronald."Iya Pak, hanya mampir sebentar lalu pulang. Ada apa Pak?" tanya Sakti heran."Gak ada. Terimakasih," ujarnya, lalu meninggalkan ruangan Sakti. Sakti memandang kepergian Ronald dengan miris. Dia tahu, ada sesuatu antara Kirana dan Ronald. Sepertinya, dia harus bersiap patah hati. Ronald segera melajukan kendaraanny
BAB 48MENGUNDURKAN DIRI“Saya temannya Mama kamu,” sahut Bagas.“Oya? Wah ... kebetulan sekali! Apa kamu juga teman Papa aku?” tanya Axel polos.Bagas memandang Mama Kirana mencari jawaban.“Axel, ayo temannya diajak masuk!” ujar Mama Kirana.“Gak usah, Tante! Kami langsung pulang saja!” sahut Bagas.“Papa, kami mau kue!” rengek Kayla.“Mau kue yang mana? Sini, Oma ambilkan!”Mama Kirana menggiring Kayla dan Keysha ke bagian etalase kue.Sekarang, tinggal Bagas berdua dengan Axel.“Om, apa Om kenal dengan Papa aku?” tanya Axel lagi."Memangnya Mama kamu bilang apa?" tanya Bagas."Kata Mama, Papa sedang bekerja di tempat yang jauh. Kalau Om ketemu Papaku, tolong katakan padanya, aku gak minta uang yang banyak. Aku juga gak akan minta dibelikan mainan. Aku hanya ingin Papa pulang. Gak papa kita gak punya banyak uang, asalkan bisa selalu bersama," ujar Axel sendu."Bagas terharu mendengar ucapan Axel, lalu menghela napas panjang."Om memang kenal Papa kamu, tapi Om gak tahu dimana dia s
BAB 47QUEEN CAKE ‘N BAKERY"Pa, bagaimana kalau kita antar Axel pulang dulu? Dia belum dijemput!" ujar Kayla kepada Papanya saat dijemput pulang sekolah. Tampak, di taman Axel sedang bermain sendirian ditemani sang wali kelas. "Iya, Pa! Kasihan dia nanti sendirian!" sahut Keysha."Memangnya Axel belum dijemput?" tanya Bagas."Belum!" sahut mereka serempak."Sebentar! Papa tanya wali kelas kalian dulu!"Bagas, Kayla, dan Keysha segera menghampiri wali kelas mereka. "Selamat siang, Bu!” sapa Bagas.“Selamat siang, Pak Bagas! Ada apa, ya?” tanya Bu Dyah, walikelas mereka.“Axel kok belum pulang? Memangnya, dia belum dijemput, Bu?" tanya Bagas."Belum, Pak! Barusan mamanya telfon, katanya jemputnya agak terlambat," sahut sang wali kelas. "Bagaimana kalau dia kami antar saja? Rumahnya mana?" Wali kelas tersebut menyebutkan sebuah alamat."Kami satu arah. Bagaimana, Bu?" "Apa tidak merepotkan, Pak?""Tidak, Bu. Lagipula, sepertinya anak-anak dekat dengan dia. Mereka gak tega meninggal
Bab 46MENJADI SEKRETARIS RONALD"Maaf, Pak! Saya pinjam Ibu Kirana sebentar. Ada keperluan mendesak," ujar Sakti.Ronald memandang Sakti dengan tajam. "Urusan apa? Bukankah ini masih jam kerja? Lagipula, wawancaranya belum selesai," sahut Ronald tak suka."Maaf, Pak! Ini masalah keluarga dan sangat penting. Mohon pengertiannya!" ujar Sakti sopan.Ronald menatap Sakti dan Kirana bergantian. Apa hubungan Sakti dengan Kirana? Batinnya.Kirana pun memandang Sakti dengan tanda tanya."Apa kamu keluarganya?" tanya Ronald lagi.Sakti tersenyum tipis."Bukan, Pak! Hanya saja, baru saja keluarganya menghubungi," sahut Sakti."Ya sudah! Bawa dia pergi!" ujar Ronald pasrah."Terimakasih, Pak! Ayo!" ajak Sakti kepada Kirana. Dengan penuh tanda tanya, Kirana mengikuti langkah Sakti. "Ada apa?" tanya Kirana saat mereka sudah di luar ruangan."Tadi Mama kamu nelfon. Sebenarnya, beliau sudah menghubungi kamu tapi gak bisa, jadi beliau menghubungi nomor kantor," ujar sakti."Ada apa Mama nelpon?"
Bab 45SANG CEOKirana melajukan mobilnya dengan kencang. Namun, dia tetap terhalang kemacetan panjang. Setelah menempuh perjalanan hampir empat puluh lima menit, akhirnya Kirana tiba di kantor. Kirana melirik jam di pergelangan tangannya. Dia sudah hampir terlambat. Setelah memarkirkan kendaraannya, Kirana melangkah terburu-buru ke ruangannya. Saking terburu-burunya, dia tidak memperhatikan langkahnya.Bruk.Tabrakan pun tak terelakkan.Berkas-berkas di tangan Kirana jatuh berhamburan."Maaf, Pak!" ujar Kirana sembari menunduk. Lalu, dia berjongkok mengambil berkas-berkas tersebut."Maaf, Pak, atas kecerobohan karyawan saya!" ujar Sakti merasa tak enak. Saat ini, Sakti sedang menemani sang CEO menuju ruangannya."Hm!" Sang CEO hanya berdehem, lalu melanjutkan langkahnya ke ruangannya."Kenapa terlambat? Kemarin kan aku sudah bilang harus tepat waktu?" omel Sakti sembari membantu Kirana mengumpulkan berkas-berkas yang berceceran."Maaf, Pak! Semalam Axel demam, jadi ….""Bagaimana ke
Bab 44UNGKAPAN HATI SAKTIPagi ini, lalu lintas cukup lancar. Taksi yang ditumpanginya melaju dengan tenang. Ronald memandang setiap sudut jalanan."Kota ini sudah banyak berubah," ujarnya dalam hati.Saat di lampu merah, sekilas dia melihat seorang wanita sedang menyetir seorang diri. Ronald memperhatikan wanita itu dengan seksama. Benar saja, wanita itu adalah Kirana. Sesaat kemudian,lampu hijau menyala."Ikuti mobil merah itu, Pak!" ujar Ronald kepada sopir taksinya. "Baik, Pak!" sahut sang sopir taksi. Sopir taksi tersebut berusaha mengikuti mobil Kirana. Dua puluh menit kemudian, mobil Kirana memasuki pelataran parkir sebuah perusahaan. "Stop, Pak!" ujar Ronald. Dia mengamati kantor tersebut dari dalam taksi. Setelah puas, dia meminta sopir taksi tersebut meninggalkan lokasi."Jalan, Pak! Kembali ke tujuan awal!" ujar Ronald. "Baik, Pak!" sahut sopir taksi tersebut. Ronald menyandarkan tubuhnya ke kursi sembari memejamkan matanya. Dia tersenyum tipis. Sekarang, dia tahu haru
Bab 43❤️Delapan Tahun kemudian ❤️"Ma, aku gak mau masuk sekolah lagi!" ujar Axel sendu."Kenapa begitu, Sayang?" tanya Kirana. Dia tampak terkejut dengan pernyataan putra semata wayangnya."Teman-teman jahat, Ma!""Jahat bagaimana?""Mereka tidak mau berteman dengan aku. Mereka juga mengolok-olok aku, Ma!" ujar Axel lirih.Kirana terhenyak. Selalu begitu. Tak bisakah mereka membiarkan putranya bisa bersekolah dengan tenang? Yang melakukan kesalahan adalah orang tuanya. Jadi, biar orang tuanya yang menanggung. Jangan bebankan kepada anaknya. Anak yang masih polos dan tak tahu apa-apa. Sejak awal bersekolah, selalu masalah yang sama. Ini sekolah ketiga yang dia datangi. Di dua sekolah sebelumnya, Axel mengalami masalah yang sama. "Sayang … kita tidak mungkin pindah sekolah lagi. Apa semua teman kamu menjauhi kamu?" tanya Kirana.Axel menggeleng."Ada dua anak kembar yang berteman dengan aku. Tapi, teman-teman yang lain mencoba menghasutnya untuk menjauhi aku," ujar Axel lirih."Lalu