Bab 3
Aparteme
"Lalu apa rencana kalian setelah ini?" tanya papa Nau
"Biar kami jalani saja dulu, Pa. Kami perlu waktu untuk adaptasi. Bagas juga berencana untuk membawa Naura untuk tinggal di apartemen. Kami ingin belajar mandiri. Lagian, jarak apartemen dengan kantor dan kampus Naura kan tidak terlalu ja
"Kamu yakin mau tinggal di apartemen? Apa tidak sebaiknya tinggal sama Mama Papa dulu? Naura itu masih manja banget lho," ujar Mama Na
"Udah, Ma. Biarin saja mereka tinggal di apartemen. Benar kata Bagas. Biar mereka belajar mandiri. Papa mendukung keputusan kamu, Gas. Cuma pesan Papa, tolong, jaga putri Papa baik-baik! Bimbing dia agar bisa menjadi istri yang ba
"Tentu,Pa," jawab Bagas sembari tersen
*******
Sore itu juga mereka langsung berangkat menuju apartemen dengan diantar kedua orang tua mere
"Wah, apartemennya bagus sekali. Kamu pinter milihnya. Tidak terlalu besar, tapi tidak kecil juga. Cocok untuk pasangan pengantin ba
"Iya, Ma. Saya sengaja memilih apartemen yang tidak terlalu luas. Jadi mudah membersihkann
Setelah mereka berbincang cukup lama, akhirnya para orangtua pamit pula
"Naura, mama pulang dulu. Jaga diri baik-baik. Nurut sama suami. Jangan bandel.
"Iya,
"Naura sayang,Bunda pulang dulu ya! Kalo ada apa-apa, jangan sungkan telpon Bunda. Bagas, titip menantu bunda. Jangan dibikin nang
"Bagas, Papa titip Naura
"Iya, Pa. Saya akan menjaganya dengan ba
Mereka saling berpeluk
Setelah para orangtua pulang, Naura dan Bagas duduk di depan TV.
"Kak Bagas, kenapa buru-buru ngajak gue tinggal disini, sih? Kan gue masih pengen nginep di rumah Mama atau Bunda gi
"Kalo kita nginep disana, yang ada kita dipaksa tidur satu kamar. Kamu mau tidur bareng bagi? Kalo gue mah o
"Iya, ya. Bener juga. Gue juga ogah tidur sekamar dengan kak Bagas. Bikin alergi saja. Trus gue tidur dima
"Tuh, kamar kamu yang itu. Kamar gue yang sana. Dah, sana masuk kamar. Beresin sendiri barang elo. Gue mau tid
"Kak Bagas, gue boleh tanya g
"Tanya apa
"Eeeee, itu. Tentang ...eeeee
"Mo tanya apa sih? A e a e. Gak jelas bang
"Itu, mau tanya tentang kak Kirana. Memangnya dia gak ada hubungi kakak gitu?" tanya Naura hati-h
Bagas terdiam. Jujur, hatinya masih sakit menerima kenyataan ini. Seharusnya hari ini dia sedang berbahagia karena menikah dengan gadis yang dia cint
Tapi kenyataannya, gadis itu pergi tanpa sebab. Tanpa memberi kabar. Dia tidak tahu apa kesalahannya. Kenapa Kirana begitu tega melakukan semua
"Maafin gue ya, Kak. Gue gak bermaksud menyinggung perasaan kakak," ujar Naura yang merasa tidak e
"Gue juga gak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kalo memang gue melakukan kesalahan, seharusnya dia ngomong. Tidak seperti ini. Tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Sudahlah, tidak usah dibahas. Gue mau tidur," ujar Bagas sembari beranjak ke kamarn
Naura yang merasa tidak enak pun, akhirnya masuk ke kamarnya ju
*********
Pagi ini Naura memulai hari pertamanya sebagai istri. Setelah bangun tidur, dia bergegas menuju dapur dan membuka kulka
"Di kulkas cuma ada telur doang. Bikin omelet dan sandwich ja deh. Ada roti juga di meja makan," katanya pada diri send
Tidak lama kemudian semua sudah siap. Dia juga menyeduh secangkir kopi hitam untuk suaminya dan teh hangat untuk dirinya send
"Wuih, nyonya Bagas jam segini sudah sibuk ja nih. Bikin apaan?" tanya Bagas yang tiba-tiba munc
"Iiiiih… Kak Bagas! Bikin kaget saja. Di kulkas cuma ada telur doang. Jadi gue cuma bikin omelet sama sandwich. Tuh, dah tak bikinin kopi juga. Yuk sarapan!" ajak Na
"Kamu gak masuk kuliah?" mereka sarapan sambil berbinc
"Masuklah. Habis ini siap-siap. Kan, kemarin gak ada izin cuti. Orang dadak
"Ya udah, ntar gue anterin. Gue cuti 3 ha
"Iya, Kak. Hari ini cuma ada satu mata kuliah ja kok. Pulangnya dijemput gak? Nanti sekalian mampir belanja, ya! Di kulkas g ada apa-a
"Emang elu bisa mas
"Bisalah. Enak saja. Mama pasti ngomel-ngomel kalo anak gadisnya gak mau bantuin di dapur. Kata mama, nanti kalo gue sudah nikah, gue harus bisa memanjakan suami dengan masakan gue. Biar makin lengk
"Bener tuh. Oke ntar pulang gue jemput sekalian belan
"S
**********
"Naura…! Sini!" teriak Prilly, sahabat dekat Naur
"Tumben gak bawa mobil sendiri. Siapa tadi yang nganterin? Jangan bilang gebetan elo ya! Kasin ntar si Nico patah hati lagi," imbuh
Naura hanya bisa nyen
"Itu tadi dianterin kak Bagas. Mobil gue masih di bengkel. Iya,di bengkel," ujar Naura. Dia tidak tahu harus mulai dari mana untuk menceritakan tentang pernikahann
"Ih … kok kak Bagasnya gak diajak turun, sih! Kan, gue mau mengagumi ketampanannya!" ujar Pril
"Idih … lebay!" cibir Na
"Halo, Cantik! Wuih, dah nongkrong ja nih! Ntar pulang kuliah jalan yuk! Ada pembukaan kafe baru di simpang lima," ujar Nico yang tiba-tiba nong
"Wah,boleh juga tuh. Daripada bete di rumah. Bagaimana, Ra?" tanya Pri
"Aduh, sori banget ya. Gue gak bisa. Ntar gue dijemput kak Bag
"Tumben elu mau-mau saja diantar jemput sama tuh orang. Biasanya paling ogah secara dia kan jahilnya 11 12 sama kak Marchel,"ujar Prilly curi
Prilly memang sahabat dekat Naura sejak SMA. Jadi, dia tau banyak tentang keluarga
"He……..," Naura hanya bisa nyengir k
"Elu beneran gak bisa, Ra? Yach, gue kecewa dong," ujar N
"He……. sori ya, Nic! Mungkin lain kal
"Oke deh. Ya udah,yuk, masuk kelas! Tuh, pak Adnan sudah data
Mereka bertiga bergegas masuk ke
**********
"Udah? Itu doang belanjanya?" tanya Bagas. Sekarang mereka sedang belanja di mall dekat aparteme
"Iya, gue rasa udah cuk
"Elu gak pengen beli apa-apa? Baju, tas, sepa
"Emang kak Bagas mau beli
"Ya elah, Ra! Kan elu dah jadi istri gue. Jadi tanggung jawab gue. Ya pasti gue nafkahin lah. Meskipun gue belum bisa kasih nafkah batin, paling gak gue kasih elu nafkah lahir du
"Ish, kak Bagas. Apaan sih," ujar Nau
Wajahnya merah merona mendengar Bagas membahas masalah nafkah bat
"Ngapain wajahnya malu-malu gitu? Mau, ya?" goda Bagas sambil menaikturunkan ali
"Mana ada? Situ kali yang ngarep? Secara, setiap hari kan lihat kecantikan dan keanggunan gue," jawab Naura pongah untuk menutupi kegugupan
Bagas tertawa terbahak. Melihat itu, Naura memajukan bibirnya. Cember
"Udah selesai belum ketawanya? Kalo udah, ayo pulang! Gue cap
"Beneran gak pengen beli apa-a
"Gak. Udah, itu a
"Ya udah. Yuk, makan siang di food court ja sekalian! Keburu lap
"Ayokl
Tiba-tiba, ada yang menyapa Naur
"Naura!" a. ah!"er."ja."pa?"ek!"ut.nya.s. in. ra. lu."in?"tu?"up."n. ***las.ng."i."ico.uda.nya.ga. as."lly.ol. ura.ly.ya. gir.nya.a. ***ip."ja."et."ak?"pa."ri."an."ang.ura.ul. iri.iri.s. ***ga. ya. nak.itu.ai. ati.et." …."an?"ak?"ur."na?"gah."tu." an. ik."ya."is."Ma.""ng. ya."ru."ka.*****yum.ik."ura.uh."ra.n. Cemberut.
"Udah selesai belum ketawanya? Kalo udah, ayo pulang! Gue capek!"
"Beneran gak pengen beli apa-apa?"
"Gak. Udah, itu aja."
"Ya udah. Yuk, makan siang di food court ja sekalian! Keburu laper."
"Ayoklah!"
Tiba-tiba, ada yang menyapa Naura.
"Naura!"
Bab 4CemburuTiba-tiba, ada yang menyapa Naura."Naura!""Uhuk …." Naura tersedak. Suaranya terdengar familiar."Ini, minumlah!" Mereka berdua menyodorkan minuman."Terimakasih, Kak!" Naura menerima minuman dari Bagas."Siapa dia?" tanya Bagas menunjuk pria yang ikut duduk di meja mereka."Kenalkan, gue Nico. Teman dekat Naura," ujar Nico sambil mengulurkan tangannya."Teman dekat?" tanya Bagas sambil mengernyitkan dahi."Bukan, Kak! Itu ….""Ayo kita pulang!" ujar Bagas sembari menarik tangan Naura.&nbs
Bab 5Saling Membuka HatiTanpa terasa, pernikahan mereka sudah berjalan 3 bulan. Selama ini, mereka rutin setiap Minggu mengunjungi orang tua mereka. Mereka tidak pernah mengizinkan orang tua mereka mengunjungi apartemen. Takut ketahuan tidur terpisah. He……Ting... tong….Bel rumah berbunyi.Begitu pintu terbuka," Kejutan…."Naura hanya bisa melongo melihat siapa yang datang."Mama? Bunda?""Kenapa wajah kamu seperti itu? Sepertinya tidak senang melihat kami datang," tanya bunda Bagas."Bukan begitu, Bun. Naura hanya kaget saja. Ayo masuk, Bun, Ma!" ujar Naura."Bagas belum pulang?"&
Bab 6Tidur Sekamar"Bagaimana hubunganmu dengan Nico?" lanjut Bagas."Hubungan apaan? Gue sama Nico gak ada hubungan apa-apa.""Beneran? Sepertinya, dia suka sama lo.""Iya sih, memang benar dia suka sama gue, malah dia pernah nembak gue. Hanya saja, gue nganggap dia teman doang.""Kenapa?""Ya … gak papa. Kan, emang perasaan gak bisa dipaksain.""Dia ganteng, lho! Pasti banyak yang suka. Meskipun, masih gantengan gue jauh sih!"Naura tertawa terpingkal mendengar kepedean Bagas."Ha … ha … ha…. Ih … Kak Bagas! Orang lagi serius juga, bisa aja bercanda
Bab 7Naura Cemburu" Kak Bagas …!" panggil wanita itu seraya mencium pipi kanan dan kiri Bagas.Bagas yang tak siap, tak sempat menghindar."Kamu …." ucapan Bagas terputus saking terkejutnya."Iya … ini aku. Kakak apa kabar?" ujar wanita itu."Aku … baik. Sama siapa?" tanya Bagas."Sendiri aja. Kak Ronald masih di Aussie, ngurusin bisnisnya. Kakak sama siapa?"Bagas ingin menjawab, tapi didahului oleh Naura."Sayang … dia siapa?" tanya Naura sambil bergelayut manja di lengan Bagas."Ow … iya, Sayang! Kenalin! Ini Alice, adiknya Ronald, sahabat aku pas kuliah."Naura
Bab 8Bagas Sakit"Kalo cewek gak mau, ya jangan dipaksa!" sela Bagas yang tiba-tiba sudah muncul."Emangnya lo siapa? Gak usah ikut campur!" ujar Nico ngegas."Lo belum tahu siapa gue? Dengarkan baik-baik. Gue suaminya Naura. Jadi, jangan pernah lo coba ganggu dia lagi! Ngerti lo!" ujar Bagas."Apa benar yang dia katakan, Ra?" tanya Nico kepada Naura."Udah dibilangin, masih saja ngeyel!" ejek Bagas."Gue tanya sama Naura, bukan sama lo!" ujar Nico sambil menunjuk muka Bagas."Apa lo pake nunjuk-nunjuk?" Bagas tersulut emosinya."Kur*ng aj*r!" teriak Nico.Bugh …. Nico menghantam wajah Bagas.Bagas yang tak siap, tak sempat meng
Bab 9Bulan MaduPukul 08.00 WIB Naura terbangun. Dia berjalan perlahan ke kamar mandi. Rasanya nyeri sekali. Tapi dia bahagia. Hari ini, dia sudah menjadi istri Bagas seutuhnya.Dia sadar, selama ini dia sudah mulai jatuh cinta pada sang suami. Cinta yang dia pendam sendiri, karena menunggu sang pujaan hati benar-benar siap membuka hati. Wajahnya merona saat ingat kejadian tadi."Masih sakit?" tanya Bagas lembut saat mendapati Naura keluar perlahan dari kamar mandi."Gak kok! Udah mendingan."Bagas menghampiri Naura, lalu membopongnya menuju tempat tidur."Istirahatlah! Kamu pasti capek!""Aku mau masak, Kak! Ini sudah siang!""Gak usah masak! Kita order saja! Satu lagi! Jangan panggil aku kak la
Bab 10Tamu Tak DiundangMereka tiba di Jakarta pukul 19.00 WIB. Mereka sepakat untuk pulang ke apartemen dahulu untuk berisitirahat. Besok mereka baru akan ke rumah orang tua mereka untuk mengantar oleh-oleh.Pagi ini, saat bangun tidur, Naura merasa mual hebat. Dia langsung berlari menuju kamar mandi.Bagas yang terkejut, langsung menyusulnya. Dia memijit lembut tengkuk Naura."Bagaimana, Sayang? Sudah enakan?" tanya Bagas.Naura hanya melambaikan tangannya dengan lemas. Setelah selesai, Bagas segera membopong tubuh istrinya ke tempat tidur. Setelah menidurkan istrinya, dia bergegas menuju dapur untuk membuat teh hangat."Diminum dulu, tehnya! Biar enakan! Habis ini kita ke dokter, ya! Wajah kamu pucat banget, gitu!" ucap Bagas.
Bab 11Kirana KembaliTing … tong….Bel rumah berbunyi.Naura bergegas membuka pintu. Saat pintu terbuka, Naura tertegun melihat siapa yang datang."Siapa, Sayang?" tanya Bagas sembari berjalan ke depan. Dia pun tertegun. Suasana pun sesaat menjadi canggung. "Selamat pagi! Maaf mengganggu waktunya! Boleh saya masuk?" tanya Kirana.Ya, tamu mereka pagi ini adalah Kirana. Naura hanya mampu menatap wanita itu dengan pandangan yang entah. Sulit untuk diterjemahkan."Pergilah!" ujar Bagas."Kak, ijinkan aku menjelaskan semuanya! Setelah selesai, terserah bagaimana penilaianmu! Aku hanya ingin menjelaskan semuanya!" mohon Kirana."Tidak ada yang perlu dijelaskan! Pergilah! Aku tidak ingin melihat mukamu lagi!""Tolong, beri aku waktu sebentar saja! Aku mohon!""Pergi, kataku!" Bagas berteriak keras. Naura terkaget. Baru kali ini, dia melihat Bagas semarah itu. Selama ini, Bagas terlihat tenang, bahkan saat mereka terpaksa menikah, dia terlihat pasrah. "Baiklah, aku akan pergi! Aku harap
Bab 51EKSTRA PART"Sayang, besok aku izin keluar ya!" ujar Kirana kepada Ronald."Mau kemana?" tanya Ronald."Ke rumah sakit.""Kamu sakit?" tanya Ronald panik."Gak, Sayang! Jadi, ceritanya itu akhir-akhir ini kan Axel sering sakit, trus beberapa kali mimisan. Akhirnya, aku periksakan ke dokter. Nah, sama dokternya disuruh periksa ke lab. Takutnya, ada yang serius." Kirana memberi penjelasan."Kenapa gak pernah cerita? Itu periksa ke labnya kapan?""Sekitar … dua minggu sebelum pernikahan kita," ujar Kiran sambil mengingat-ingat."Sebelum kamu nemuin Papa dan nglamar aku.""Itu sudah lama sekali, lho!" protes Ronald."Iya sih. Kata petugas labnya, perkiraan dua minggu hasilnya keluar. Tapi kemarin itu ternyata lebih. Baru tiga hari yang lalu dikabari kalau hasilnya sudah keluar.""Trus, kenapa gak langsung diambil?" "Lha kita kan posisinya masih bulan madu. Aku gak mau merusak suasana. Kalau sekarang kan, kita sudah di rumah. Makanya mau tak ambil."Ronald menghela nafas panjang."
Bab 50PERTEMUAN PERTAMA“Oya, siapa nama anak kita?” tanya Ronald.” Axel Dharmendra Wibawa,” sahut Kirana.“Kamu tidak memasukkan namaku?” protes Ronald.“Aku gak yakin kamu mau mengakuinya, jadi aku memasukkan nama Papa.”“Setelah kita menikah, aku akan menggantinya menjadi Axel Dharmendra Baskoro,” ujar Ronald.“Terserah kamu sajalah.”“Oya, dia pulang sekolah jam berapa?” tanyanya.“Jam 14.00 WIB.”“Nanti aku ikut jemput, ya?” tanya Ronald.“Yakin?”“Iya, dong! Aku sudah tidak sabar!” ujar Ronald.“Dia pasti senang,” ujar Kirana.“Apa yang kamu katakan padanya saat dia menanyakan Papanya?” tanya Ronald penasaran.“Aku bilang sama dia kalau Papanya sedang bekerja di tempat yang jauh mencari uang yang banyak buat dia.”“Trus, dia jawab apa?”“Awalnya gak banyak protes, tapi akhir-akhir ini dia selalu bilang kalau dia tidak butuh uang yang banyak. Dia hanya ingin punya Papa seperti teman-temannya,” sahut Kirana. Dia tampak sedih mengingat pembicaraannya dengan Axel kala itu.Ronald
Bab 49PERJUANGAN RONALD"Aku sudah meletakkan surat pengunduran diriku di meja Pak Ronald.""Kamu yakin? Aku bisa memindahkan kamu ke divisi lain kalau tidak suka disana.""Gak perlu, Pak! Saya ada alasan lain mengapa harus resign.""Baiklah, kalau memang itu keinginanmu. Aku tidak memaksa.""Ya sudah, Pak, saya pamit ya!" Usai Kirana meninggalkan kantor, tak lama kemudian Ronald datang. Dia sangat terkejut mendapati surat pengunduran diri Kirana. Dia lebih terkejut lagi mendapati hasil tes DNA delapan tahun yang lalu."Jadi, anak itu adalah anakku," ujar Ronald lirih. Ronald tampak syok. Bergegas dia melangkah ke ruangan Sakti."Apa Kirana tadi kesini?" tanya Ronald."Iya Pak, hanya mampir sebentar lalu pulang. Ada apa Pak?" tanya Sakti heran."Gak ada. Terimakasih," ujarnya, lalu meninggalkan ruangan Sakti. Sakti memandang kepergian Ronald dengan miris. Dia tahu, ada sesuatu antara Kirana dan Ronald. Sepertinya, dia harus bersiap patah hati. Ronald segera melajukan kendaraanny
BAB 48MENGUNDURKAN DIRI“Saya temannya Mama kamu,” sahut Bagas.“Oya? Wah ... kebetulan sekali! Apa kamu juga teman Papa aku?” tanya Axel polos.Bagas memandang Mama Kirana mencari jawaban.“Axel, ayo temannya diajak masuk!” ujar Mama Kirana.“Gak usah, Tante! Kami langsung pulang saja!” sahut Bagas.“Papa, kami mau kue!” rengek Kayla.“Mau kue yang mana? Sini, Oma ambilkan!”Mama Kirana menggiring Kayla dan Keysha ke bagian etalase kue.Sekarang, tinggal Bagas berdua dengan Axel.“Om, apa Om kenal dengan Papa aku?” tanya Axel lagi."Memangnya Mama kamu bilang apa?" tanya Bagas."Kata Mama, Papa sedang bekerja di tempat yang jauh. Kalau Om ketemu Papaku, tolong katakan padanya, aku gak minta uang yang banyak. Aku juga gak akan minta dibelikan mainan. Aku hanya ingin Papa pulang. Gak papa kita gak punya banyak uang, asalkan bisa selalu bersama," ujar Axel sendu."Bagas terharu mendengar ucapan Axel, lalu menghela napas panjang."Om memang kenal Papa kamu, tapi Om gak tahu dimana dia s
BAB 47QUEEN CAKE ‘N BAKERY"Pa, bagaimana kalau kita antar Axel pulang dulu? Dia belum dijemput!" ujar Kayla kepada Papanya saat dijemput pulang sekolah. Tampak, di taman Axel sedang bermain sendirian ditemani sang wali kelas. "Iya, Pa! Kasihan dia nanti sendirian!" sahut Keysha."Memangnya Axel belum dijemput?" tanya Bagas."Belum!" sahut mereka serempak."Sebentar! Papa tanya wali kelas kalian dulu!"Bagas, Kayla, dan Keysha segera menghampiri wali kelas mereka. "Selamat siang, Bu!” sapa Bagas.“Selamat siang, Pak Bagas! Ada apa, ya?” tanya Bu Dyah, walikelas mereka.“Axel kok belum pulang? Memangnya, dia belum dijemput, Bu?" tanya Bagas."Belum, Pak! Barusan mamanya telfon, katanya jemputnya agak terlambat," sahut sang wali kelas. "Bagaimana kalau dia kami antar saja? Rumahnya mana?" Wali kelas tersebut menyebutkan sebuah alamat."Kami satu arah. Bagaimana, Bu?" "Apa tidak merepotkan, Pak?""Tidak, Bu. Lagipula, sepertinya anak-anak dekat dengan dia. Mereka gak tega meninggal
Bab 46MENJADI SEKRETARIS RONALD"Maaf, Pak! Saya pinjam Ibu Kirana sebentar. Ada keperluan mendesak," ujar Sakti.Ronald memandang Sakti dengan tajam. "Urusan apa? Bukankah ini masih jam kerja? Lagipula, wawancaranya belum selesai," sahut Ronald tak suka."Maaf, Pak! Ini masalah keluarga dan sangat penting. Mohon pengertiannya!" ujar Sakti sopan.Ronald menatap Sakti dan Kirana bergantian. Apa hubungan Sakti dengan Kirana? Batinnya.Kirana pun memandang Sakti dengan tanda tanya."Apa kamu keluarganya?" tanya Ronald lagi.Sakti tersenyum tipis."Bukan, Pak! Hanya saja, baru saja keluarganya menghubungi," sahut Sakti."Ya sudah! Bawa dia pergi!" ujar Ronald pasrah."Terimakasih, Pak! Ayo!" ajak Sakti kepada Kirana. Dengan penuh tanda tanya, Kirana mengikuti langkah Sakti. "Ada apa?" tanya Kirana saat mereka sudah di luar ruangan."Tadi Mama kamu nelfon. Sebenarnya, beliau sudah menghubungi kamu tapi gak bisa, jadi beliau menghubungi nomor kantor," ujar sakti."Ada apa Mama nelpon?"
Bab 45SANG CEOKirana melajukan mobilnya dengan kencang. Namun, dia tetap terhalang kemacetan panjang. Setelah menempuh perjalanan hampir empat puluh lima menit, akhirnya Kirana tiba di kantor. Kirana melirik jam di pergelangan tangannya. Dia sudah hampir terlambat. Setelah memarkirkan kendaraannya, Kirana melangkah terburu-buru ke ruangannya. Saking terburu-burunya, dia tidak memperhatikan langkahnya.Bruk.Tabrakan pun tak terelakkan.Berkas-berkas di tangan Kirana jatuh berhamburan."Maaf, Pak!" ujar Kirana sembari menunduk. Lalu, dia berjongkok mengambil berkas-berkas tersebut."Maaf, Pak, atas kecerobohan karyawan saya!" ujar Sakti merasa tak enak. Saat ini, Sakti sedang menemani sang CEO menuju ruangannya."Hm!" Sang CEO hanya berdehem, lalu melanjutkan langkahnya ke ruangannya."Kenapa terlambat? Kemarin kan aku sudah bilang harus tepat waktu?" omel Sakti sembari membantu Kirana mengumpulkan berkas-berkas yang berceceran."Maaf, Pak! Semalam Axel demam, jadi ….""Bagaimana ke
Bab 44UNGKAPAN HATI SAKTIPagi ini, lalu lintas cukup lancar. Taksi yang ditumpanginya melaju dengan tenang. Ronald memandang setiap sudut jalanan."Kota ini sudah banyak berubah," ujarnya dalam hati.Saat di lampu merah, sekilas dia melihat seorang wanita sedang menyetir seorang diri. Ronald memperhatikan wanita itu dengan seksama. Benar saja, wanita itu adalah Kirana. Sesaat kemudian,lampu hijau menyala."Ikuti mobil merah itu, Pak!" ujar Ronald kepada sopir taksinya. "Baik, Pak!" sahut sang sopir taksi. Sopir taksi tersebut berusaha mengikuti mobil Kirana. Dua puluh menit kemudian, mobil Kirana memasuki pelataran parkir sebuah perusahaan. "Stop, Pak!" ujar Ronald. Dia mengamati kantor tersebut dari dalam taksi. Setelah puas, dia meminta sopir taksi tersebut meninggalkan lokasi."Jalan, Pak! Kembali ke tujuan awal!" ujar Ronald. "Baik, Pak!" sahut sopir taksi tersebut. Ronald menyandarkan tubuhnya ke kursi sembari memejamkan matanya. Dia tersenyum tipis. Sekarang, dia tahu haru
Bab 43❤️Delapan Tahun kemudian ❤️"Ma, aku gak mau masuk sekolah lagi!" ujar Axel sendu."Kenapa begitu, Sayang?" tanya Kirana. Dia tampak terkejut dengan pernyataan putra semata wayangnya."Teman-teman jahat, Ma!""Jahat bagaimana?""Mereka tidak mau berteman dengan aku. Mereka juga mengolok-olok aku, Ma!" ujar Axel lirih.Kirana terhenyak. Selalu begitu. Tak bisakah mereka membiarkan putranya bisa bersekolah dengan tenang? Yang melakukan kesalahan adalah orang tuanya. Jadi, biar orang tuanya yang menanggung. Jangan bebankan kepada anaknya. Anak yang masih polos dan tak tahu apa-apa. Sejak awal bersekolah, selalu masalah yang sama. Ini sekolah ketiga yang dia datangi. Di dua sekolah sebelumnya, Axel mengalami masalah yang sama. "Sayang … kita tidak mungkin pindah sekolah lagi. Apa semua teman kamu menjauhi kamu?" tanya Kirana.Axel menggeleng."Ada dua anak kembar yang berteman dengan aku. Tapi, teman-teman yang lain mencoba menghasutnya untuk menjauhi aku," ujar Axel lirih."Lalu