Terima kasih udah mampir dan mengikuti kisah Leo dan Rania. Semoga ada pesan yang bisa diambil dari cerita mereka. Sampai jumpa di karya saya berikutnya. Semoga sehat-sehat selalu dan rezeki makin berlimpah. 💛
🏵️🏵️🏵️“Help me, please.” Rania menyusun sepuluh jari kepada pemuda yang saat ini berada di sampingnya.“Who are you?” Pemuda itu bertanya heran.“You don’t know me, but you must help me now.”Rania langsung menggunakan bahasa asing karena ia sangat yakin kalau orang pemuda tidak tahu bahasa Indonesia. Wajah orang itu sangat mirip dengan aktor Thailand favoritnya, James Jirayu.“Please, help me.” Rania kembali membuka suara. Kali ini, ia tidak dapat menahan air matanya agar tidak jatuh hingga membuat pemuda tersebut makin bingung.“Kamu ada masalah apa?” Kini, justru Rania yang terkejut mendengar pertanyaan pemuda itu.“What? Abang bisa bahasa Indonesia? Abang bukan bule?” Rania masih belum percaya dengan apa yang ia dengar tadi.“Yes. Papi saya asli Indonesia. Jadi, saya bisa ngomong bahasa Indonesia.”“Bagus, deh. Saya pun bisa ngomong dengan leluasa.”“Kenapa kamu masuk mobil saya? Saya buru-buru mau ngantor.” Pemuda itu kembali bertanya. Ia sangat terkejut karena Rania memasuki
🏵️🏵️🏵️Leo Archen Wirawan sangat heran melihat sikap Rania—gadis yang baru ia kenal. Ia tidak pernah membayangkan akan bertemu dengan seseorang yang menurutnya sangat langka. Ia menganggap Rania terlalu berlebihan karena mereka sebelumnya tidak saling kenal.Ia kembali mengingat kenapa dirinya harus berada di depan kampus Rania tadi. Semua itu terjadi karena ia harus mengantarkan berkas Bu May Sanoh Wirawan—ibunya, yang tertinggal di rumah.Telah lima tahun lamanya, Bu May menjadi donatur di STIE Pembangunan—kampus Rania. Ia memiliki impian untuk mengembangkan kampus tersebut karena telah melahirkan banyak sarjana berprestasi. Salah satunya, adik Pak Zainal Wirawan—ayah Leo.“Bisa diam, nggak, sih? Nggak usah cerewet, deh. Saya harus fokus nyetir.” Leo mengingatkan Rania.“Saya hanya ingin agar tas dan buku-buku saya kembali. Itu aja.” “Ini saya udah berusaha bantu. Jadi, jangan bawel.”“Bilang aja kalau Abang nggak ikhlas bantuin saya.” Rania meruncingkan bibirnya. “Kalau saya n
🏵️🏵️🏵️Rania tidak pernah menyangka kalau pemuda yang baru ia kenal seminggu yang lalu, kini sedang berbincang dengan kedua orang tuanya. Baginya, ini merupakan hal yang sangat langka. Padahal selama ini, tidak sedikit laki-laki yang berkenalan dengannya, tetapi tidak senekat Leo.Pak Bagas Wardana—ayah Rania, melemparkan senyuman kepada putri bungsunya lalu meminta gadis itu duduk. Sementara Bu Farida—ibu Rania, masih tertegun melihat ketampanan Leo. Ternyata Pak Bagas memperhatikan sikap istrinya tersebut.“Kita ke ruang TV, yuk, Mah.” Laki-laki itu berdiri lalu meraih tangan Bu Farida.“Papa duluan aja. Mama mau ikutan ngobrol.” “Mama ada-ada aja. Biarkan mereka ngomong berdua. Masa mau ikut campur urusan anak muda.” Pak Bagas tetap masih bersikeras menghentikan keinginan istrinya.“Iya, deh.” Bu Farida pun, berdiri. “Om dan Tante ke dalam dulu, ya, Nak Leo.” Wanita itu menunjukkan deretan gigi putihnya di depan Leo lalu ia dan sang suami beranjak dari ruangan itu.“Abang kenap
🏵️🏵️🏵️Cuaca tampak cerah walaupun hari sudah sore. Leo sangat menikmati suasana saat ini, tetapi tidak dengan Rania. Gadis itu masih bingung harus menentukan keputusan. Ia tidak mengerti kenapa pertemuannya dengan laki-laki yang baru ia kenal itu, akhirnya membawa perasaan yang membingungkan.Saat ini, posisi Leo dan Rania sedang duduk berhadapan. Mereka masih terdiam dengan pikiran masing-masing. Leo ingin memulai pembicaraan, tetapi merasa sungkan karena melihat wajah Rania yang murung.Sementara itu, Rania tidak tahu harus memulai dari mana untuk memberikan jawaban kepada Leo. Ia mengaku mengagumi pemuda itu, tetapi pernikahan belum tebersit dalam benaknya karena belum siap menjadi seorang istri.“Apa jawaban kamu, Nia?” Leo pun akhirnya membuka suara.“Aku harus jawab apa? Kenapa kamu senekat ini?” Rania mulai menunjukkan wajah kesalnya.“Apa salah jika aku ingin menghalalkan gadis yang kudambakan?”“Dambakan? Apa kamu nggak ingat kalau pertemuan kita hanya dua jam? Itu sama d
🏵️🏵️🏵️Leo sangat terkejut mendengar teriakan Rania. Pemuda itu segera berlari menuju pintu kamar mandi. Ia panik karena takut terjadi sesuatu terhadap istrinya. Ia pun mengetuk pintu sambil memanggil gadis yang ia cintai tersebut. Ia berusaha meyakinkan diri bahwa Rania baik-baik saja.“Sayang, ada apa? Buka pintunya!” Rania tidak memberikan respons, tetapi justru makin takut karena lampu yang berada tidak jauh darinya, berkelip tidak hanya sekali. Ia pun memilih keluar dari bathtub lalu meraih handuk untuk menutupi tubuhnya. Ia berniat akan mengenakan pakaian, tetapi dirinya lupa kalau tadi tidak membawa baju ganti.Kini, ia tidak memiliki pilihan lain. Ia berpikir akan meminta Leo mengambil pakaiannya di tas yang ia bawa dari rumah orang tuanya. Namun, ia bingung karena merasa canggung jika Leo harus melihat isi tasnya. Ia benar-benar dihadapkan pada situasi yang serba salah.“Sayang, kenapa diam aja? Buka pintunya. Kamu baik-baik aja, ‘kan?” Leo kembali mengetuk pintu.Mendeng
🏵️🏵️🏵️Malam ini merupakan malam kedua untuk Rania tinggal di rumah Leo. Saat ini, anggota keluarga yang masih berada di rumah sang mertua adalah kakek dan nenek Leo dari pihak ayahnya. Mereka bersemangat berbincang bersama. Sementara Rania dan Leo lebih memilih menjadi pendengar.Kakek dan nenek Leo menceritakan masa lalu anak sulung mereka—Pak Zainal. Saat masih sekolah, laki-laki itu termasuk siswa nakal dan keras kepala. Oleh karena kenakalannya, ia beberapa kali mendapat surat panggilan dari kepala sekolah.“Dulu, papi mertuamu, nih ... nakal, Nia. Beda dengan pakcik dan makcikmu.” Bu Julia—nenek Leo, melihat ke arah Rania. Mahasiswi itu memberikan respons dengan tersenyum.“Tapi kenakalan saya nggak turun ke Leo, Mak.” Pak Zainal memberikan respons. Sementara Rania melirik ke arah Leo. Wanita itu tiba-tiba mengingat apa yang terjadi tadi malam. Baginya, suaminya itu usil.“Leo, kan, anak baik.” Pak Thamrin—kakek Leo, langsung mem
🏵️🏵️🏵️Serba salah, itu yang Leo rasakan saat ini. Ia tidak bermaksud untuk menyembunyikan apa pun dari Rania. Ia sengaja tidak memberitahukan tentang dirinya yang tinggal di Tanjungpinang sejak kecil. Ia melakukan itu karena ingin memberikan kejutan.Akan tetapi, rencana Leo yang ingin menceritakan langsung tentang masa-masa sekolahnya kepada Rania, akhirnya gagal karena penjelasan sang ibu. Ia menyesal karena tidak memberitahukan niatnya terlebih dahulu kepada wanita yang telah melahirkannya itu.“Lagi lihat siapa, Bro?” tanya Damar—sahabat Leo, lima tahun yang lalu. Kala itu, Leo masih memakai seragam putih abu-abu dan duduk di bangku kelas dua belas. Saat itu, ia baru selesai menyelesaikan UN.“Kok, aku baru lihat cewek cantik itu, Bro?” Leo terpana melihat seorang siswi yang baru keluar dari sekolahnya. Siswi tersebut merupakan pendamping hidupnya sekarang.“Ke mana aja, Bro? Makanya jangan sibuk dengan fans, sampai nggak tahu ada cewek cantik di sebelah.” “Kau kenal dia?” Leo
🏵️🏵️🏵️Rania mengerutkan dahi karena Leo kembali melingkarkan tangan di pinggangnya. Dia melihat jelas kalau suaminya itu tidak memberikan respons setelah membaca pesan yang masuk. Ia penasaran dan ingin tahu apa alasannya yang menunjukkan wajah santai.“Pesan dari siapa? Kok, nggak dibalas?” tanya Rania.“Nggak tahu dari siapa. Nomornya nggak tersimpan.”“Kan, kamu bisa nanya. Apa isi pesannya?” Rania makin ingin tahu.“Cie, ternyata kamu peduli, Sayang.” Leo memegang pipi Rania.“Aku hanya ingin tahu aja. Tapi kalau kamu nggak mau kasih tahu, nggak apa-apa.”“Jangan ngambek lagi, dong. Itu tadi ucapan selamat untuk pernikahan kita.” Leo pun memberitahukan isi pesan masuk di ponselnya.“Kamu cuek aja? Nggak ngucapin terima kasih? Kok, kamu tega?” Rania menjauhkan tangan Leo dari pipinya.“Udah, Sayang. Nggak perlu diperpanjang. Nanti aku pasti balas. Tapi sekarang aku lagi nggak ingin diganggu. Aku mau bermesraan dengan istriku.” Leo memainkan rambut panjang Rania.“Terserah kamu,
🏵️🏵️🏵️Leo tidak mampu berkata-kata setelah melihat istri yang sangat ia cintai, kini berdiri di hadapannya. Ia pun langsung mendekap wanita itu, tetapi penolakan yang ia dapatkan. Rania meronta-ronta hingga berhasil melepaskan pelukan Leo. Ia masih sangat kesal terhadap laki-laki itu.Orang tua Rania yang sejak tadi duduk di ruang keluarga, langsung memasuki kamar putri mereka tersebut. Mereka sangat heran melihat sang anak bungsu yang menjauh dari Leo, bahkan mendorong tubuh laki-laki itu.Bu Farida berusaha membujuk Rania lalu memeluknya. Wanita paruh baya itu mengajak Rania duduk di tempat tidur dan memintanya menceritakan apa yang terjadi. Sementara Leo langsung berlutut di depan istri yang sangat ia cintai tersebut.“Sayang, kamu kenapa?” Leo meraih tangan Rania lalu menggenggamnya.“Sampai kapan kamu bohongin aku terus?” Rania langsung melontarkan pertanyaan itu kepada Leo.“Bohong apa, Sayang? Aku nggak ngerti.” Leo tidak mengerti dengan ucapan Rania.“Hebat kamu, Bang. Kamu
🏵️🏵️🏵️Dua bulan berlalu, tetapi Leo masih belum mampu menceritakan apa yang membuatnya merasa bersalah terhadap Rania. Ia sangat tahu seperti apa sifat istrinya tersebut. Ia tidak ingin terjadi kesalahpahaman lagi di antara mereka.Leo juga tidak ingin mengganggu kebahagiaan Rania saat ini, di mana wanita itu sangat senang menyaksikan pernikahan Azzam—kakak semata wayangnya. Rania mengaku terharu karena akhirnya melihat Azzam menikah dengan Ayu.Bukan hanya itu saja alasan yang membuat Leo belum mampu mengutarakan kejujuran kepada Rania. Ia juga tidak ingin melihat istrinya sedih. Apalagi saat ini, Leo sedang mengharapkan keajaiban agar Rania kembali hamil.“Bang, kita nginap di sini aja, ya, malam ini.” Rania berharap agar Leo memenuhi keinginannya untuk menginap di rumah orang tuanya setelah acara pernikahan Azzam dan Ayu selesai.“Iya, Sayang. Aku ngikut aja.” Leo mengembangkan senyuman di depan Rania.“Terima kasih, Bang.” Rania bahagia mendengar jawaban Leo. Ia pun mengajak su
🏵️🏵️🏵️Rania kembali menginjakkan kaki di rumah keluarga Leo. Ia tidak tahu apakah hatinya bahagia atau justru sebaliknya. Di satu sisi, ia merasa bahwa sewajarnya dirinya berada di rumah suaminya. Namun di sisi lain, ia tetap kesal mengingat Laura.Kini, Rania merebahkan tubuh di kamar. Ia ingin menanyakan tentang Laura. Namun sebelum niat itu terucap, Leo pun memintanya untuk mendengar penjelasan tentang Laura. Rania terkejut, tetapi juga bahagia setelah mengetahui keadaan Laura yang sebenarnya.Rania ingin memeluk Leo karena menganggap laki-laki itu tetap setia dengan cintanya terhadapnya. Namun, ia mencoba untuk menahan diri dan berpura-pura bersikap biasa saja walaupun hati kecilnya mengatakan kalau ia sangat bahagia saat ini.“Kok, respons kamu biasa aja, Sayang? Kamu nggak bahagia?” Leo tidak mengerti dengan sikap yang ditunjukkan istrinya.“Aku harus bilang apa?” Rania memberikan balasan dengan nada santai.“Aku sudah menepati janjiku untuk membuktikan kalau aku hanya milikm
🏵️🏵️🏵️Tiga bulan berlalu, penyelidikan Leo tentang niat Laura, akhirnya membuahkan hasil. Kini, kenyataan yang sebenarnya pun terungkap. Laura sengaja mengaku mengandung anak Leo karena dirinya ingin mendapatkan laki-laki yang ia cintai tersebut.Laura tidak dapat mengelak lagi saat keluarga Leo memeriksakan usia kandungannya ke rumah sakit hari ini. Dalam perkiraan ketika kepulangan Leo dari Thailand, seharusnya usia kehamilan Laura memasuki delapan bulan, tetapi kenyataannya sungguh di luar dugaan.Bu May selama ini sudah menaruh curiga melihat bentuk perut Laura yang tidak sewajarnya. Dugaan wanita paruh baya itu benar-benar membuat hati Leo bahagia. Usia kehamilan Laura baru memasuki lima bulan. Ia telah melakukan kebohongan besar demi mewujudkan keinginannya.Sejak Leo meninggalkan Thailand tujuh bulan yang lalu, Laura merasa hancur. Ia pun sering menghabiskan waktunya di tempat hiburan malam didampingi Siwat. Oleh karena keduanya sedang dalam keadaan mabuk, hubungan yang belu
🏵️🏵️🏵️Pak Bagas dan Bu Farida terkejut melihat Rania yang langsung berlari menuju kamarnya. Kedua orang tua itu tidak mengerti kenapa anak bungsu mereka tiba-tiba kembali pulang tanpa memberi kabar sebelumnya. Sementara Azzam menghampiri ayah dan ibunya yang sedang bersantai di depan TV. Ia tidak lupa membawa masuk koper milik Rania.Azzam pun memilih duduk menghadap Pak Bagas dan Bu Farida. Ia meminta agar kedua orang tuanya tersebut tidak terkejut dengan apa yang akan ia sampaikan. Azzam merasa berat untuk menyampaikan apa yang terjadi terhadap Rania kepada ayah dan ibunya, tetapi ia ingin tetap jujur dengan kenyataan yang sebenarnya.Azzam menghela napas lalu mulai menceritakan penderitaan yang Rania alami saat ini. Ia berusaha tenang mengungkapkan fakta tentang Leo. Pak Bagas dan Bu Farida kembali terkejut dan mereka mengaku tidak percaya dengan apa yang Azzam sampaikan.“Nggak mungkin Azzam bohong, Pah, Mah. Nia sedih banget sekarang. Dari rumah Leo sampai ke sini, dia nangis.
🏵️🏵️🏵️Rania menepati janji yang pernah ia ucapkan, mencabut gugatan cerai dari pengadilan. Terbukti saat ini, dirinya kembali tinggal di rumah Leo. Ia bahkan lebih bahagia daripada saat awal menikah. Kini, tiga bulan telah berlalu, Rania pun memasuki tingkat akhir dalam pendidikannya di STIE Pembangunan Tanjungpinang. Ia sangat bahagia karena Leo selalu memberikan dukungan dan semangat kepadanya. Di samping itu, hubungan mereka juga makin membaik dan mesra.Akan tetapi, Rania sering merasa bersalah karena menganggap dirinya tidak mampu memenuhi harapan Leo. Ia takut jika tidak dapat memberikan keturunan untuk keluarga suaminya. Ia sering sedih mengingat keadaannya yang sekarang.“Kenapa kamu masih mempertahankan aku, Bang? Gimana kalau aku nggak bisa kasih keturunan untuk keluargamu?" Rania mengingatkan kembali tentang kekurangan yang ia miliki saat ini.“Aku terima kamu apa adanya, Sayang. Kamu jangan ngomong seperti itu.”“Mungkin kamu bisa terima aku, tapi bagaimana dengan Papi
🏵️🏵️🏵️Dua minggu berlalu, Leo dinyatakan sembuh oleh Dokter Wildan. Ia kembali melakukan aktivitas seperti biasanya. Sementara Rania sangat bahagia karena Leo kini lebih segar dan bersemangat. Ia merasa telah berhasil membuat sang suami lebih cepat pulih dari sakitnya.Akan tetapi, walaupun Rania telah menunjukkan sikap lembut di depan Leo, wanita itu tetap belum bersedia kembali ke rumah keluarga suaminya itu. Ia mengaku belum siap untuk tinggal seatap dengan Leo. Ia meminta waktu untuk menata hatinya.Leo dan orang tuanya mengerti keadaan Rania. Mereka pun mengatakan akan tetap setia menunggu kesediaan Rania agar kembali tinggal bersama Leo. Pak Zainal dan Bu May tidak ingin memaksakan kehendak. Kedua orang tua tersebut memberikan kebebasan kepada sang menantu.“Kenapa kamu jemput aku, Bang? Aku bisa pulang sendiri. Naik angkot atau numpang Liza.” Rania tidak menyangka kalau Leo menjemputnya ke kampus saat mata kuliah telah berakhir.“Tadi aku yang ngantar kamu, wajar kalau aku j
🏵️🏵️🏵️Rania bingung harus berbuat apa sekarang. Ia tidak sanggup melihat Leo sakit, tetapi juga tidak ingin terlihat lemah di depan laki-laki tersebut. Hanya satu cara yang dapat Rania lakukan saat ini, mengalihkan pembicaraan.“Oh, ya ... kemarin Makcik Rika telepon, beliau meminta kita jalan-jalan ke Pontianak.”“Kamu sengaja mengalihkan pembicaraan, Sayang?” Rania merasa gagal mencari cara agar Leo tidak mendesak dirinya untuk menjawab pertanyaan yang sulit.“Kok, kamu nuduhnya gitu? Aku serius. Beliau juga cerita kalau Aura, SMA di sini. Dia tinggal di rumah Atok dan Nenek.” Rania tetap berusaha agar Leo mendengar ucapannya.“Aku lagi nggak ingin bahas orang lain sekarang. Aku maunya bicara tentang kita.”“Kamu anggap Aura sebagai orang lain? Dia adik sepupu kamu, Bang.”“Kita bisa bahas itu nanti. Aku ingin serius bicara denganmu, Sayang. Tolong jawab pertanyaanku.” Leo langsung mendekap wanita yang ia cintai tersebut.Kondisi Leo saat ini membuat Rania benar-benar tidak mampu
🏵️🏵️🏵️Dokter Wildan dan Pak Zainal segera memapah Leo ke kamar. Sementara Bu May dan Rania mengikuti mereka dari belakang. Dokter Wildan meminta agar Rania bersedia menemani Leo dalam keadaan seperti sekarang ini.Rania tidak mampu menolak permintaan dokter yang menangani Leo. Ia pun mengiakan kalau dirinya bersedia menjaga laki-laki yang masih berstatus sebagai suaminya tersebut. Ia juga tidak ingin melihat kesedihan di wajah kedua mertuanya.Kini, Leo telah tertidur setelah Dokter Wildan memberikannya obat. Sementara Rania masih penasaran dengan sakit yang diderita laki-laki itu. Ia masih mengingat sang suami yang tiba-tiba sesak hingga membuat dirinya panik.“Leo sakit apa, Dok?” tanya Rania. Ia berharap mendapat penjelasan dari Dokter Wildan.Mendengar pertanyaan Rania, Dokter Wildan melihat ke arah Pak Zainal dan Bu May secara bergantian. Kedua orang tua Leo pun memberikan isyarat kepada Dokter Wildan. Rasa penasaran Rania kian memuncak.“Baiklah, saya akan mengatakan hal yang