Raksa sudah mulai menyanyikan lagu Bidadari Surga di sesi foto-foto. Lagu pertama yang dipilih Gheisha untuk mengiirngi foto mereka. Untuk pertama, kedua mempelai bersama kedua orang tua, Hadiwijaya dan Hariwijaya beserta nyonyanya berfoto. Disusul keluarga Gayatri yang berseragam sama dengan keluarga Hariwijaya. Baru keluarga besar Hariwijaya.Seluruh jajaran pengusaha yang hadir berfoto satu-satu mencandai mereka. Hadiwijaya dan Hariwijaya beserta nyonyanya.Galuh yang setelah sesi foto kembali ke bandnya, hendak menemani Raksa dicegat seseorang."Apa khabar, Nak?"Galuh tercengang. Orang yang selama ini seperti telah menghilang dari kehidupan mereka telah ada di depannya. Sebagai anak, kerinduan itu begitu bergayut di pelupuk matanya. Ditatapnya kembali pria tinggi besar berbaju batik yang kini nampak tampan dengan kulitnya yang kini bersih. Namun sekejab, kerinduan itu lenyap setelah pertengkaran demi pertengkaran, juga tiap kejadian yang ada kini terlukis dengan jelasnya di ing
"Perhatian! Seluruh yang hadir dimohon tidak meninggalkan tempat. Ada laporan kalau di sini ada yang memakai narkoba. Jadi kami mengadakan penyelidikan." Dengan speaker terdengar suara seorang Polisi sedang menginformasikan sesuatu."Ada apa ini, Yah?" Galing yang sudah menerima kartu pemberian ayahnya, memandang ayahnya kebingungan. Apalagi setelah itu kemudian segerombol orang berseragam Polisi masuk."Yah, ini ada apa?" Kembali Galing bertanya dengan ketakutan memegangi tangan ayahnya."Kamu tenang, Ling. Tidak ada apa-apa. Kalau kamu merasa tak bersalah, kenapa kamu takut. Mereka hanya seorang Polisi yang menangkap orang yang bersalah. Kalau kita tak melakukan apa-apa, kita tak perlu takut." Prayogi merangkul pundak anaknya. Hinggah Sasmita datang dan membuat Galing tak enak hati."Anak kamu sudah besar, tapi sama Polisi saja takut." Sasmita melengos melihat Gaing yang memang kelihatan ketakutan.Prayogi menghela nafas panjang melihat kelakuan istrinya kepada anaknya."Jangan kamu
"Jangan bergerak!""Lepaskan saya, Pak. Saya harus menolong istri saya. Saya tidak mungkin melakukan ini. Pasti ada orang yang menjebak saya." Rendra berusaha melepaskan diri dari seorang Polisi yang memborgol dia.Seluruh keluarganya berhamburan mendekatinya. Tak terkecuali dengan Galing yang tadi berada di samping Prayogi. Prayogi kemudian membuntuti anaknya. Sementara Sasmita hanya tersenyum menyaksikan apa yang terjadi di depan matanya sambil mengajak kedua orantuanya pulang, walau mereka tak mau, dan ikut ke tempat di mana Gayatri sedang pingsan. Mereka tak berani mendekat, karena perasaan yang sudah tak lagi akrab dengan keluarganya, terlebih Garnis yang bahkan selalu meghindar jika mereka dekati. Hanya Gayatri yang justru masih baik pada mereka. Bahkan tadi sempat mengejaknya ngobrol."Pak, saya yakin ini hanya jebakan. Anda harus menyelidikinya dengan benar. Selama ini menantu saya orang bersih. Tidak mungkin menyimpan barang haram di sakunya." Hadiwijaya menjelaskan."Anakn
"Kita harus bawa Bunda segera ke rumah sakit, Luh. Lihatlah Bunda kesakitan." Prayogi menjelaskan. Galuh masih menghalangi ayahnya mengambil bundanya. Dia berteriak agar Geisha mendengarnya. Namun sepertinya ada yang dirundingkan Geisha dengan temannya."Ini?" Garnis memegang baju bawa Gayatri yang sepertinya ada sesuatu, " Kamu sudah mengeluarkan cairan Ayu," Garnis makin panik melihat apa yang telah merembes di pakaian Gayatri. "bukannya masih bulan depan seharusnya kamu melahirkan?""Arghh!" Gayatri hanya mengeram kesakitan.Prayogi yang sudah tidak tahan melihat Gayatri kesakitan, tanpa memperdulikan siapapun segera membawa Gayatri keluar menuju mobilnya. Tak lagi dihiraukan orang-orang yang berteriak memanggilnya. Termasuk Sasmita yang meneriakinya. Geisha yang melihat mbakyunya di bawa pergi segera menuju mobilnya dan membuntuti mobil itu."Sha, tunggu kami," Garnis berteriak."Dik, kamu urus semuanya, aku sama Geisha membuntuti Gayatri," ucapnya ke Laras."Iya, Mbak.""Turunka
"Kenapa kamu ikut kemari?" tanya Prayogi begitu wanita dengan wajah judesnya terlihat makin kesal menatapnya."Kamu pikir apa yang kamu lakukan itu sudah benar? Kamu pikir siapa aku sampai kamu tidak menimbang perasaanku?" Wanita di depannya bahkan meneteskan air mata karena terlalu sesak dadanya melihat kelakuan Prayogi."Maaf, Mita!" ucapnya kemudian. Prayogi memang sudah dibutakan perasaannya dengan cintanya yang masih dalam kepada Gayatri, tanpa menimbang perasaan Sasmita yang kini telah menjadi pendamping hidupnya.Sasmita masih berdiri dengan berkacak pinggang, "Sekarang apa lagi yang masih kamu tunggu di sini?"Sekilas dia memandang Sasmita. Ada yang berat jika dia segera pergi dengan begitu saja tanpa mengetahui kondisi Gayatri yang kini tengah kesakitan. Bahkan peluh di pelipisnya masih jelas di ingatannya dengan jeritan sakit yang dia tahan. Sakit yang bagi Prayogi ikut merasakannya. Tetapi untuk tetap di sini, mengingat watak Sasmita, dia malah akan membuat keributan."Ay
"Maaf kenapa, Dok?""Bayi Nyonya Gayatri harus masuk incubator karena berat badannya yang tidak normal, karena memang seharusnya dia baru dilahirkan bulan depan, tetapi ini baru menginjak bulan sudah lahir duluan dengan kasus seperti ada sesuatu yang membuat Nyonya Gayatri melahirkan lebih awal," Dokter mengawali penjelasan yang membuat Garnis mengerti maksudnya. Gayatri memang sock melihat Rendra ditangkap Polisi. "apalagi bayi itu sudah kehabisan cairan. Ada sedikit masalah di pernafasannya. Kami harus mengawasinya dengan ketat.""Lalu anak saya bagaimana, Dok?" buru Garnis sudah tak sabar dengan keadaan Gayatri."Alhamdulillah, baik-baik saja, Bu.""Syukurlah, Dok." Garnis segera melakukan sujud sukur mendengar apa yang yang dikatakan Dokter itu. Saat Gayatri masuk dengan kesakitan, Garnis sudah memiliki rasa takut yang berlebihan."Kami sebentar lagi memindahkan Nyonya dari ruang operasi. Tolong suaminya mendekat, setelah ini nyonya Gayatri akan menggigil kedinginan," ucap Dokte
"Maaf, Pak. Waktu jenguk telah habis," ucap Polisi itu sebelum kemudian Rendra berdiri."Sabar ya, aku akan cari cara," ucap Exel sambil memeluk Rendra dan menepuk punggungnya.Rendra hanya mangangguk pasrah. Sambil berjalan dia merenungi nasib apa yang kini tengah menimpanya. Baru juga dia dan Gayatri menemukan kebahagiaan mereka, tetapi Tuhan telan menurunkan ujian seberat ini. Lagi-lagi Rendra teringat putranya yang tergolek lemah di balik kaca dengan badan yang di tempeli alat-alat kesehatan. Tak terasa setitik air mata menetes di pipinya.Demikian juga dengan Gayatri yang tengah menunggui buah hatinya itu dengan memegang kaca seolah-olah dia memegang bayinya. Bayi yang sebenarnya tampan dengan hidung mancung itu menggeliak sebentar. Derai air mata tak dapat lagi dibendung oleh Gayatri."Kita hanya bisa berdo'a, Bu. Sebuah keajaiban akan mengembalikan putra Ibu untuk bisa hidup dengan normal," ucap salah seorang Suster yang tengah menghampiri bayi itu.Gayatri yang hanya sendiri
Gayatri memandang mertuanya dengan bingung. Takut diduga yang tidak-tidak dengan kedatangan Prayogi."Saya hanya kebetulan lewat sini, Tante, menjenguk seorang teman. Dan melihat Gayatri. Karena kenal, saya menyapanya," ucap Prayogi beralasan.Wanita yang berhijab panjang itu, melihat ke arah Prayogi dan Gayatri bergantian. Demikian juga dengan Rastri yang bersamanya."Saya permisi duluh, Tante." ucap Prayogi. Lalu mengangguk ke Gayatri.Gayatri hanya melihatnya selintas. Namun tatapan mertuanya masih melihatnya dengan aneh. Gayatri merasa tak enak hati."Bagaimana kondisinya, Dek?" tanya Rastri sambil menatap bayi mungil yang kini tidur tenang."Masih seperti kemarin, Mbak," kata Gayatri dengan memegang kaca tempat bayinya ditempatkan."Yang sabar, Dik," hibur Rasti sambil memegang pundak Gayatri."Ma, kalau ghak keberatan, saya ikut titip anak kami sebentar,""Mau kemana kamu, Ayu?""Saya pingin jenguk Mas Rendra, Ma.""Baiklah, kami akan tetap di sini. Kamu bawa sepeda sendiri?"Gay