Saat keduanya terlena, tiba-tiba Tuan Danendra muncul “Putriku sayang! Apakah kau baik-baik saja? Maafkan papa yang terlambat menolongmu tetapi tak disangka ternyata Tuan Muda Archilles lebih cepat dariku. Tuan Muda sangat perhatian dan baik padamu.”
Nada suara Danendra seperti seorang ayah yang penuh kasih sayang dan perhatian. Ekspresi wajahnya seoleh-oleh dia mempedulikan Anatasya.
Natasha yang dibawa ke lantai atas oleh orang-orang disana bahkan tida dipedulikan oleh Danendra. Sikap pria paruh baya itu sangat menarik bai Anatasya, ayahnya itu benar-benar tak berperasaan. Anatasya tidak habis pikir kenapa ibunya yang cantik dan sempurna bisa mendapatkan seorang suami seperti Danendra.
Kepulangannya kali ini, dia juga ingin menyelidiki masalah ibunya karena dia melihat banyak hal aneh dengan ayahnya. Pasti ada rahasia yang tidak dia ketahui tentang keluarga ini.
“Aku baik-baik saja, papa! Lebih baik papa pergi keatas untuk melihat adikku. Tadi dia pingsan tanpa sebab, mungkin dia memiliki penyakit yang serius,”
Raut wajah Anatasya sangat lembut dan tulus penuh perhatian, dia sama sekali tidak menunjukkan rasa jijik pada Danendra meskipun dia ingin muntah melihatnya. Anatasya terlihat seperti seorang putri yang bijaksana dan sopan. Danendra merasa sangat puas dengan sikap putrinya itu. Dia berpikir ini mungkin karma baik dari masa lalaunya sehingga dia diberikan seorang putri yang sempurna!
“Kau benar anakku. Aku akan pergi melihat adikmu, aku tidak akan mengganggu waktumu dengan Tuan Muda Archilles. Jangan sungkan ya anggap saja ini seperti rumahmu sendiri!” ujar Danendra. Mendengar ucapannya, Kenneth langsung mengeryitkan dainya. Rumah sendiri? Rasanya tak pantas pria itu mengatakan itu padanya. Jelas-jelas rumah keluarga Hilman tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan rumah keluarga Archilles.
Kenneth melirik Anatasya yang hanya diam tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Danendra. Setelah Danendra pria, Kenneth merapatkan tubuhnya pada Anatasya dan berkata “Kedatanganku kesini bukan untuk menghadiri perjamuan apapun. Aku masih meunggu sampai sekarang hanya untuk menyakinkanmu, apakah kau benar-benar tidak memiliki keinginan lain? Apakah kau benar-benar akan tinggal dirumah ini bersama mereka?”
Anatasya tak berdaya dengan pertanyaanny. Dia telah menyelidiki keluarga Hilman sebelum kembali ke Indonesia, dia tak terlalu paham masalah ekonomi di negeri ini. Sedangkan keluarga Archilles punya reputasi sehingga dia akan mengetahui semua tanpa perlu menyelidikinya.
Dari reaksi danendra dan para tamu sudah cukup membuktikan jika Kenneth adalah seorang yang ternama dan dihormati di negeri ini. Lau dia bertanya-tanya apa yang dilakukan pria itu di pulau terpencil itu?
“Kenneth Archilles, aku menerima niat baikmu tapi aku tida membutuhkan apapun saat ini.” ucap Anatasya. Dia yang selalu mandiri mampu mendapatkan apapun yang dia butuhkan sendiri, dia tidak memerlukan orang lain. Dalam kamus Anatasya tidak ada kata “bergantung pada orang lain”.
“Hei nona. Apakah kau sadar kalau kau menolak tawaranku? Tahukah kau berapa banyak orang diluar sana yang menantikan kesempatan ini?” Kenneth tak habis pikir melihat gadis itu.
Meminta apapun tanpa terbatas pada keluarga Archilles adalah sesuatu yang diimpikan banyak orang terutama para gadis. Dia benar-benar ingin membelah kepala gadis itu untuk melihat apakah kepala gadis itu isinya bubur atau kosong tak berisi?
Anatasya mencoba menahan tawa melihat sikap Kenneth yang menurutnya sangat lucu. Karena Kenneth terus mendesaknya untuk membuat sebuah permintaan lalu Anatasya mengangkat bahu dan bertanya “Tolong beritahu padaku, apa yang telah kutolak itu? Apakah aku menolak pria tampan dan kaya? Apakah aku suda menolak untuk jadi pacarmu? Btw, namaku bukan nona.”
“Lalu siapa namamu?"
“Namaku Tasya.”
Tasya adalah nama panggilan yang diberikan oleh orangtua angkatnya di luar negeri.
“Baiklah. Aku sudah tahu namamu. Tapi kau masih belum mengatakan keinginanmu.” kata Kenneth.
Anatasya yang tidak mengganggap serius, sambil bercanda dia pun berkata “Karena kau bersikeras ingin membalas kebaikanku yang sudah menyelamatkanmu, bagaimana jika kau berjanji menikahiku? Aku rasa itu permintaan yang sepadan.”
“…….hemmm.”
Kenneth terdiam tak tau harus menjawab apa, ekspresi wajahnya terlihat rumit.
“Uhuk….sudahlah jangan masukkan ke hati. Aku hanya bercanda saja, aku tidak butuh apa-apa jadi lupakan saja ok?”
“Boleh.” ujar Kenneth tiba-tiba.
“Apa?” tanya Anatasya bingung “Boleh apa?”
“Keinginanmu itu. Aku akan mendiskusikannya dengan keluargaku karena masalah ini bukan aku saja yang dapat memutuskannya.” Kenneth menunjukkan ekspresi dinginnya.
“Tunggu….apa kau suda gila, ha?” ujar Anatasya melebarkan matanya yang besar dan bulat. Kenneth mengeryitkan keningnya melihat mata inda itu.
“Kenapa kau mengganggap serius ucapanku? Aku tadi sudah bilang kalau aku hanya bercanda!”
“Tidakah kau tau jika terkadang kebenaran itu tersembunyi dalam candaan?” ujar Kenneth.
“Tapi….aku benar-benar bercanda. Aku tidak tertarik padamu!”
Kenneth menatap bingung “Kenapa kau tak tertarik? Semua gadis di negeri ini ingin menikah denganku.”
“Itu mereka. Tidak termasuk aku.”
“Sudahlah! Aku akan memberikan jawabanku padamu segera. Aku pergi dulu, baik-baiklah disini.” lau Kenneth membalikkan badannya dan pergi. Jelas pria itu tidak percaya dengan ucapan Anatasya yang mengatakan dia hanya bercanda. Padahal Anatasya memang hanya bercanda.
Semua pengawal Kenneth pun mengikuti.
“Hei! Kau! Berhenti! Kita harus diskusikan hal itu sebentar! Jangan pergi!” teriak Anatasya yang mengejarnya dengan cepat tetapi langsung dihadang oleh pengawalnya.
“Maaf nona, tolong berhenti.”
“Tidak! Aku punya sesuatu yang harus disampaikan padanya!”
Para pengawal tidak bergeming, jelas terlihat tak ada yang boleh mendekati tanpa ijin dari Kenneth. Inilah yang jadi alasan bagi banyak wanita yang jatuh cinta pada Kenneth. Banyak wanita yang ingin bicara dengannya tapi tak ada satupun yang berani mendekatinya.
Anatasya hanya berdiri kau melihat Kenneth pergi dengan helikopter. Dia tampak kesal karena pria itu benar-benar mengganggap candaannya tadi serius. Jika orang normal pasti tidak akan mengganggap ucapan itu serius. Berjanji menikahinya? Jaman sekarang mana ada orang yang benar-benar akan membuat janji menikah setelah diselamatkan orang lain.
Wajah gadis itu berkerut, dia merasa dipermainkan oleh pria itu! Akhirnya Anatasya berpikir untuk mencari cara untuk menjelaskan pada Kenneth. Dia lalu menoleh kearah villa keluarga Hilman, dengan hati-hati dia memperhatikan villa yang dulunya adalah villa Sanari milik ibunya. Apa yang terjadi sehingga keluarga besar Sanari dapat sirna dan digantikan oleh keluarga Hilman?
Anatasya memikirkan itu ketika tiba-tiba beberapa wanita menghampirinya dan tersenyum. “Nona Sanari, kau sangat cantik dan menarik. Apakah kau keberatan jika kita berteman?”
“Nona Sanari, postur tubuhmu sangat bagus. Apa rahasia untuk menjaga tubuh agar terlihat bugar?”
“Ayo kita bertukar nomor ponsel. Nanti kita bisa tetap berhubungan.”
“Nona Sanari. Apakah kau seorang modal? Kulitmu sangat lembut dan putih berseri.”
Beberapa wanita ini tampak lembut seolah-olah mereka ingin berteman dengannya tapi Anatasya dengan mudah melihat apa sebenarnya tujuan mereka mendekatinya. Lalu dia pun berpura-pura tidak mengerti dan mengganggukkan kepala.
“Baiklah. Aku juga ingin memiliki banyak teman disini.” jawabnya.
Para sosialita mengelilinginya dan mengobrol dengan antusias. Sedangkan dilantai atas, Natasha yang dikerumuni banyak orang akhirnya terbangun. Saat membuka matanya dia melihat Clarisa sedang memegang tangannya dengan ekspresi khawatir.
Sementara Danendra berada disampingnya dengan bingung tanpa ekspresi khawatir sama sekai. Natasha tiba-tiba merasakan kebencian pada ayahnya. Semua ini terjadi karena si jalang Anatasya! Dia telah merebut kasih sayang ayahnya!
Natasha tampak kesal dan sedih. Dia meneteskan airmata “Mama…..”“Sayang, kau sudah bangun? Sudahlah jangan menangis ya….” ujar Clarisa dengan hati yang sakit dan tertekan melihat kesedihan putrinya. Melihat Natasha suda sadar maka Danendra merasa bahwa dia tidak perlu berlama-lama disana.“Masih banyak tamu dibawah, aku pergi dulu untuk menemani para tamu. Rapikanlah dirimu dan segera turun ke bawah.”Danendra bergegas pergi tanpa menunggu sepasang ibu dan anak itu berbicara. Dia tidak peduli lagi pada mereka, dia sudah menemukan harta karunnya yang bisa dia manfaatkan untuk kemajuaannya. Begitu pintu tertutup, Natasha langsung meraih bantal dan melemparkannya ke pintu. “Ma, kau lihat papa! Dia tidak peduli padaku! Aku sudah tidak tahan lagi Ma. Aku ingin Anatasya lenyap selamanya.”Mata Clarisa penuh amarah, awalnya pesta ulang tahun putri kesayangannya berjalan sempurna tetapi setelah kemunculan Anatasya, semua perhatian tamu malah jatuh pada gadis itu. Clarisa menarik napas dal
Natasha merapikan dandanannya dengan cepat, suasana hatinya membaik setelah mengetahui jika dia memenangkan kompetisi kopi selebriti itu, Setelah memperhatikan dirinya di cermin lalu dia turun kebawah bersama Clarisa. Saat tiba dilantai bawah, dia mencari keberadaan Kenneth tetapi dia tidak menemukannya dimanapun. Lalu dia mendekati seorang sosialita terkenal yang dekat dengannya “Apakah kau tahu dimana Tuan Muda Archilles?”“Oh! Tuan Muda Archilles sudah pergi.”“Apakah dia mengatakan sesuatu sebelum pergi?” tanya Natasha lagi.Sosialita itu tampak berpikir sejenak “Tadi dia sempat berbicara dengan kakakmu, para pengawalnya mengelilingi mereka jadi aku tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Tapi percakapan mereka cukup serius.”“Cuku serius? Maksudmu?” tanya Natasha dengan ekspresi wajah yang nampak suram. “Serius bagaimana maksudmu? Apakah mereka terlihat bertengkar?”“Aku tidak tahu. Seperti kubilang tadi, para pengawal mengelilingi mereka jadi aku tidak tahu apa yang me
“Sus, kau telah merawatku bertahun-tahun. Aku masih sedikit bermurah hati padamu mengingat semua pengorbananmu merawatku. Jika kau bersedia membantuku, semua hal yang kau lakukan akan menjadi rahasia dan kedepannya kau tak perlu khawatir tentang apapun lagi. Kapanpun kau membutuhkan uang maka aku akan memberikan padamu. Sekarang pilihan ada padamu, menerima tawaranku atau menolak.”Pengasuh itu memejamkan matanya sekejap lalu menghela napas dalam-dalam. Kedua tawaran Natasha sama-sama berat konsekuensinya, dia tak punya pilihan. Akhirnya pengasuh itupun menerima tawaran Natasha setelah menimbang-nimbang beberapa saat. Sang pengasuh pun pergi meninggalkan villa keluarga Hilman malam itu.Malam pun semakin larut, di kamar Anatasya ternyata dia sudah tertidur namun kewaspadaannya cukup tinggi. Tepat tengah malam dia mendengar suara berderak dari arah jendela kamarnya, gadis itu langsung terbangun tapi tetap diam tak bergerak diatas ranjang.Matanya tajam menoleh kearah jendela kamar. Sam
Malam berlalu dan pagi menyongsong, suasana di villa itu sunyi senyap. “Aaaaaaa…….” tiba-tiba terdengar suara teriakan dari kamar Natasha. Jeritan histeris yang kencang itu menggetarkan seluruh villa dan membangunkan seisinya. Bahkan burung-burung pun kaget dan terbang menjauhi villa itu, apalagi satpam yang berjaga di pintu gerbang pun terlompat dari duduknya.“Ada apa ini?”“Siapa yang berteriak histeris di pagi buta begini, ha?”“Apa yang terjadi?”“Aku juga tidak tahu tapi aku mendengar suara jeritan seseorang meminta tolong. Sepertinya berasal dari kamar dilantai atas.”“Ayo cepat! Sepertinya suara teriakan itu berasal dari kamar Nona Kedua!”Para pelayanpun berlarian menuju kelantai dua. Natasha yang tidak mengunci pintu kamarnya pun membuat para pelayan langsung membuka pintu dan masuk. Mereka melihat Natasha berbaring disamping ranjang dengan tubuhnya yang berkedut-kedut, mulutnya mengeluarkan busa dan wajahnya biru. Dia terlihat seperti akan mati saja. Para pelayan tercen
Seorang pelayan yang memegang pisau langsung menyerahkan pisaunya pada Anatasya. Dengan gerakan cepat Anatasya memejamkan matanya lalu memotong kepala ular itu dengan pisau. Meskipun dia merasa takut tapi dia tak punya pilihan selain membunuh ular itu. Akhirnya ular kobra itupun terbelah dan tak bergerak lagi. Dengan tangan gemetaran Anatasya menjatuhkan ular mati itu kelantai lalu berlari kearah Danendra.“Putriku! Apa kau baik-baik saja?” tanya Danendra memeluk putrinya.“Papa! Aku ketakutan sekali.” ujarnya tersedu-sedu.“Ssssttttt…..sudahlah tenang saja putriku. Kau sudah membunuh ular itu, takkan ada lagi masalah.”“Aku tidak akan merasa takut kalau papa ada bersamaku. Papa jangan pedulikan aku, cepat bawalah adikku ke rumah sakit sekarang. Jika terlambat maka nyawanya tidak akan tertolong. Cepatlah.” Anatasya menunjukkan ekspresi wajah sedih dan bersikap seolah-olah dia terpaksa melepaskan papanya pergi. Hati Danendra meleleh dengan sikap putrinya itu.Baginya Anatasya adalah s
“Ayo kita pergi!”Danendra dan Anastasya pun meninggalkan rumah sakit. Dalam perjalanan menuju rumah keduanya diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. “Papa, sesampainya dirumah pastikan semua pekerja diinterogasi. Hari ini ular itu menggigit adikku, bisa saja besok-besok orang itu akan memasukkan lagi ular kerumah kita untuk menggigit papa dan anggota keluarga kita. Aku tidak mau ada hal buruk yang terjadi pada keluarga kita. Aku tidak tahu bagaimana hidupku tanpa papa.” ujar Anastasya dengan wajah serius. Danendra memikirkan masalah ini dengan wajah serius, jika dia menemukan orang yang telah memasukkan ular itu ke villa, dia tidak akan memaafkan orang itu!Sementara di villa keluarga Hilman. Meskipun Clarisa sedang dihukum tapi ponselnya tidak disita, dengan cepat dia bisa mendapatkan kabar tentang Natasha. Saat mendengar putrinya baik-baik saja, wanita itu menghela napas lega. Tapi saat mengingat jika ular yang menggigit Natasha sengaja dimasukkan oleh seseorang membuat raut wa
Hanya melihat sekilas si penjual ular pun langsung mengenali ular berbisa itu lalu mengganggukkan kepala. “Benar, aku yang menjual ular itu. Ekor ular ini berbeda dengan ular berbisa lainnya karena ular ini aku dapatkan langsung dari hutan dipedalaman Sumatera dan jenis ular ini sangat langka.”Danendra menatap sini si pengasuh dan menarik wanita itu yang sejak tadi menundukkan kepalanya.“Apakah kau mengenal wanita ini? Apakah dia yang datang ke tokomu untuk membeli ular itu?”Si pedagang ular yang tidak mengetahui apa yang terjadi di villa itupun dengan jujur langsung menggangguk, “Iya memang wanita ini yang datang tadi malam. Dia bilang kalau dia membutuhkan seekor ular berbisa untuk membuat obat. Aku memilihkan ular berbisa itu untuknya karena biasanya orang menggunakan bisa ular itu untuk obat-obat tertentu.”Kemarahan Danendra tak terbendung lagi menatap pengasuh it, “Apa kau masih membantah, ha? Apalagi yang mau kau katakan sekarang!” tangan Danendra mendorong kuat bahu wanita
Natasha yang sudah sadarkan diri mengamati sekujur tubuhnya. Dia merasa lebih baik dan ingin segera pulang kerumahnya dan mengadukan Anastasya pada ayahnya. Dia akan menyalahkan Anastasya yang berniat membunuhnya agar ayahnya segera mengusir Anastasya dari rumah mereka. Natasha sangat yakin ayahnya akan menuruti keinginannya karena selama ini dia sangat dimanja dan diturui semua keinginannya.‘Anastasya! Kau jalang kecil yang kejam! Ini semua perbuatanmu ingin membunuhku. Aku pasti akan membalasmu dan memastikan kau dibuang papa seperti dulu. Hanya aku satu-satunya putri Danendra Hilman.’ gumamnya dalam hati.Supir datang menjemput Natasha dirumah sakit. Dalam perjalanan nampak Natasha yang tersenyum penuh kemenangan memikirkan semua rencananya yang sempurna. “Pak, bawa mobilnya cepat! Kok nyetir lambat banget sih.” Natasha yang sudah tak sabar sampai dirumah membentak supirnya agar melajukan mobil lebih cepat lagi.Saat mobil sudah tiba didepan villa, Natasha keluar dari mobil dan he