Share

Bab 4

Numa duduk di sudut club yang remang-remang, membaur dengan keramaian. Asap rokok dan dentuman musik mengisi udara, membuat tempat itu terasa penuh energi malam. Pakaian yang dikenakannya malam ini jauh lebih menggoda—gaun hitam ketat dengan belahan tinggi di paha dan punggung terbuka, memamerkan pesonanya tanpa terlihat terlalu mencolok. Ia sudah tahu Lucas mungkin akan kembali ke sini, dan ia harus memastikan misi ini tetap berjalan dengan sempurna.

Beberapa jam sebelumnya, Numa menerima pesan penting dari rekannya yang sedang menyelidiki aktivitas di pelabuhan. Foto-foto yang dikirim menunjukkan beberapa pria dengan truk besar sedang memuat peti-peti mencurigakan. Truk itu teridentifikasi menuju ke gudang yang dikenal sebagai salah satu titik distribusi barang ilegal milik Lucas.

"Barang itu sudah sampai. Lucas menggerakkan sesuatu yang besar," kata rekannya melalui telepon singkat.

Numa tahu bahwa ini adalah celah untuk menggali informasi lebih dalam. Jika ia bisa mendekatkan diri lagi pada Lucas, mungkin ia bisa mendapatkan detail lebih jelas tentang rencana besar mafia itu.

÷÷÷

Malam itu, seperti dugaan Numa, Lucas Zander Maxime muncul di club favoritnya. Dengan tubuh tegap dan tatapan tajam, Lucas melangkah masuk, auranya membuat orang-orang di sekitarnya seketika menoleh. Mengenakan kemeja hitam yang digulung di lengan, rambutnya disisir rapi, Lucas tampak memancarkan kendali penuh atas dirinya dan situasi di sekitarnya. Ia berhenti sejenak di ambang pintu, matanya menyisir keramaian seolah mencari seseorang.

Begitu pandangannya tertumbuk pada Numa yang duduk di bar dengan kaki bersilang dan segelas minuman di tangan, sebuah senyum muncul di sudut bibirnya. "Dia datang," pikir Lucas, merasa senang sekaligus sedikit penasaran. Ia tidak menyangka wanita itu akan kembali begitu cepat.

Lucas melangkah menuju bar dengan langkah tenang namun penuh kendali. Beberapa wanita di sepanjang jalan melirik padanya, tapi ia tidak menghiraukannya. Malam ini, fokusnya hanya tertuju pada satu orang: Numa.

Numa, yang sudah menyadari kehadiran Lucas sejak pria itu melangkah masuk, berpura-pura tidak peduli. Ia menyesap minumannya perlahan, memberikan waktu bagi Lucas untuk mendekat.

"Sepertinya aku beruntung bisa bertemu denganmu lagi," ujar Lucas dengan suara rendah dan menggoda, begitu ia berdiri di samping Numa.

Numa menoleh, tersenyum tipis. "Oh, kau lagi. Apa kau selalu datang ke sini, atau aku hanya kebetulan datang di waktu yang tepat?"

Lucas tertawa kecil, menatapnya dengan mata yang penuh rasa ingin tahu. "Mungkin aku yang mencari alasan untuk bertemu denganmu lagi."

Numa meletakkan gelasnya dan menatap Lucas dengan mata penuh arti. "Dan apa yang membuatmu begitu tertarik, tuan Maxime?"

Lucas menyukai bagaimana Numa menyebut namanya dengan nada menggoda itu. Ia melangkah lebih dekat, mencondongkan tubuh sedikit agar suaranya hanya bisa didengar oleh Numa. "Kau bukan tipe wanita yang mudah diabaikan. Kau membuatku penasaran."

Numa tertawa kecil, namun dalam hati ia tahu bahwa Lucas mulai terjebak dalam permainannya. "Penasaran, ya? Lalu apa yang akan kau lakukan dengan rasa penasaranmu itu?"

Lucas memesan dua gelas minuman, lalu menatap Numa dengan tatapan tajam. "Bagaimana kalau kita habiskan malam ini bersama? Aku ingin mengenalmu lebih baik."

Numa berpikir sejenak, menimbang-nimbang langkah selanjutnya. Ia tahu semakin dekat dirinya dengan Lucas berarti semakin besar risikonya, tapi juga semakin besar peluangnya untuk menggali informasi darinya.

"Baiklah," jawab Numa akhirnya, menyesap minumannya dengan senyum menggoda. "Katakan, Lucas... Apa yang sebenarnya kau cari di sini?"

Lucas menatap dalam ke matanya, seolah ingin menelusuri setiap rahasia yang disimpan wanita itu. "Mungkin aku hanya mencari seseorang yang bisa membuat malam ini lebih menarik. Mungkin juga aku mencari sesuatu yang lebih."

Mereka berdua saling berpandangan dalam hening sejenak, seolah mencoba membaca pikiran masing-masing. Ketegangan di antara mereka terasa begitu nyata, seperti permainan kucing dan tikus yang intens namun menggoda.

Lucas menyandarkan dirinya ke bar dan berkata dengan nada santai, "Jadi, Numa... Kau tidak memberitahuku banyak tentang dirimu malam itu. Bagaimana kalau kita mulai dari awal lagi? Aku ingin tahu siapa kau sebenarnya."

Numa tersenyum tipis, menyembunyikan kecemasan di balik ekspresi anggunnya. "Tidak banyak yang bisa kuceritakan, Lucas. Aku hanya seorang wanita yang suka datang ke tempat seperti ini untuk bersenang-senang. Mungkin... mencari sesuatu yang baru."

Lucas tertawa kecil. "Kau benar-benar misterius, ya? Tapi aku suka itu."

Percakapan mereka terus berlanjut, semakin dalam dan pribadi seiring berjalannya malam. Lucas merasa semakin tertarik pada Numa, sementara Numa harus berhati-hati agar tidak terlalu terjebak dalam pesona pria berbahaya itu.

Saat musik semakin menggema dan suasana malam semakin hangat, Lucas mendekatkan tubuhnya sedikit lagi. "Aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu denganmu, Numa. Apa kau punya rencana untuk malam ini?"

Numa menatapnya dalam-dalam, berpikir cepat. Ini adalah kesempatan emas, tapi juga penuh risiko. "Apa yang kau tawarkan, Lucas?" tanyanya dengan nada menggoda.

Lucas tersenyum penuh arti. "Mungkin kita bisa pergi ke tempat yang lebih tenang. Aku punya penthouse yang nyaman di atas kota ini."

Numa tahu bahwa ini bisa menjadi langkah besar dalam misinya. Jika ia bisa masuk lebih dalam ke dalam dunia Lucas, ia mungkin menemukan celah untuk menghancurkan bisnis pria itu. Namun, ia juga sadar bahwa semakin dekat ia dengan Lucas, semakin sulit untuk menjaga batas antara misi dan perasaan pribadi.

Dengan senyum lembut, Numa akhirnya berkata, "Baiklah, Lucas. Aku tertarik melihat seperti apa duniamu."

Lucas tersenyum puas, lalu menggenggam tangan Numa dengan lembut namun penuh kendali. "Kau tidak akan menyesal, Numa."

Dan dengan begitu, permainan mereka berlanjut—lebih dalam, lebih berbahaya, dan semakin sulit dibedakan antara tipu daya dan ketertarikan sejati.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status