Share

Bab 4 Ibu Dipukuli

Penulis: Sungai Merah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Mungkin sakit sedikit. Kamu tahan sebentar!"

Jarum kedua ditusukkan.

"Kemarilah, letakkan bantal di belakang dadamu di posisi ini. Dengan satu tusukan ini, gumpalan darah di paru-parumu akan dibersihkan sepenuhnya dalam waktu setengah jam!"

Dirga berkata demikian sambil meraih bantal dan menyerahkannya kepada Zira.

Setelah setengah jam, memar di paru-paru Zira benar-benar hilang. Ekspresi wajahnya langsung membaik, sosoknya pun makin cantik dan bergairah.

"Sekarang aku perlu menusukkan jarum lagi dan melindungi sistem meridian tubuhmu terlebih dahulu. Ini adalah luka fatal. Selanjutnya, kamu harus membentuk kembali sistem meridian tubuhmu dan itu membutuhkan 16 jenis herbal langka. Selain itu, perlu direbus menjadi pil obat. Aku belum punya bahan-bahan itu sekarang, tapi aku jamin akan bisa membelinya dalam dua hari!"

"Apa kamu benar-benar bisa membentuk kembali sistem meridian tubuhku?"

Zira makin penasaran dengan Dirga sekarang, dia belum pernah mendengar tentang teknik pengobatan ini!

"Tentu saja, hanya agak rumit saja."

Tindakan pengobatan Dirga masih belum berhenti, tubuh Zira hampir penuh dengan jarum perak saat ini!

Sepanjang proses ini, Zira berbaring dengan tenang sambil sesekali melirik Dirga. Jantungnya tiba-tiba menjadi sangat tenang. Sedikit demi sedikit memori perang dan membunuh itu hilang dari benaknya!

Setelah beberapa tahun ini, dia tidak pernah merasa senyaman saat ini!

Dia perlahan menutup matanya dan menikmati ketenangan yang langka ini!

Tanpa sadar, satu jam berlalu.

"Nona Zira, aku sudah melindungi sistem meridian tubuhmu dengan akupunktur. Sekarang kita mulai mencabut jarumnya, bagaimana perasaanmu sekarang?"

Raut wajah Zira terlihat lebih baik dari sebelumnya, dia sudah merasa sangat beruntung. Namun, dalam hatinya justru tidak senang. Semua itu karena dia sudah sepenuhnya yakin bahwa Dirga dapat menyembuhkan luka dalamnya dalam waktu singkat. Saat itu terjadi, dia harus menghadapi rasa tersiksa di rumah!

Dirga melihat ada yang salah dengan ekspresi Zira dan buru-buru berkata, "Nona Zira, kamu kenapa? Kenapa kelihatannya nggak senang sama sekali?"

"Nggak apa-apa, aku merasa jauh lebih baik sekarang. Dirga, terima kasih banyak!"

"Bicara apa kamu ini? Kamu 'kan tunanganku. Kenapa kamu mengatakan ini? Cederamu sangat serius, meskipun aku sudah membersihkan memar dari paru-parumu dan melindungi sistem meridian tubuhmu dengan akupunktur!"

"Kamu nggak boleh melakukan olahraga berat, kamu harus lebih banyak beristirahat dan jangan terpancing emosi. Hari ini cukup sampai di sini dulu. Aku harus pulang untuk menemui ibuku dulu. Aku akan kembali besok untuk perawatanmu selanjutnya!"

"Juga, aku sudah menyusun daftar resep untukmu. Aku pergi nanti, aku akan membelinya dan menyuruh seseorang untuk mengantarkannya kemari!"

"Sebelum lukamu benar-benar sembuh, kamu harus makan dan minum obat sesuai dengan resep yang aku berikan!"

Kata-kata Dirga menyentuh Zira dan menghangatkan hatinya.

Ternyata seperti ini rasanya dipedulikan seseorang!

Zira menatap Dirga dengan sedikit kelembutan di wajahnya dan berkata dengan lembut, "Terima kasih Dirga, tulis saja resep dan obatnya, aku akan menyuruh Aisa membelinya nanti!"

"Ketika kondisi tubuhku lebih baik, aku akan pulang bersamamu untuk mengunjungi ibumu!"

"Oke, kalau begitu ingat apa aku katakan tadi, istirahatlah dengan baik dan jaga suasana hatimu tetap bahagia!"

Dirga dengan cepat menuliskan resep dan menyerahkannya kepada Zira. Saat hendak pergi, sebuah telepon dari nomor tidak dikenal pun datang.

Dirga menjawab tanpa terlalu banyak berpikir.

"Apa kamu anggota keluarga Tika Gabean?"

Terdengar suara seorang wanita.

"Ya, aku anaknya, Dirga. Ada apa dengan ibuku?"

"Dia sekarat, cepat datang ke Rumah Sakit Rakyat Daerah!"

Duar!

Seperti petir di siang bolong, Dirga belum sempat menanyakan apa yang terjadi dan telepon itu sudah dimatikan.

"Nona Zira, aku harus pergi dulu. Ibuku masuk rumah sakit. Aku harus pergi menemuinya!"

Dirga segera pergi. Begitu dia pergi, Aisa datang ke kamar Zira.

"Jenderal terlihat jauh lebih baik. Apa Jenderal tidur dengan Dirga tadi malam?"

"Kenapa Jenderal nggak mau mendengar ucapanku, sekarang semuanya sudah terlambat!"

Aisa mulai menangis tersedu-sedu. Sebenarnya, dia selalu ada di luar, tetapi tanpa izin Zira, dia tidak berani masuk. Dia juga tidak tahu bahwa Dirga sedang menyembuhkan Zira.

"Jangan menangis. Ambil resep ini, ke depannya kamu harus memberiku obat dan makanan sesuai dengan resep-resep ini!"

"Sekarang siapkan mobilnya. Ibu Dirga ada di rumah sakit. Aku harus memeriksanya!"

"Cepat sedikit!"

Zira khawatir, terdengar jelas dari nada bicaranya.

Aisa langsung merasakan suhu di udara mendingin. Dia pun segera mengambil resep lalu lari keluar untuk menyiapkan mobil.

...

Rumah Sakit Rakyat Daerah.

Pada saat ini, Dirga sudah tiba di rumah sakit dan menanyakan lokasi ruang rawat ibunya di resepsionis. Setelah itu, dia segera pergi menuju ruang rawat tersebut.

Namun, sekelompok orang berjaga di luar bangsal dan mengelilingi Dirga saat melihat kedatangannya!

"Kamu anak Tika Gabean? Kamu datang tepat waktu, cepat berikan uangnya, 200 juta!"

"Uang apa? Kalian siapa? Apa yang sudah kalian lakukan pada ibuku?"

"Uang apa? Tentu saja, uang biaya perlindungan. Ibumu keras kepala sekali nggak mau bayar biaya perlindungan, jadi kami harus mematahkan kakinya."

Duar!

Kaki ibunya dipatahkan?

"Plak! Plak!" "Plak!"

Dirga menampar dengan beberapa tamparan berturut-turut, menampar semua orang sampai tersungkur lalu masuk ke ruang rawat. Dia melihat ibunya terbaring di tempat tidur berlumuran darah dan dalam keadaan pingsan!

Dalam sekejap, Dirga merasa bersalah. Hatinya sangat tidak karuan!

'Sialan, aku seharusnya pulang tadi malam!'

"Bu, maafkan Dirga!"

Dirga menangis tersedu-sedu, tetapi dia segera tenang kembali. Dia memeriksa luka-luka ibunya dengan cermat, lalu menemukan bahwa selain kaki kirinya yang patah, bagian tubuh lainnya juga terluka!

Dia segera menusukkan jarum ke tubuh ibunya, saat itu orang yang dibantingnya ke lantai di luar bergegas masuk!

"Sialan, ibumu nggak mau bayar, kamu berani memukul kami juga?"

"Apa kalian tahu siapa aku?"

"Namaku Jager, orang di belakangku adalah Tuan Reno. Ibumu, seorang wanita tua bodoh berani-beraninya nggak bayar biaya perlindungan. Hanya patahkan satu kaki saja sudah bagus!"

"Anaknya saja nggak mau gantikan ibunya bayar biaya perlindungan, kamu masih berani mukul kami?"

"Kamu cari mati, ya?"

"Kamu cari mati!"

Dirga berteriak marah. DIa mengangkat kakinya dan menendang dengan keras beberapa kali. Semua orang seketika terpental ke lantai dan terluka parah!

Dia sudah sangat baik, karena ini adalah rumah sakit, dia tidak ingin mulai membunuh dan tidak ingin membuat situasi terlalu berdarah.

Jika bukan karena itu, satu tatapannya saja bisa memenggal kepala orang-orang ini.

"Reno!"

"Lagi-lagi kamu. Bagus sekali, ya. Aku akan mengambil nyawamu!"

Sejak kecil, ayah tidak pernah pulang selama bertahun-tahun, Dirga dan ibunya hidup bergantung satu sama lain.

Ibunya adalah orang paling penting di hidupnya. Siapa pun yang menyakitinya akan mati!

Reno tidak akan pernah melepaskan orang-orang itu, dia akan menyiksanya sampai mati secara perlahan.

"Sialan, anak ini cukup pandai berkelahi. Panggil Tuan Reno dan bawa seseorang untuk membunuhnya!"

Jager dan yang lainnya terkulai lemas di lantai sambil meratap dan berteriak!

Pada saat ini, Zira dan Aisa bergegas mendekat lalu segera menemukan ruang rawat ibu Dirga.

"Kenapa kamu datang kemari?"

Dirga terkejut melihat Zira.

"Bagaimana luka Bibi?"

Wajah Zira penuh kekhawatiran.

"Kakinya patah, tapi aku akan menyembuhkannya. Nona Zira, kamu masih terluka dan sulit bergerak. Nona pulang saja untuk istirahat!"

"Perawatanmu mungkin harus ditunda selama beberapa hari. Aku harus merawat ibuku dulu!"

"Terima kasih sudah menjenguk ibuku!"

Raut wajah Zira tampak tidak senang begitu mendengarnya!

"Bicara apa kamu ini? Kamu adalah tunanganku, ibumu adalah calon ibu mertuaku. Sekalipun ibumu nggak terluka seperti ini, apa aku tetap nggak boleh datang menemuinya?"

"Lakukan apa yang harus kamu lakukan dan serahkan sisanya padaku!"

"Oh, ya. Orang-orang di luar kenapa?"

Dirga tersentuh mendengar ucapan Zira.

"Mereka memukuli ibuku, Nona Zira. Aku bisa mengatasinya sendiri, kenapa kamu nggak pulang saja dulu?"

"Jangan basa-basi lagi, fokuslah menyembuhkan Bibi. Aisa dan aku menjaga bagian luar. Kalau ada apa-apa, kamu beri kode saja!"

Nada bicara Zira jelas tegas sekali, dia pun segera keluar dari ruang rawat.

Tepat di luar, Reno dan Melly muncul dengan beberapa pengawal.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Abdul Nasir
wsnita yang baik mengharga orsng tua calon suami.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istriku Dewi Perang yang Sakti   Bab 5 Usik Nona Zira Sedikit saja, Aku Lenyapkan Seluruh Keluargamu

    Reno dan Melly datang dengan beberapa pengawal.Melihat tragedi Jager dan yang lainnya, Reno tak bisa menahan emosi dan mulai memaki-maki."Mengurus Dirga dan ibunya saja nggak bisa, apa gunanya aku pelihara kalian!""Kalian semua nggak berguna!""Bukan begitu, Tuan Reno, anak itu benar-benar pandai berkelahi. Tuan Reno, tolong bantu kami!"Jager merangkak ke kaki Reno dan menyeka sepatunya dengan lengan bajunya.Namun, fokus Reno sekarang sepenuhnya pada Zira dan Aisa.Dua wanita yang cantik dan elegan!Bila Melly dibandingkan dengan Zira dan Aisa, perbedaannya sangat jelas!Mereka bagaikan itik buruk rupa dan angsa putih yang cantik!Pikiran Reno seketika dipenuhi dengan pikiran jahat, matanya tertuju pada tubuh Zira."Halo, dua wanita cantik, namaku Reno Markus, ini kartu namaku!""Keluarga Markus adalah keluarga konglomerat kelas tiga di Kota Langgara. Ayahku adalah kepala keluarga, aku khawatir kamu belum tahu bahwa Dewi Perang Angsa Putih sudah tiba di Kota Langgara, ya?""Aku li

  • Istriku Dewi Perang yang Sakti   Bab 6 Aku Berani Membunuhmu, Mau Coba?

    Aisa ketakutan sampai ke tulang-tulangnya!Ada apa ini?Bagaimana Dirga si gelandangan ini membuatku sangat ketakutan?Aisa tanpa sadar gemetaran.Ilusi!Pasti ilusi!Niat membunuh yang terpancar dari Dirga berlalu begitu saja, sekarang Aisa tidak bisa merasakannya sama sekali.Saat ini, Zira hanya merasa terharu, terharu karena dilindungi oleh pasangannya sendiri. Selain itu, dia sama sekali tidak merasakan apa-apa!Pada saat ini, pengawal Reno mundur ke sisinya dan berbisik dengan suara gemetar, "Tuan, anak ini agak jahat. Takutnya dia seorang master!""Plak!"Reno menampar wajah pengawal itu dan berkata dengan marah, "Apa kalian buta?"Setelah itu, Reno mengarahkan pandangannya pada Dirga."Dirga, aku nggak menyangka kamu dan ibumu akan mengalami kehidupan yang sulit, senang sekali memukuli aku dan tunanganku tadi malam, 'kan?""Kamu bisa bertarung, ya? Jangan bilang aku menggertakmu, lihat pengawal di belakangku?""Salah satu dari mereka bisa satu lawan sepuluh. Kalau kamu paham, b

  • Istriku Dewi Perang yang Sakti   Bab 7 Murid Penyelamatku Tidak Mungkin Tidak Punya Kemampuan

    "Jenderal, Dirga benar-benar seorang dokter? Apa dia benar-benar bisa menyembuhkan cederamu?""Selain itu, apa Jenderal hanya ingin memberitahunya bahwa Jenderal adalah Angsa Putih?"Begitu dia tiba di luar rumah sakit, Aisa tidak sabar untuk bertanya dan Zira sudah memberitahunya bahwa Dirga adalah seorang dokter dan sedang proses menyembuhkannya."Aku yakin Dirga akan menyembuhkan lukaku, tapi kuharap nggak begitu cepat. Aku memang ingin memberitahunya identitas asliku barusan, tapi kamu tahu akhirnya nggak. Ekspresi Dirga tampak nggak tenang saat aku mengakui bahwa kita berdua adalah tentara dan berada di Departemen Perang!"Aisa baru ingat setelah mendengar ucapan Zira."Dirga jauh lebih misterius dari yang kamu kira, murid penyelamatku nggak mungkin orang yang nggak punya kemampuan. Jadi, ingat apa yang aku katakan di ruang rawat, kamu jangan mencoba menyelidikinya!" lanjut Zira."Siap!"Aisa setuju, lalu dia membuka pintu mobil untuk Zira.Telepon Zira berdering begitu dia masuk

  • Istriku Dewi Perang yang Sakti   Bab 8 Aku Menerima Permintaan Maafmu

    Banyak tanda tanya terlintas di benak Mora."Dokter itu harus menyelamatkan nyawa pasien. Aku seorang dokter. Sudah menjadi tugasku menyembuhkan dan menyelamatkan orang sakit!""Nenek Mora, sama-sama. Namaku Dirga!"Dirga menarik jarum perak dari tubuh Mora dan berkata kepadanya, "Nenek Mora, Nenek bisa berdiri dan bergerak sekarang!"Seorang gadis berumur 18 tahunan bergaun putih di sampingnya segera membantu Mora berdiri, lalu gadis dengan cemas bertanya, "Nenek, bagaimana perasaan Nenek sekarang?""Membaik, Nenek merasa lebih baik sekarang!""Benarkah? Baguslah, Nenek buat aku ketakutan tadi, huhuhu ...."Gadis itu mulai menangis, orang-orang di sebelahnya juga menghela napas dan berkata satu demi satu, "Bu Mora, syukurlah keadaan Ibu membaik!""Ya, terima kasih atas perhatian kalian. Kembalilah ke posisi dan pekerjaan kalian masing-masing.""Lista, pergi dan tuliskan cek 200 miliar untuk dokter ajaib ini!""Hah?"Lista Candra, cucu Mora tercengang."Ah, apanya? Cepat!""Nggak bisa,

  • Istriku Dewi Perang yang Sakti   Bab 9 Aku Tidak Akan Meladeni Sampah Kecuali Aku Tidak Tahan

    Lista tidak percaya Dirga sehebat yang dikatakan neneknya!Mora tidak bisa tenang saat ini, dia tidak takut pada siapa pun di Kota Langgara kecuali beberapa monster tua itu.Beberapa tahun yang lalu, dia memiliki keberuntungan untuk melawan salah satu monster tua. Akhirnya, dia tentu saja dikalahkan.Dia bisa merasakan fluktuasi aura monster itu dan tahu seberapa jauh perbedaan alam kultivasinya.Namun, tadi itu dia tidak bisa merasakan alam kultivasi Dirga. Dirga bagaikan lubang hitam yang tak terduga di matanya!"Di atas langit masih ada langit!""Nak, kamu harus ingat kalau kamu nggak bisa melakukannya, bukan berarti orang lain nggak bisa melakukannya juga!""Ingat, jangan menilai orang dari penampilannya. Nenek selalu menilai orang dengan akurat!""Nenek memberimu misi. Temui Dirga dan berteman dengannya!""Paham?"Nada bicara Mora terdengar santai, tapi tak perlu dipertanyakan lagi ketegasannya. Meskipun di hati Lista sangat enggan, dia hanya bisa pasrah mengiakan permintaan nenek

  • Istriku Dewi Perang yang Sakti   Bab 10 Melakukan Apa yang Harus Dilakukan Pasangan

    Dirga meninggalkan rumah setelah pamitan pada orang tuanya.Dalam waktu satu jam, dia sudah berada di luar kamar Zira.Aisa berdiri di luar pintu. Raut wajah Aisa sangat tidak karuan, alhasil Dirga pun khawatir dan buru-buru bertanya, "Apa yang terjadi pada Zizi?"Mendengar Dirga menyapa Zira dengan begitu intim, Aisa sangat kesal dalam hatinya.Namun, dia tidak berani tidak menghormati Dirga karena teringat perintah Zira sebelumnya kepadanya. Aisa pun segera melangkah maju untuk menemui Dirga dan berkata, "Hari ini, aku dan Nona sedang meninggalkan rumah sakit, Nona menerima sebuah telepon. Kemudian, suasana hati Nona pun menjadi buruk.""Dihibur bagaimanapun nggak bisa. Karena kamu sudah datang, kamu hibur Nona sana. Di hatinya saat ini hanya ada kamu, kamu jangan sampai mengecewakan dia, jangan kecewakan aku.""Aku mohon padamu!"Aisa hampir menangis, meskipun dia adalah bawahan Zira, Zira selalu memperlakukannya seperti adiknya sendiri."Oke, serahkan padaku, kamu istirahat saja sa

  • Istriku Dewi Perang yang Sakti   Bab 11 Dirga Jahat Sekali

    Setelah selesai telepon, Dirga mengirimkan daftar herbal yang dia butuhkan dan segera pulang ke rumah.Dia berencana untuk pergi ke klinik untuk mendekorasi besok pagi. Dia ingin segera membuka bisnisnya agar ibunya tahu bahwa dia memiliki pekerjaan yang layak, sehingga ibunya tidak perlu khawatir lagi.Saat ini, di kediaman Keluarga Markus.Romeo, kepala Keluarga Markus, memandang Paron yang seluruh lengannya hancur. Romeo memakinya tidak berguna."Paron, Keluarga Markus sudah mempekerjakanmu selama bertahun-tahun. Biasanya, kamu dan orang-orangmu nggak pernah takut apa pun. Kali ini kamu turun sendiri, bisa-bisanya anak muda biasa nggak bisa kamu kalahkan.""Soal ini biarlah, bisa-bisanya anak itu mematahkan satu lenganmu.""Beri tahu aku, betapa nggak bergunanya kamu!"Romeo paling paham kekuatan Paron.Meskipun kekuatan Paron bukan nomor satu di Kota Langgara, dia berada di jajaran teratas. Romeo tidak pernah menyangka, Paron bukan hanya tidak membawa kaki dan tangan Dirga, tapi ma

  • Istriku Dewi Perang yang Sakti   Bab 12 Berlutut dan Meminta Maaf kepada Pak Dirga

    Lista sedang dalam suasana hati yang buruk."Lista, ada apa datang kemari?""Oh, ya, kondisi nenekmu seharusnya sudah baik-baik saja, 'kan?"Dirga tidak terlalu menyukai Lista, jadi dia langsung ke intinya karena tak ingin bahas yang lain.Lista marah saat merasakan nada tidak menyambut dari ucapan Dirga. Namun, Lista tetap tahan diri begitu teringat ucapan neneknya."Aku bisa punya urusan apa denganmu? Jangan berpikir berlebihan, nenekku yang menyuruhku datang untuk berterima kasih.""Kondisi nenekku sudah aman, malam nanti dia ingin mengundangmu makan malam. Jawab yang jelas, kamu mau datang atau nggak."Dirga seketika merasa lucu saat melihat raut wajah serbasalah Lista.Dia baru sadar, gadis ini imut juga saat marah.Dirga pun mengubah nada bicaranya dan berkata, "Nona Lista, sampaikan rasa terima kasihku pada nenekmu. Aku nggak bisa ikut makan malam. Aku benar-benar nggak punya waktu. Kamu lihat sendiri aku masih harus renovasi klinikku.""Ketika klinik direnovasi dan dibuka, aku

Bab terbaru

  • Istriku Dewi Perang yang Sakti   Bab 776 Tamat

    Seiring dengan teknik jitu yang terus dilancarkan oleh Dirga, aura di tubuhnya mencapai puncak dan niat pedangnya menjadi makin kuat!Aura di tubuhnya segera mencapai tahap yang menakutkan, lelaki tua dapat merasakan semua ini.Ekspresinya berubah drastis. Meskipun sosok aslinya berada di Kota Bintang, bagi pendekar super sepertinya, jarak bukanlah halangan.Dirga seolah-olah berada di hadapannya."Nak, aku memang sudah salah menilai dan terlalu meremehkanmu.""Aku nggak menyangka pemahamanmu terhadap Teknik Pantang Menyerah sudah sedalam ini, perlu diakui kamu adalah anak muda kedua paling berbakat yang pernah kutemui.""Teknik Pantang Menyerah sangat menarik, semoga kamu nggak mengecewakanku."Setelah berkata demikian, lelaki tua melompat ke udara. Dia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Dirga. Pemuda berbakat seperti ini hanya punya dua pilihan, yaitu diperalat olehnya atau mati di tangannya.Awalnya dia pun ingin menerapkan prinsip ini pada Zira, tetapi akhirnya dia dikalahkan o

  • Istriku Dewi Perang yang Sakti   Bab 775 Pertarungan Terakhir

    Kali ini, Dirga memilih untuk menyerang duluan!"Tsing!"Pedang Asura di tangannya berdenting pelan. Di bawah dukungan Niat Pedang Pantang Menyerah dan Teknik Pantang Menyerah, dia menyesuaikan sudut Pedang Asura, lalu menghunuskan Pedang Asura ke arah tangan raksasa itu.Terdengar suara hantaman.Dirga tidak berhasil memotong tangan raksasa itu menjadi beberapa bagian, tetapi sekarang tangan raksasa itu berubah menjadi ilusi.Dirga memanfaatkan kesempatan ini untuk melancarkan serangan!"Shiu shiu shiu ...."Pada akhirnya, tangan raksasa itu hancur berkeping-keping dan menghilang dari pandangan semua orang.Melihat adegan ini, Dirga dan yang lainnya mengembuskan napas lega. Namun, tak lama kemudian, muncul tangan raksasa lainnya.Tangan raksasa ini lebih besar dan padat dari yang sebelumnya. Dirga sudah mempersiapkan diri untuk menyerang.Namun, ketika tangan raksasa itu melesat ke arahnya, dia sama sekali tidak bisa bergerak. Karena kakinya seolah-olah melekat di tanah.Dalam sekejap

  • Istriku Dewi Perang yang Sakti   Bab 774 Pendekar yang Sesungguhnya Datang

    Biksu muda dan yang lainnya langsung terhempas sejauh puluhan ribu meter. Untungnya Dirga tanggap dan langsung melepaskan energi pedang untuk menarik mereka kembali, kalau tidak, entah ke mana mereka akan terdampar."Menakutkan sekali, momentum dan aura ini sungguh mengerikan.""Momentum ini jauh lebih kuat dari dugaan kita, orang di dalam mungkin sudah menerobos tingkat Yang Bebas dan menapaki Alam Gamasesa."Saat ini, biksu muda dan yang lainnya ketakutan. Hati mereka dipenuhi dengan keterkejutan!Sebenarnya orang itu memang jauh lebih kuat dari dugaan mereka. Suaranya dapat menimbulkan gejolak yang begitu menggemparkan.Saat ini, mereka berdiri di belakang Dirga dan bernapas dengan hati-hati. Kalau tadi Dirga tidak menyelamatkan mereka, mereka mungkin sudah hancur berkeping-keping.Saat ini, mereka menaruh semua harapan pada Dirga. Mereka sangat mengagumi Dirga.Sedangkan ekspresi Dirga pun berubah muram, kekuatan orang di dalam melampaui dugaannya. Meskipun dia sudah mempersiapkan

  • Istriku Dewi Perang yang Sakti   Bab 773 Pertarungan Akhir Dimulai

    Setelah selesai berbicara, roh pedang berubah menjadi energi pedang dan masuk ke dalam Pedang Asura.Dirga tertegun di tempat. Setelah belasan detik kemudian, dia baru tersadar. Sebenarnya sekarang dia sangat terluka dan terpukul.Karena ucapan roh pedang membuatnya menyadari betapa lemah dan tidak berharga dirinya. Roh pedang tidak mungkin membohonginya, sekarang dia merasa sangat tidak berdaya.Selama ini, dia tidak merasa bahwa bakatnya yang paling menonjol. Karena jika dibandingkan dengan Zira dan Vania, bakatnya bukanlah apa-apa.Namun, dia melalui semua tahap yang harus dia lalui. Meskipun dia dibimbing oleh Rafan, semua pencapaiannya hari ini diraih dengan kerja kerasnya sendiri.Terlebih lagi, di alam agung seperti Yang Bebas, dia bukan hanya menciptakan teknik jitu, tetapi juga berhasil memahami cara kerja Teknik Pantang Menyerah.Hanya dinilai dari dua poin ini, dia pantas disebut genius di antara para genius. Namun, setelah mendengar ucapan roh pedang, dia baru menyadari ada

  • Istriku Dewi Perang yang Sakti   Bab 772 Roh Pedang Bangun

    Keadaan mereka tidak diketahui!Dirga mencari di sekeliling, tetapi tidak menemukan jejak mereka."Jangan-jangan semuanya terbunuh?""Mana mungkin?"Dirga kebingungan. Tiba-tiba dia teringat akan sesuatu yang membuatnya gelisah."Nggak, nggak, jangan-jangan mereka terbunuh oleh tebasanku tadi?""Nggak mungkin, ini nggak mungkin?"Dirga membantah pikirannya, dia terus mencari biksu muda dan yang lainnya.Akhirnya, dia menemukan mereka di sebuah ruangan yang sudah hancur. Ketika melihat mereka, Dirga tidak bisa berkata-kata.Karena keadaan biksu muda dan yang lainnya sangat mengenaskan, setiap orang terluka parah, bahkan beberapa di antara mereka sekarat.Lokasi kejadian sangat tragis.Tanpa ragu-ragu, Dirga langsung menerjang ke hadapan biksu muda, dia memasukkan beberapa butir pil obat ke dalam mulut biksu muda.Dirga menyuntikkan energi sejati ke tubuh biksu muda, lalu pergi memeriksa keadaan yang lainnya.Setelah memulihkan diri selama dua jam, akhirnya nyawa semua orang aman. Namun,

  • Istriku Dewi Perang yang Sakti   Bab 771 Satu Lawan Tiga

    Saat ini, ketiganya memiliki keinginan untuk membunuh Dirga.Karena kekuatan Dirga jauh di atas dugaan mereka, Dirga membuat mereka merasa sangat terancam!"Kalau begitu, mari lihat apa kalian sanggup. Jangan basa-basi, ayo bertarung!" Semangat tempur Dirga membara. Dia haus akan pertarungan dan akan bertarung dengan sekuat tenaga.Meskipun ketiga orang di hadapannya belum bisa memuaskan keinginannya, mereka cukup bermanfaat.Sekarang, dia makin bersemangat untuk bertarung, terutama dengan musuh yang kuat.Karena musuh yang kuat dapat menutupi kekurangannya dan membuatnya lebih cepat berkembang."Nak, mati kamu."Ketiganya menerjang ke arah Dirga sambil melancarkan serangan, tidak ada yang menyembunyikan kekuatan mereka."Bum bum bum!"Terpancar aura yang menakutkan dari tubuh ketiga orang itu sehingga ruangan yang baru saja diciptakan pun hancur.Perlu diakui kekuatan yang mereka tunjukkan sangat menakutkan.Namun, inilah hal yang diinginkan oleh Dirga."Serang!"Dirga menghilang bers

  • Istriku Dewi Perang yang Sakti   Bab 770 Bunuh

    Setelah selesai berbicara, Dirga duduk bersila untuk memulihkan kekuatannya.Dua jam kemudian, kekuatan fisik Dirga sudah sepenuhnya pulih, tetapi energi sejati di dalam tubuhnya masih belum sepenuhnya pulih.Oleh karena itu, kekuatan tempurnya pun tidak kembali ke puncak, hanya pulih 90%.Meskipun kekuatan tempurnya baru pulih 90%, sekarang kultivasinya sudah jauh lebih tinggi dari sebelumnya.Karena selama masa pemulihan ini, dia mendapatkan wawasan baru soal ilmu pedang.Sekarang, dia menyadari setiap pemahamannya terhadap ilmu pedang diperbarui, kultivasinya akan meningkat.Seiring dengan peningkatan kultivasinya, rentang perkembangan kultivasinya menjadi makin besar.Hal ini bukan hanya membuat Dirga kaget dan bersemangat, tetapi juga membuatnya makin bertekad untuk mempelajari ilmu pedang!Saat ini, aura yang terpancar dari tubuhnya lebih berlimpah dari sebelumnya. Semua orang menyadari hal ini.Mereka pun sangat kaget, terutama biksu muda. Meskipun dia baru berinteraksi dengan D

  • Istriku Dewi Perang yang Sakti   Bab 769 Menaklukkan dengan Mudah

    Kemudian, seorang pria paruh baya berjubah hijau keluar dari gerbang besar. Dia langsung mengangkat tangannya untuk meninju Dirga.Seiring dengan suara hantaman, Dirga terhempas mundur. Ketika berhenti, seberkas darah mengalir dari sudut mulutnya.Saat ini, ekspresi Dirga berubah muram.Pria itu bukan hanya kuat, keterampilan dan tekniknya juga sangat unik.Seketika, Dirga tidak menemukan celah dan petunjuk, hal ini membuatnya makin gelisah.Pria berjubah hijau itu memandang Dirga dengan tatapan merendahkan. "Hanya segitu kemampuanmu, kukira kamu sangat hebat.""Ayo bertarung, aku akan memenggal kepalamu dalam tiga serangan."Setelah berkata demikian, pria berjubah hijau itu mengabaikan Dirga dan meletakkan tangannya di bahu Haruwi. Dia menyuntikkan energi sejati ke dalam tubuh Haruwi."Sudah kubilang jangan gunakan teknik memikat seperti ini untuk melawan musuh, sekarang kamu sudah tahu betapa lemahnya dirimu, 'kan?"Haruwi membantah, "Aku ini siluman rubah, apa lagi yang bisa kuandal

  • Istriku Dewi Perang yang Sakti   Bab 768 Pergi Tanpa Menebus Kesalahan

    Dia kembali menghunuskan sebuah tebasan, Haruwi sudah kehilangan dua ekor!Setelah kehilangan dua ekor, pesona yang terpancar dari tubuh Haruwi melemah. Selain itu, dia berteriak dan terus melangkah mundur.Dia mundur sampai ke depan gerbang besar. Ketujuh ekornya yang tersisa terbentang ke depan.Melihat kedua ekornya sudah dipotong oleh Dirga, Haruwi sangat marah. Dia menggertakkan giginya sambil memelototi Dirga."Manusia Sialan, beraninya kamu memotong dua ekorku, kamu harus mati.""Apa kamu tahu berapa banyak usaha yang kukerahkan untuk berevolusi menjadi rubah berekor sembilan? Apa kamu tahu betapa pentingnya setiap ekor ini bagiku?""Dasar lelaki sialan, aku akan membunuhmu."Sebelumnya, Haruwi terus menyembunyikan kekuatannya. Karena dia merasa Dirga tidak sekuat yang dia pikirkan.Bagi rubah, berevolusi menjadi rubah berekor sembilan adalah batas maksimum. Sekalipun dia ingin lanjut berevolusi dan meningkatkan kekuatannya, kedua hal ini sangat tidak memungkinan.Namun, selama

DMCA.com Protection Status