Share

Bab 4 Ibu Dipukuli

"Mungkin sakit sedikit. Kamu tahan sebentar!"

Jarum kedua ditusukkan.

"Kemarilah, letakkan bantal di belakang dadamu di posisi ini. Dengan satu tusukan ini, gumpalan darah di paru-parumu akan dibersihkan sepenuhnya dalam waktu setengah jam!"

Dirga berkata demikian sambil meraih bantal dan menyerahkannya kepada Zira.

Setelah setengah jam, memar di paru-paru Zira benar-benar hilang. Ekspresi wajahnya langsung membaik, sosoknya pun makin cantik dan bergairah.

"Sekarang aku perlu menusukkan jarum lagi dan melindungi sistem meridian tubuhmu terlebih dahulu. Ini adalah luka fatal. Selanjutnya, kamu harus membentuk kembali sistem meridian tubuhmu dan itu membutuhkan 16 jenis herbal langka. Selain itu, perlu direbus menjadi pil obat. Aku belum punya bahan-bahan itu sekarang, tapi aku jamin akan bisa membelinya dalam dua hari!"

"Apa kamu benar-benar bisa membentuk kembali sistem meridian tubuhku?"

Zira makin penasaran dengan Dirga sekarang, dia belum pernah mendengar tentang teknik pengobatan ini!

"Tentu saja, hanya agak rumit saja."

Tindakan pengobatan Dirga masih belum berhenti, tubuh Zira hampir penuh dengan jarum perak saat ini!

Sepanjang proses ini, Zira berbaring dengan tenang sambil sesekali melirik Dirga. Jantungnya tiba-tiba menjadi sangat tenang. Sedikit demi sedikit memori perang dan membunuh itu hilang dari benaknya!

Setelah beberapa tahun ini, dia tidak pernah merasa senyaman saat ini!

Dia perlahan menutup matanya dan menikmati ketenangan yang langka ini!

Tanpa sadar, satu jam berlalu.

"Nona Zira, aku sudah melindungi sistem meridian tubuhmu dengan akupunktur. Sekarang kita mulai mencabut jarumnya, bagaimana perasaanmu sekarang?"

Raut wajah Zira terlihat lebih baik dari sebelumnya, dia sudah merasa sangat beruntung. Namun, dalam hatinya justru tidak senang. Semua itu karena dia sudah sepenuhnya yakin bahwa Dirga dapat menyembuhkan luka dalamnya dalam waktu singkat. Saat itu terjadi, dia harus menghadapi rasa tersiksa di rumah!

Dirga melihat ada yang salah dengan ekspresi Zira dan buru-buru berkata, "Nona Zira, kamu kenapa? Kenapa kelihatannya nggak senang sama sekali?"

"Nggak apa-apa, aku merasa jauh lebih baik sekarang. Dirga, terima kasih banyak!"

"Bicara apa kamu ini? Kamu 'kan tunanganku. Kenapa kamu mengatakan ini? Cederamu sangat serius, meskipun aku sudah membersihkan memar dari paru-parumu dan melindungi sistem meridian tubuhmu dengan akupunktur!"

"Kamu nggak boleh melakukan olahraga berat, kamu harus lebih banyak beristirahat dan jangan terpancing emosi. Hari ini cukup sampai di sini dulu. Aku harus pulang untuk menemui ibuku dulu. Aku akan kembali besok untuk perawatanmu selanjutnya!"

"Juga, aku sudah menyusun daftar resep untukmu. Aku pergi nanti, aku akan membelinya dan menyuruh seseorang untuk mengantarkannya kemari!"

"Sebelum lukamu benar-benar sembuh, kamu harus makan dan minum obat sesuai dengan resep yang aku berikan!"

Kata-kata Dirga menyentuh Zira dan menghangatkan hatinya.

Ternyata seperti ini rasanya dipedulikan seseorang!

Zira menatap Dirga dengan sedikit kelembutan di wajahnya dan berkata dengan lembut, "Terima kasih Dirga, tulis saja resep dan obatnya, aku akan menyuruh Aisa membelinya nanti!"

"Ketika kondisi tubuhku lebih baik, aku akan pulang bersamamu untuk mengunjungi ibumu!"

"Oke, kalau begitu ingat apa aku katakan tadi, istirahatlah dengan baik dan jaga suasana hatimu tetap bahagia!"

Dirga dengan cepat menuliskan resep dan menyerahkannya kepada Zira. Saat hendak pergi, sebuah telepon dari nomor tidak dikenal pun datang.

Dirga menjawab tanpa terlalu banyak berpikir.

"Apa kamu anggota keluarga Tika Gabean?"

Terdengar suara seorang wanita.

"Ya, aku anaknya, Dirga. Ada apa dengan ibuku?"

"Dia sekarat, cepat datang ke Rumah Sakit Rakyat Daerah!"

Duar!

Seperti petir di siang bolong, Dirga belum sempat menanyakan apa yang terjadi dan telepon itu sudah dimatikan.

"Nona Zira, aku harus pergi dulu. Ibuku masuk rumah sakit. Aku harus pergi menemuinya!"

Dirga segera pergi. Begitu dia pergi, Aisa datang ke kamar Zira.

"Jenderal terlihat jauh lebih baik. Apa Jenderal tidur dengan Dirga tadi malam?"

"Kenapa Jenderal nggak mau mendengar ucapanku, sekarang semuanya sudah terlambat!"

Aisa mulai menangis tersedu-sedu. Sebenarnya, dia selalu ada di luar, tetapi tanpa izin Zira, dia tidak berani masuk. Dia juga tidak tahu bahwa Dirga sedang menyembuhkan Zira.

"Jangan menangis. Ambil resep ini, ke depannya kamu harus memberiku obat dan makanan sesuai dengan resep-resep ini!"

"Sekarang siapkan mobilnya. Ibu Dirga ada di rumah sakit. Aku harus memeriksanya!"

"Cepat sedikit!"

Zira khawatir, terdengar jelas dari nada bicaranya.

Aisa langsung merasakan suhu di udara mendingin. Dia pun segera mengambil resep lalu lari keluar untuk menyiapkan mobil.

...

Rumah Sakit Rakyat Daerah.

Pada saat ini, Dirga sudah tiba di rumah sakit dan menanyakan lokasi ruang rawat ibunya di resepsionis. Setelah itu, dia segera pergi menuju ruang rawat tersebut.

Namun, sekelompok orang berjaga di luar bangsal dan mengelilingi Dirga saat melihat kedatangannya!

"Kamu anak Tika Gabean? Kamu datang tepat waktu, cepat berikan uangnya, 200 juta!"

"Uang apa? Kalian siapa? Apa yang sudah kalian lakukan pada ibuku?"

"Uang apa? Tentu saja, uang biaya perlindungan. Ibumu keras kepala sekali nggak mau bayar biaya perlindungan, jadi kami harus mematahkan kakinya."

Duar!

Kaki ibunya dipatahkan?

"Plak! Plak!" "Plak!"

Dirga menampar dengan beberapa tamparan berturut-turut, menampar semua orang sampai tersungkur lalu masuk ke ruang rawat. Dia melihat ibunya terbaring di tempat tidur berlumuran darah dan dalam keadaan pingsan!

Dalam sekejap, Dirga merasa bersalah. Hatinya sangat tidak karuan!

'Sialan, aku seharusnya pulang tadi malam!'

"Bu, maafkan Dirga!"

Dirga menangis tersedu-sedu, tetapi dia segera tenang kembali. Dia memeriksa luka-luka ibunya dengan cermat, lalu menemukan bahwa selain kaki kirinya yang patah, bagian tubuh lainnya juga terluka!

Dia segera menusukkan jarum ke tubuh ibunya, saat itu orang yang dibantingnya ke lantai di luar bergegas masuk!

"Sialan, ibumu nggak mau bayar, kamu berani memukul kami juga?"

"Apa kalian tahu siapa aku?"

"Namaku Jager, orang di belakangku adalah Tuan Reno. Ibumu, seorang wanita tua bodoh berani-beraninya nggak bayar biaya perlindungan. Hanya patahkan satu kaki saja sudah bagus!"

"Anaknya saja nggak mau gantikan ibunya bayar biaya perlindungan, kamu masih berani mukul kami?"

"Kamu cari mati, ya?"

"Kamu cari mati!"

Dirga berteriak marah. DIa mengangkat kakinya dan menendang dengan keras beberapa kali. Semua orang seketika terpental ke lantai dan terluka parah!

Dia sudah sangat baik, karena ini adalah rumah sakit, dia tidak ingin mulai membunuh dan tidak ingin membuat situasi terlalu berdarah.

Jika bukan karena itu, satu tatapannya saja bisa memenggal kepala orang-orang ini.

"Reno!"

"Lagi-lagi kamu. Bagus sekali, ya. Aku akan mengambil nyawamu!"

Sejak kecil, ayah tidak pernah pulang selama bertahun-tahun, Dirga dan ibunya hidup bergantung satu sama lain.

Ibunya adalah orang paling penting di hidupnya. Siapa pun yang menyakitinya akan mati!

Reno tidak akan pernah melepaskan orang-orang itu, dia akan menyiksanya sampai mati secara perlahan.

"Sialan, anak ini cukup pandai berkelahi. Panggil Tuan Reno dan bawa seseorang untuk membunuhnya!"

Jager dan yang lainnya terkulai lemas di lantai sambil meratap dan berteriak!

Pada saat ini, Zira dan Aisa bergegas mendekat lalu segera menemukan ruang rawat ibu Dirga.

"Kenapa kamu datang kemari?"

Dirga terkejut melihat Zira.

"Bagaimana luka Bibi?"

Wajah Zira penuh kekhawatiran.

"Kakinya patah, tapi aku akan menyembuhkannya. Nona Zira, kamu masih terluka dan sulit bergerak. Nona pulang saja untuk istirahat!"

"Perawatanmu mungkin harus ditunda selama beberapa hari. Aku harus merawat ibuku dulu!"

"Terima kasih sudah menjenguk ibuku!"

Raut wajah Zira tampak tidak senang begitu mendengarnya!

"Bicara apa kamu ini? Kamu adalah tunanganku, ibumu adalah calon ibu mertuaku. Sekalipun ibumu nggak terluka seperti ini, apa aku tetap nggak boleh datang menemuinya?"

"Lakukan apa yang harus kamu lakukan dan serahkan sisanya padaku!"

"Oh, ya. Orang-orang di luar kenapa?"

Dirga tersentuh mendengar ucapan Zira.

"Mereka memukuli ibuku, Nona Zira. Aku bisa mengatasinya sendiri, kenapa kamu nggak pulang saja dulu?"

"Jangan basa-basi lagi, fokuslah menyembuhkan Bibi. Aisa dan aku menjaga bagian luar. Kalau ada apa-apa, kamu beri kode saja!"

Nada bicara Zira jelas tegas sekali, dia pun segera keluar dari ruang rawat.

Tepat di luar, Reno dan Melly muncul dengan beberapa pengawal.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Abdul Nasir
wsnita yang baik mengharga orsng tua calon suami.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status