Share

Istri yang aku sia-siakan
Istri yang aku sia-siakan
Penulis: Tiffany

Mari bercerai

Pernikahan kami terjadi tanpa cinta, perjodohan yang dibuat mama dan papa menyiksaku selama sekian tahun. Aku masih mencintai kekasihku dan tidak bisa mencintai Kanina sedikitpun selama pernikahan kami berlangsung.

Haram bagi ku menyentuh nya selama pernikahan kami, meskipun sebenarnya dia benar-benar sudah jadi istri yang begitu berbakti.

Hingga akhir nya satu pagi Kanina yang tahu aku masih berhubungan dengan Helena, dia berkata.

"Mari bercerai."

entah kenapa tiba-tiba aku tidak rela.

*****

Kanina, begitu nama gadis yang kini terlihat sibuk di dapur. Seperti biasa, setiap pagi dia bertugas menyiapkan semua keperluan ku tanpa pernah terdengar mengeluh. Membangunkan aku, menyiapkan pakaian bersih, menyiapkan makana pagi juga kopi, melebarkan senyuman tulus hingga mengantarkan aku ke depan gerbang rumah hanya untuk menunggu ku menghilang di persimpangan setelah berangkat bekerja.

Pernikahan 2 tahun yang kami jalani karena perjodohan terus berlanjut dan aku mulai muak dengan drama rumah tangga kami. Sedikitpun aku tidak pernah memperlakukan Kanina layaknya istri, tidak menampilkan senyuman, tidak menampilkan keramahtamahan, tidak pernah mau memahami keinginan nya, bahkan aku tidak peduli saat Kanina sakit sekalipun bahkan mungkin dia mau mati sekalipun. Pernikahan tanpa cinta di antara kami membuat ku merasa berada di tepi jurang paling dalam dan aku benar-benar tersiksa. Seharusnya sejak awal aku menolak tegas pernikahan yang diminta oleh kedua orang tua ku hingga tidak menyisakan rasa sakit di hati ku dan kebencian mendalam pada Kanina sampai akhir.

Semua berawal dari kebodohan ayah Kanina, yang menyebabkan kami mau tidak mau menikah.

Seperti biasa, aku membuang pandangan ku, mengabaikan Kanina yang telah menyelesaikan seluruh tugas membuatkan sarapan pagi untuk Ku. Kopi di atas meja dan sarapan pagi yang mungkin lezat. Yah mungkin lezat.

Nyatanya 2 tahun lebih pernikahan kami dan Kanina menyiapkan semuanya, aku tidak tertarik sekalipun menyentuh nya. Meninggalkan nya begitu saja dan haram bagiku untuk menikmati makanan nya meskipun kopi terkadang terpaksa aku nikmati karena aku penyuka kopi.

Dengan gerakan terburu-buru aku meraih sepatu yang ada di dalam lemari, mengabaikan sepatu yang disiapkan Kanina untuk ku, niat ku bergegas pergi menuju ke kantor dan meninggalkan Kanina seorang diri. Biasanya Kanina hanya diam, menatap punggung ku tanpa banyak bicara, tapi pagi ini Kanina tiba-tiba berkata.

"Bisa kita bicara sebentar, Will?"

Mendengar suara nya yang tidak biasa menyapa di pagi hari membuat aku menghentikan gerakan kaki ku, sambil mengerutkan kening aku membalikkan tubuh.

"Ada apa?" Seperti biasa, tanpa keramahtamahan dan sifat hangat aku bicara dan bertanya.

Kanina perlahan menyodorkan sesuatu kearah diriku, sebuah map mendominasi berwarna kuning yang isi dalam nya aku tidak tahu. Aku masih mengernyit kening, meraih map itu dengan cepat.

"Apa ini?" Tanya ku kemudian.

"Mari bercerai, Will." Dan tiba-tiba saja Kanina berkata seperti itu dengan nada tegas sambil mengembang kan senyuman terbaiknya pada ku.

Bercerai?.

Aku pikir bukan tanpa alasan Kanina meminta untuk bercerai, sepertinya dia mencium sesuatu atau bahkan sebenarnya sudah menyadari tentang sesuatu selama ini. Jika aku sudah kembali berhubungan dengan seseorang di masa lalu. Kekasih yang pergi meniti karir cemerlang nya dimasa kemarin, meninggalkan ku sejenak tanpa status pasti dan kini sudah kembali ke Indonesia dan kembali menarik ku ke dalam hubungan rumit di antara kami.

Helena, gadis cantik yang berprofesi sebagai model itu sudah kembali sejak akhir tahun kemarin. Kami diam-diam bertemu, menjalin hubungan kembali dan aku lebih banyak melewati waktu bersama Helena belakangan ini. Meskipun belum diberikan kesempatan menginap tapi aku dan Helena sudah terlalu sering bersama dan seluruh kehidupan ku kembali aku berikan pada Helena.

"Kapan kau akan menceraikan dia?" Bulan kemarin Helena pernah bertanya pada ku, ingin kepastian kapan aku akan menceraikan Kanina dan menikahi dirinya.

"Aku akan menceraikan Kanina tidak lama lagi, tunggu lah sejenak." Dan aku menjanjikan pada Helena jika aku akan menjatuhkan talak cepat atau lambat.

Aku hanya butuh sedikit alasan untuk bisa menceraikan Kanina didepan orang tua ku, tidak mudah sebab sejauh ini tidak ada sedikitpun cela dan alasan ku untuk menceraikan Kanina. Sebab gadis yang menjadi istri ku itu tidak pernah membuat masalah sedikitpun dalam pernikahan kami. Dia begitu tenang, sangat jarang sekali keluar rumah, tidak pernah bergaul dengan teman-teman nya secara berlebihan. Tidak menghabiskan uang ku, tidak memiliki sedikitpun affair di belakang ku, jika ingin keluar kecuali ke pasar maka dia pergi sekedar membeli pakaian bersama mama atau adik perempuan ku. Jika dia punya janji reuni sekolah atau kuliah dia akan minta izin dengan ku lebih dulu dan membiarkan adik perempuan ku atau aku yang mengantar nya. Haram bagi ku mengantarkan nya, satu-satunya orang yang aku minta mengantar nya hanya adik ku, Nadya.

Ditengah kesulitan ku mencari alasan untuk menceraikan Kanina, pagi ini ucapan nya cukup membuat ku terkejut.

"Mari bercerai, Will." Gadis itu bicara sambil mengembangkan senyuman terindah nya, menatap hangat diriku sambil mendekati diriku.

Perlahan dia menyentuh kerah pakaian ku, membenahi dasi yang rupanya tidak terpasang dengan sempurna di kerah pakaian ku.

"2 tahun cukup untuk kita, aku pikir ini saat nya kamu bebas melangkah, kau pantas untuk bahagia." Kanina bicara pelan, tidak aku dengar getaran dari ucapan nya. Begitu tenang dia bicara, membenahi dasi ku dengan gerakan hati-hati.

Biasanya aku marah tiap kali dia ingin menyentuh ku atau membantu membenahi dasi ku, tapi pagi ini aku membeku, menatap wajah gadis dihadapan ku yang bicara begitu lembut dan tenang persis seperti mama ku. Tidak menampilkan sedikitpun emosinya, membuat aku tidak bisa membaca isi hati dan pikiran nya.

Dia berkata tentang kebahagiaan ku dan kebebasan yang sudah hilang lebih dari dua tahun ini.

"Kamu cukup menandatangani nya, tidak perlu datang saat sidang, kamu cukup menyerahkan semuanya pada pengacara mu," lagi Kanina bicara, dia sudah selesai membenahi dasi ku. Perlahan gadis itu menepuk-nepuk lembut dada ku, seolah-olah membersihkan sesuatu di sana.

"Aku tidak akan minta harta gono-gini, kamu tidak perlu khawatir." Lagi Kanina bicara, kali ini dia memundurkan langkahnya, menjauhi ku masih sambil mengembangkan senyuman terbaiknya.

"Kau terlihat sempurna, Will." Dan setelah berkata begitu, Kanina membalikkan tubuhnya, meninggalkan ku yang membeku tanpa jawaban sejak tadi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status