Aku marah, merasa Kanina sepertinya memang banyak mulut. Dia pasti sudah melampaui batasan, mengadu tentang tingkah laku ku. Padahal aku pikir dia tidak mungkin mengadu tentang perselingkuhan yang aku lakukan selama ini dengan Helena.
"Sial." Aku mengeram dongkol, mencoba menetralisir perasaan ku yang kacau balau. Sejak tadi aku tidak bisa konsentrasi menyetir, pada akhirnya memaksa untuk mengantar Helena pulang. Sesekali aku meremas rambut ku sambil mencoba mengembalikan kewarasan sejenak. Telepon mama jelas mengejutkan ku dan membuat aku nyaris menabrak sesuatu di jalanan. Helena agaknya tidak sadar aku nyaris kehilangan kendali membawa mobil, dia terlihat sibuk dengan handphone nya sejak tadi. Entah bicara dengan siapa aku tidak tahu, membuat aku mengernyit kening dan mencoba mendengar percakapan yang aku tidak tahu siapa yang menghubungi Helena. "Berapa?" Suara Helena terdengar kecil, tumben dia seperti berbisik saat bicara di handphone nya. "150 juta?." Suara Helena terdengar agak terkejut, aku jelas mengernyitkan dahi sambil terus melaju kan mobil ku menembus jalanan. Entah apa percakapan berikutnya aku tidak tahu, Helena agak aneh, suaranya nyaris tidak terdengar setelah dan raut wajah Helena terlihat aneh menurut ku. "Ada apa?" Jelas saja aku bertanya saat dia selesai bicara dengan seseorang diseberang sana, Helena terlihat menutup telepon nya. "Will, bisa bantu aku?" Dengan sedikit ragu Helena bertanya, seolah-olah dia ingin bicara serius dan butuh sesuatu. Aku jelas melirik Helena sejenak, mengerutkan kening dan bertanya. "Jika bisa tentu aku akan melakukan nya." Jawab ku sambil kembali memfokuskan diri ke jalanan. "Bisa kirimkan aku uang 150juta? Ini penting, maksud ku, aku meminjam nya tidak lama, saat uang dari agensi cair aku akan mengembalikan nya, Will." Helena bicara cepat, kalimat awal mantap namun kata-kata berikut nya sedikit ragu, seolah-olah dia memang membutuhkan uang yang tidak sedikit tapi dia meminjam nya, bukan meminta. Helena tahu aku biasanya sulit menolak keinginan nya. "Sebanyak itu? Untuk apa?" Aku jelas bertanya. "Aku sulit menejelaskan nya, ini sedikit mendesak Will, aku mohon. Nanti jika ada waktu akan aku jelaskan." Mendengar jawaban Helena jelas aku semakin mengernyitkan kening. "Untuk apa dia?." Tentu saja aku mengernyit heran, belakangan Helena jadi agak sedikit banyak tingkah dan sulit diajak berkomunikasi jika aku tanya untuk apa uang yang sering diminta tiba-tiba pada ku. Jelas saja itu membuat ku agak tidak nyaman atas beberapa keinginan yang kurang terbuka pada diriku. "Mungkin aku tidak bisa mengirim nya malam ini, aku harus ke rumah mama dan papa, nanti setelah pulang dari rumah mama dan papa baru aku transfer uang nya." Itu jawaban yang aku berikan, sengaja ingin mengirim nanti saja, aku pikir sesekali menunda keinginan nya bukan masalah. Bisa aku lihat raut wajah agak kecewa di balik wajah cantik tersebut, tapi apa boleh buat sesekali menunda keinginan nya bukan masalah. Mencoba mengajarkan Helena bagaimana caranya bersabar dan mau menunggu sejenak untuk sebuah keinginan. Siapa tahu satu hari ujian melanda setelah menikah, Helena mampu untuk menahan keinginan di kala ujian menerjang. Apalagi ingin dipinjam uang tanpa tahu untuk apa tanpa keterbukaan membuat ku agak tidak nyaman. Helena diam, dia tidak menjawab, hanya menghela nafas kasar kemudian berkata jika dia harus di antar ke sebuah restoran yang letaknya tidak begitu jauh dari posisi kami, dengan alasan harus menemui teman nya. "Antarkan aku ke sana, aku harus menemui seseorang.". Dan Helena meminta dengan raut wajah yang rumit. "Ini sudah terlalu malam, aku pikir ini..."aku coba protes, mengingat jam sudah tidak normal lagi untuk keluar dan bertemu teman. "Bukan masalah, antarkan saja aku kesana Wii." Dan Helena bersih keras agar aku mengantar nya kesana. "Tapi ini terlalu larut, tidak bisakah kamu menunda pertemuan besok? Ini bukan jam normal lagi untuk keluar." Aku terus protes, berharap Helena mendengar ucapan ku. "Ah ayolah Will, kenapa kau jadi pengatur begini? Aku ada keperluan dengan teman ku." Raut wajah Helena tidak suka mendengar larangan ku. "Apa ini soal 150 juta?" Aku bertanya cepat. "Pertanyaan macam apa itu?" Seketika Helena tidak suka mendengar pertanyaan ku. Sebenarnya aku ingin membantah, paling benci jika perempuan pergi terlalu larut ditambah lagi seorang perempuan membantah ucapan seorang laki-laki. Belum jadi istri sudah berani membantah apalagi nanti tapi pada akhirnya mau tidak mau aku mengalah sebab kembali telepon ku berdering dan mama menghubungi ku. "Baiklah, maaf." Aku berusaha mengalah meskipun sebenarnya hati ku mulai mendidih berdebat dengan Helena. Demi Allah Kanina sekalipun tidak pernah bersikap buruk seperti Helena, dia tidak pernah membantah ucapan ku apalagi keluar di jam malam yang jelas buruk untuk keselamatan. Kanina bahkan tidak pernah sekalipun menjawab ucapan ku saat aku tidak menyukai sesuatu atau protes dengan sesuatu. Bahkan meskipun aku berlaku buruk, Kanina tidak pernah mengeluarkan ekspresi buruk, senyuman selalu mengembang dibalik wajah cantiknya. Cantik? Yah Kanina memang cantik, tapi bagi ku cantik bukan tolak ukur untuk ku, asalkan aku mencintai seseorang itu, bagi ku cantik bukan prioritas utama dan bagi ku sejak dulu hingga sekarang Helena adalah segala-galanya. Seharusnya yang aku nikahi Helena, tapi karena papa berulang kali berkata Helena bukan gadis yang baik dan cocok untuk ku, papa memaksa ku agar aku menikah dengan gadis pilihan nya dan mama. Menjodohkan ku dan memaksa ku menikah dengan Kanina, dan semua karena kebodohan ayah Kanina di masa lalu. Pada akhirnya aku mengantar Helena ke arah tujuan nya, meskipun sebenarnya aku tidak suka, aku berusaha untuk mengalah sejenak kali ini. Keadaan membuat ku terpaksa meninggalkan Helena dan pergi berlalu dari hadapan orang yang begitu aku cinta sejak SMA. Bergerak membawa mobil ku menuju kerumah orang tua ku yang jarak nya tidak begitu jauh dari restoran dimana Helena meminta aku mengantar nya. Dan tanpa pernah aku duga, saat mobil ku melesat pergi meninggalkan Helena, secara bersamaan sebuah mobil bergerak dari arah berlawanan dengan ku dan kamu saling berpapasan. Didalam nya merupakan sosok seseorang yang hendak Helena temui diam-diam dibelakang ku. Helena bergerak masuk ke restoran tersebut dengan ekspresi wajah yang rumit, dia memastikan jika mobil ku sudah menghilang dan berganti dengan mobil yang jelas sangat dia kenal bergerak mendekat ke sana dan memarkirkan mobilnya di area parkiran depan. Seseorang perlahan turun dari sana, menampilkan sepatu hitam mengkilat nya dimana sang pemilik wajah belum tampak sama sekali, mencari sosok Helena dalam sunggingan bibir penuh misteri dan makna.Begitu berhenti di depan rumah mama dan papa jelas saja aku langsung membeku sejenak, membiarkan mesin mobil terus menyala dan merasa ragu untuk melanjutkan langkah. Aku ragu mematikan mesin mobil, ragu turun dari mobil dan ragu untuk masuk ke rumah orang tua ku. Aku tahu ini tidak baik-baik saja, aku mungkin akan selesai setelah bertemu mereka. kemungkinan besar aku akan diajar habis-habisan oleh papa atau aku akan dipukul dengan gagang sapu oleh Mama, perselingkuhan jelas menjadi momok paling dibenci kedua orang tersebut dan aku melakukannya. Tidak bisa kubayangkan bagaimana kemarahan orang tuaku nanti saat bertemu denganku di mana mereka tahu dari kanina jika dia lelah dengan pernikahan kami dan ingin bercerai karena aku berselingkuh."Fuhhhh." Aku menghela nafasku kasar hingga pada akhirnya memutuskan untuk mematikan mesin mobilku, setelah nya bergerak turun jadi mobil secara perlahan di mana Aku pada akhirnya berjalan masuk menuju ke arah pintu utama rumah dengan jantung yang tid
Bayangkan bagaimana terkejutnya aku saat ini ketika aku melihat siapa juga seseorang yang kini ada di ujung sana. Kanina berdiri tidak jauh dari kami, menatap ku dalam tatapan rumit, dimana disampingnya berdiri sosok seorang laki-laki asing yang tidak aku kenal sama sekali. Laki-laki itu menatap Kanina, kemudian perlahan dia menyentuh telapak tangan Kanina lantas menoleh kearah kami, utamanya melihat kearah ku seolah-olah berkata aku adalah seseorang yang pantas berdiri di samping Kanina dan menggenggam telapak tangan nya. Kanina dan laki-laki itu bergerak mendekati kami, bagaimanapun juga Kanina tidak membuang adab nya, dia melepaskan tangan laki-laki itu yang menggenggam telapak tangan nya, menyalami papa dan mama secara bergantian. Dia masih menampilkan rasa hormatnya kepada kedua orang tuaku dan sedikitpun tidak pernah berlaku tidak sopan kepada kedua orang tua ku tersebut. "Kau membawa nya kemari?" Papa bicara sambil agak membuang pandangan, terlihat begitu marah juga kecewa d
"Kau terlihat sedikit berantakan hari ini, Will." Teman baik ku bicara, memperhatikan penampilan ku dari ujung kaki hingga ke ujung Kepala.Wajar dia bilang sedikit berantakan, sejak Kanina menghilang aku harus mengurus segala sesuatu tentang diriku sendiri. Pakaian bersih, pakaian rapi, makan malam, sarapan pagi, rambut, kamar, rumah dan entahlah aku pusing menjabarkan nya.Sejak awal menikah aku tidak pernah memfasilitasi Kanina dengan ART, terlalu manja menurut ku, toh dia pengangguran, sudah biasa bekerja di rumah. Aku pikir dia sudah sepantasnya mengurus rumah, ditambah lagi membereskan rumah, memperhatikan pakaian, makan, semua kebutuhan ku sudah kewajiban nya dan itu tidak melelahkan. Gampang dan mudah, tidak seperti aku yang bekerja seharian mencari uang pergi pagi pulang malam. Beda dengan wanita karir yang berkutat di luar mencari uang. Nyatanya saat 4 hari aku coba membereskan semua kebutuhan ku dan rumah, aku baru tahu segila itu rasanya mengurus segalanya. Bahkan aku tida
"Berikan aku penjelasan," aku bicara pada Bram, jujur konsentrasi ku buyar sejak tadi, tidak fokus menghadapi rekan bisnis kami sejak tadi."Apa maksud atas ucapan mu soal Helena?" Fokus utama ku memang Helena tapi..."Dan apa maksud mu tentang seseorang yang menginginkan Kanina? Dia menunggu Kanina dan aku bercerai?" Jelas saja berikutnya soal Kanina dan seseorang yang katanya sejak lama menginginkan Kanina."Bisa kita bicara nanti, Will?" Bram bertanya, fokusnya pada sosok laki-laki yang baru saja menghabiskan minuman nya.Itu adalah orang yang siap bekerja sama dengan perusahaan, siap menandatangani kontrak kerjasama setelah ini asal dia suka dan nyaman dengan keadaan."Ayolah Will, kita sedang dalam keadaan serius saat ini, apa kamu ingin mengacaukan semuanya?" Bram berusaha mengingat kan ku soal apa yang seharusnya aku lakukan."Fokus Will, ingat jika kamu membahas hal lain dan mengacaukan mood pak Baskoro, kita akan menilai proyek kerjasama nya." Lagi Bram bicara dengan nada sed
Emosi ku seketika membuncah, aku melepaskan Bram dan bergerak turun ke lantai bawah. Tebak siapa yang aku lihat saat ini?.Helena.Ah jika Helena saja aku tidak mungkin semarah ini, yang aku lihat sosok lain ada bersama nya, berpelukan antara satu dengan yang lainnya, saling menggoda, tawa khas Helena yang bisa aku ingat dengan jelas di balik telinga ku, sifat manja nya ketika berhadapan dengan ku dan sebuah kecupan manis yang biasa aku persembahkan pada Helena di pipi dan kening nya berubah menjadi menjadi milik orang lain, diberikan oleh orang lain dan dipersembahkan Helena juga kepada orang lain."Apa-apaan ini?" Aku bergetar, bukan takut tapi marah, berusaha untuk tidak hilang kendali tapi aku tidak bisa melakukan nya. Bergerak turun ke lantai bawah salam kemarahan luar biasa. Ada dua kemungkinan yang ada didalam pikiran ku saat ini, menghajar laki-laki bersama Helena atau membuat kedua orang itu malu di muka publik."Will, Will..." Nyatanya Bram mengejar langkah, menahan tubuh ku
Aku menggenggam stir mobil untuk beberapa waktu, mata ku terlihat fokus menatap kearah jalanan. Rencana weekend menghabiskan waktu dirumah seketika pecah dan akhirnya aku berakhir di jalan bergerak untuk menemui seseorang.Kau sudah melihat nya? Dia baru saja memposting status tentang Kanina.Pesan dari Bram membuat ku cukup kehilangan kata-kata, yang lebih parah sebuah status di WhatsApp milik seseorang membuat ku begitu marah dan kini menggila."Julian, kau..." Aku jelas mengeram kesal, tidak menyangka jika Julian sahabat baik ku menikung diriku.Bagaimana bisa aku berkata begitu? Dari status yang di-posting Julian cukup menyiratkan jika dia menginginkan Kanina.Bismillah, dalam kesemogaan, setelah sekian tahun menunggu.Itu barisan kata-kata yang dia tulis, foto dia dan Kanina kemudian lambang hati tercetak di depan mereka.Tunggu dulu, berarti laki-laki kemarin malam?Aku mengernyit kan kening, mempertanyakan soal laki-laki yang katanya selingkuhan Kanina saat dia berkata dia bers
"Berani sekali kau memukul ku setelah kau merebut istri ku, Julian." Suara ku menggelegar dan memecah keadaan, aku benar-benar marah atas perlakuan sahabat baik ku tersebut.Dan saat aku berkata seperti itu, Julian terkekeh dan berkata."Istri? Sejak kapan kau menyebut nya istri mu, Will?" Dan Julian melesatkan tanya.Hal itu seketika membuat ku mematung dan membeku.Dan percayalah ucapan Julian seketika membuatku cukup kehilangan kata-kata, seperti sebuah hantaman batu besar dan seolah-olah wajahku baru saja di tampar kembali agar ingat tentang sebuah kenyataan. Yah sejak kapan aku menganggap Kanina adalah istri ku?.Sial, aku benar-benar melupakannya. Jika selama ini 2 tahun kami bersama Aku sama sekali tidak pernah menganggap Kanina sebagai istri bahkan tidak jarang aku berlaku buruk kepada Kanina. Merasa malu membawa dan memperkenalkan dirinya pada siapapun termasuk membawanya ke acara kegiatan perusahaan seolah-olah aku memang belum memiliki istri dan aku laki-laki lajang yang b
"Will kau menyakiti ku." Suara Kanina terdengar, dia berusaha melepaskan lengan nya dari cengkraman ku, Gadis itu cukup kepayahan mengikuti diriku di mana aku terus menyeretnya hingga ke mobil dan memasukkannya dengan paksa.Kanina tidak mau, aku tahu itu hati-hati sama sekali tidak mau tahu dan memaksanya untuk masuk ke dalam mobil ku bagaimanapun caranya. Namun saat Kanina berkata cinta aku menyakitinya seketika aku langsung terdiam dan perlahan mengendurkan pegangan. Sepertinya aku memang terlalu kasar memperlakukan Kanina sejak tadi."Masuklah," akhirnya aku bicara pada vanina dan mencoba untuk melembutkan suaraku, melepaskan cengkramanku dari tangannya secara perlahan. Kanina diam mematung sejenak, dia sepertinya ingin bicara namun bisa dilihat akhirnya Kanina mengurungkan niatnya dan perlahan gadis itu masuk ke dalam mobil tanpa mengeluarkan sedikitpun kata-katanya. Aku puas melihat Kanina patuh, sebab dari dulu hingga sekarang dia memang patuh dan tidak pernah membantah ucapan
Demi Allah aku bingung dengan keadaan dimana saat ini aku menyadari jika aku berada di dalam kamar yang jelas tidak asing, tidak lain adalah kamar ku sendiri.Aku mencoba menyentuh kening ku untuk beberapa waktu, berusaha menyadarkan diri 💯 % saat ini, berpikir apakah aku bermimpi atau aku benar-benar terjaga dari mimpi.Suara alarm dari handphone ku memecah keadaan, aku masih mengukung tubuh Kanina dimana handphone ku tergeletak tepat di atas kepala Kanina. Layar handphone ku mengeluarkan warna, ada tanggal yang tertera di sana. Seketika aku membulatkan bola mata ku, menatap tanggal yang tertera di sana. Senin, 1minggu lebih sebelum Kanina berkata mari bercerai, Will.Seketika aku menatap wajah Kanina, mengabaikan gawai yang mengeluarkan suara pengingat waktu jika ada rapat penting yang harus aku hadiri.Wajah Kanina terlihat panik dan memerah, dia ketakutan melihat tatapan ku saat ini."Aku tidak bermaksud lebih, aku mencoba membangunkan mu tapi...." Aku masih mencerna keadaan sa
Pov author."Tidak kah kamu ingin memberikan aku sedikit saja kesempatan kedua?" Sebuah tanya melesat dibalik bibir William, hari sebelum nya saat pernikahan Kanina akan berjalan dalam hitungan detik kemudian. Dia kembali mencoba menyakinkan Kanina.Tatapan mata Kanina yang hangat dan lembut terlihat menatap William untuk beberapa waktu, tidak tersimpan sedikit pun dendam atau kemarahan disana. Seperti biasa Kanina menatap nya hangat dan penuh cinta, memandangi wajahnya dengan tatapan berkaca-kaca, meskipun di abaikan William berkali-kali nyatanya tidak membuat Kanina mengubah sifat nya. Gadis itu begitu hangat, memperlakukan William seperti suami sesungguhnya, tidak terbesit sedikitpun keinginan di hati Kanina untuk mengkhianati William atau mendustai nya. Meskipun bertahun-tahun menjalankan pernikahan tanpa cinta dari William, Kanina selalu berlaku layak nya istri Solehah yang sungguh begitu pantas untuk diperjuangkan oleh laki-laki tersebut dikemudian hari.Seburuk apapun perlakuan
"Kamu baik-baik saja, Will?" Seseorang bicara, menyentuh bahu ku pelan.Aku sama sekali tidak menoleh, memilih menatap hujan salju yang memenuhi jalanan ibukota Paris. Membiarkan pandangan ku terus menatap lurus kedepan, enggan mengeluarkan suara ku sama sekali sejak tadi.Pikiran ku berkelana terlalu jauh, entahlah rasanya aku kehilangan semangat hidup secara tiba-tiba. Aku berdiri di balik dinding kaca besar, menjulang tinggi menatap hujan salju yang kian menggebu."Kamu tidak bersiap-siap untuk pergi?" Dan kembali suara itu terdengar, membuat aku mau tidak mau menoleh ke asal suara.Julian berdiri di samping ku, menikmati kopi hangat nya yang kini mulai dingin. Musim salju benar-benar mengubah apapun menjadi dingin dengan cepat."Dia akan menikah." Dan akhirnya aku bicara, menatap Julian sejenak.Harga diri ku terasa menghilang ketika aku tahu Kanina benar-benar meninggalkan ku dan akan menikah dengan laki-laki lain yang jauh mencintai nya. Nyatanya persetujuan ku atas tawaran Kani
Semudah itukah Kanina beralih hati? Apakah benar dia akan menikah? Dengan siapa? Bukan dengan Julian teman baikku, bukan dengan laki-laki yang merupakan teman dari kampung nya yang pura-pura dia bawa kehadapan orang tua ku. Lalu dengan siapa, pertanyaan itu menggantung di kepala ku."Kamu meninggalkan sidang dan mempercayakan dengan pengacara juga aku untuk perceraian kita," akhirnya dengan susah payah aku bicara, berusaha untuk menatap dalam bola mata Kanina.Ahhhh aku begitu menyesali perbuatan ku selama ini pada Kanina, sebab bisa aku lihat ada luka tersendiri didalam bola mata Kanina pada ku saat ini. Bahkan tidak dipungkiri apa yang aku lakukan pada ibu Kanina jelas menyisakan kesedihan yang mendalam pula untuk Kanina."Kata mereka salah satu harus mengalah dan memudahkan segalanya, kamu tidak ingin pergi, aku pikir agar mudah biarkan aku yang pergi, Will." Dan Kanina menjawab pertanyaan ku.Mendengar ucapan Kanina aku diam, yah aku ingat kehadiran ku di sidang membuat Kanina mem
"Maafkan aku." Kalimat pertama keluar dari bibir ku, tatapan mata ku tidak mampu lepas dari Kanina. 6 bulan tidak bertemu dia banyak berubah, Kanina memang terlihat sedikit berisi sekarang, tapi tidak merusak proporsi tubuh nya, justru dia semakin cantik ketimbang saat masih tinggal dengan ku, tubuhnya sedikit lebih kurus.Tiba-tiba ingat dengan kata-kata beberapa orang, proporsi tubuh istri tergantung pada kebaikan dan tindakan suami. Semakin kurus semakin makan hati.Aku malu, ingin sekali menenggelamkan diri ku saat ini. Nyatanya Kanina jauh lebih baik saat tidak bersama ku, kini bahkan dia menggunakan make up tipis, menyapu permukaan kulit indah nya dan memoleskan lipstik tipis di bibir indah nya. Terlalu terlambat untuk aku menyadari jika Kanina memang cantik. Jauh di atas rata-rata, bahkan Helena tidak ada nomornya. Hanya saja rasa benci dan kemarahan atas perjodohan kami membuat aku mengabaikan Kanina, tidak menganggap dirinya dan benci melihat wajahnya tanpa sadar jika ada ber
POV Kanina.Pemandangan kota Paris terlalu indah, angin dingin tercium di balik hidung Kanina. Dia duduk di sebuah mobil tepat di samping kemudi, menyandarkan kepalanya sembari membiarkan tatapan nya tertuju menembus kaca spion mobil tersebut.Dia memilih diam sejak awal keluar dari tempat di mana dia tinggal, enggan mengeluarkan suara nya sama sekali. Sesekali gadis itu memejamkan bola mata nya, membiarkan angin kota Paris menerpa pipi mulus dan cantik nya yang tanpa polesan apapun. Kaca mobil sengaja di turunkan, seolah-olah membiarkan gadis itu menikmati semilir angin yang menerpa diri."Etes-vous sûr de vouloir aller directement au musée du Louvre? (Yakin mau langsung ke museum Louvre?)" Suara seseorang memecah keheningan yang tercipta sejak tadi.Kanina yang masih memejamkan bola mata nya terlihat diam, dia mendengar apa yang diucapkan oleh seseorang di bagian belakang tempat duduknya tapi dia sama sekali tidak berniat membuka bola matanya."Tidak ingin mampir ketempat lain lebih
Museum Louvre,Prancis.Aku membiarkan sosok yang membawa ku menepikan mobil yang aku naiki secara perlahan ke area parkiran museum Louvre Perancis, membiarkan dia menemukan tempat paling pas untuk memarkirkan mobil yang kami naiki. Seorang laki-laki yang merupakan teman lama yang tinggal disana, hapal dengan berbagai macam tempat yang ada di Prancis, bisa aku andalkan dalam banyak kesempatan tiap kali aku berkunjung ke Prancis selama bertahun-tahun ini.Setelah memarkirkan mobil, aku memilih diam, membiarkan tatapan bola mata ku terus tertuju ke depan."Aku yakin kau bisa mengatasi segalanya." Suara teman ku terdengar, dia bicara sembari menoleh ke arah diriku seolah-olah tahu kecemasanku. Aku langsung ikut menoleh ke arah temanku tersebut di manapun membiarkan tatapan bola mataku menatap ke arahnya untuk beberapa waktu. Aku diam, SMS kalau belum menjawab ucapannya dan membiarkan diri untuk berpikir beberapa waktu."Aku hanya takut tidak diberikan kesempatan ke dua." Pada akhirnya
Paris.Perjalanan panjang yang memakan waktu 16 jam'an Indonesia Paris membuat aku cukup lelah. Selain karena sebelum ini aku harus berkutat dengan kegiatan perusahaan, mengejar banyak ketertinggalan, mengurusi proyek yang tidak bisa ditinggal kan, belum lagi aku kekurangan waktu beristirahat hingga akhir nya aku harus mengejar keadaan untuk mencari apa yang menjadi prioritas utama ku saat ini hingga membuat tubuh ku cukup lelah dengan keadaan tapi aku mengabaikan rasa lelah yang menghantam dan menerjang karena ada yang harus aku kejar setelah ini. Yah aku harus mengejar langkah, bergerak cepat mencari keberadaan Kanina. Julian berkata Kanina ada di Paris, tinggal di satu wilayah yang agak sulit untuk di cari. Aku tahu Kanina pasti sengaja melakukan itu untuk menghindari banyak orang termasuk diri ku.Aku mengejar perjalanan, selain harus mengejar Kanina, aku akan bergerak bertemu dengan seseorang untuk menyepakati kerjasama yang diminta oleh sebuah perusahaan. Menyetujui menginvesta
6 bulan setelah nya.Suara salah satu penceramah kondang terdengar memecah keheningan, terus mengeluarkan petuah nya di balik handphone yang ada di ujung ruangan. Angin sepoi-sepoi terus menerus menggoyang bagian gorden halus yang terletak di kaca jendela di sisi kanan ruangan, bahkan di luar sana dia bergerak menggoyang dedaunan dari pohon rindang dengan nakal hingga membuat berhamburan beberapa daun kemana-mana. Beberapa buku telihat sedikit berantakan, dimana beberapa ekor kucing tampak terlelap di berbagai macam arah di sana. Suasana langit terlihat tidak baik-baik saja, semakin menggelap dan mengeluarkan hawa dingin nya, perkiraan cuaca memprediksi jika hujan deras akan turun sebentar lagi.Di satu sudut, bisa dilihat seseorang berkutat dengan pekerjaan nya, mengabaikan apapun yang ada, membiarkan angin terus menyeruak masuk dan menciptakan dingin didalam ruangan tersebut. Nyatanya sang pemilik rumah mengabaikan rasa dingin yang menerpa padahal cuaca semakin lama semakin tidak b