"Kau terlihat sedikit berantakan hari ini, Will." Teman baik ku bicara, memperhatikan penampilan ku dari ujung kaki hingga ke ujung Kepala.Wajar dia bilang sedikit berantakan, sejak Kanina menghilang aku harus mengurus segala sesuatu tentang diriku sendiri. Pakaian bersih, pakaian rapi, makan malam, sarapan pagi, rambut, kamar, rumah dan entahlah aku pusing menjabarkan nya.Sejak awal menikah aku tidak pernah memfasilitasi Kanina dengan ART, terlalu manja menurut ku, toh dia pengangguran, sudah biasa bekerja di rumah. Aku pikir dia sudah sepantasnya mengurus rumah, ditambah lagi membereskan rumah, memperhatikan pakaian, makan, semua kebutuhan ku sudah kewajiban nya dan itu tidak melelahkan. Gampang dan mudah, tidak seperti aku yang bekerja seharian mencari uang pergi pagi pulang malam. Beda dengan wanita karir yang berkutat di luar mencari uang. Nyatanya saat 4 hari aku coba membereskan semua kebutuhan ku dan rumah, aku baru tahu segila itu rasanya mengurus segalanya. Bahkan aku tida
"Berikan aku penjelasan," aku bicara pada Bram, jujur konsentrasi ku buyar sejak tadi, tidak fokus menghadapi rekan bisnis kami sejak tadi."Apa maksud atas ucapan mu soal Helena?" Fokus utama ku memang Helena tapi..."Dan apa maksud mu tentang seseorang yang menginginkan Kanina? Dia menunggu Kanina dan aku bercerai?" Jelas saja berikutnya soal Kanina dan seseorang yang katanya sejak lama menginginkan Kanina."Bisa kita bicara nanti, Will?" Bram bertanya, fokusnya pada sosok laki-laki yang baru saja menghabiskan minuman nya.Itu adalah orang yang siap bekerja sama dengan perusahaan, siap menandatangani kontrak kerjasama setelah ini asal dia suka dan nyaman dengan keadaan."Ayolah Will, kita sedang dalam keadaan serius saat ini, apa kamu ingin mengacaukan semuanya?" Bram berusaha mengingat kan ku soal apa yang seharusnya aku lakukan."Fokus Will, ingat jika kamu membahas hal lain dan mengacaukan mood pak Baskoro, kita akan menilai proyek kerjasama nya." Lagi Bram bicara dengan nada sed
Emosi ku seketika membuncah, aku melepaskan Bram dan bergerak turun ke lantai bawah. Tebak siapa yang aku lihat saat ini?.Helena.Ah jika Helena saja aku tidak mungkin semarah ini, yang aku lihat sosok lain ada bersama nya, berpelukan antara satu dengan yang lainnya, saling menggoda, tawa khas Helena yang bisa aku ingat dengan jelas di balik telinga ku, sifat manja nya ketika berhadapan dengan ku dan sebuah kecupan manis yang biasa aku persembahkan pada Helena di pipi dan kening nya berubah menjadi menjadi milik orang lain, diberikan oleh orang lain dan dipersembahkan Helena juga kepada orang lain."Apa-apaan ini?" Aku bergetar, bukan takut tapi marah, berusaha untuk tidak hilang kendali tapi aku tidak bisa melakukan nya. Bergerak turun ke lantai bawah salam kemarahan luar biasa. Ada dua kemungkinan yang ada didalam pikiran ku saat ini, menghajar laki-laki bersama Helena atau membuat kedua orang itu malu di muka publik."Will, Will..." Nyatanya Bram mengejar langkah, menahan tubuh ku
Aku menggenggam stir mobil untuk beberapa waktu, mata ku terlihat fokus menatap kearah jalanan. Rencana weekend menghabiskan waktu dirumah seketika pecah dan akhirnya aku berakhir di jalan bergerak untuk menemui seseorang.Kau sudah melihat nya? Dia baru saja memposting status tentang Kanina.Pesan dari Bram membuat ku cukup kehilangan kata-kata, yang lebih parah sebuah status di WhatsApp milik seseorang membuat ku begitu marah dan kini menggila."Julian, kau..." Aku jelas mengeram kesal, tidak menyangka jika Julian sahabat baik ku menikung diriku.Bagaimana bisa aku berkata begitu? Dari status yang di-posting Julian cukup menyiratkan jika dia menginginkan Kanina.Bismillah, dalam kesemogaan, setelah sekian tahun menunggu.Itu barisan kata-kata yang dia tulis, foto dia dan Kanina kemudian lambang hati tercetak di depan mereka.Tunggu dulu, berarti laki-laki kemarin malam?Aku mengernyit kan kening, mempertanyakan soal laki-laki yang katanya selingkuhan Kanina saat dia berkata dia bers
"Berani sekali kau memukul ku setelah kau merebut istri ku, Julian." Suara ku menggelegar dan memecah keadaan, aku benar-benar marah atas perlakuan sahabat baik ku tersebut.Dan saat aku berkata seperti itu, Julian terkekeh dan berkata."Istri? Sejak kapan kau menyebut nya istri mu, Will?" Dan Julian melesatkan tanya.Hal itu seketika membuat ku mematung dan membeku.Dan percayalah ucapan Julian seketika membuatku cukup kehilangan kata-kata, seperti sebuah hantaman batu besar dan seolah-olah wajahku baru saja di tampar kembali agar ingat tentang sebuah kenyataan. Yah sejak kapan aku menganggap Kanina adalah istri ku?.Sial, aku benar-benar melupakannya. Jika selama ini 2 tahun kami bersama Aku sama sekali tidak pernah menganggap Kanina sebagai istri bahkan tidak jarang aku berlaku buruk kepada Kanina. Merasa malu membawa dan memperkenalkan dirinya pada siapapun termasuk membawanya ke acara kegiatan perusahaan seolah-olah aku memang belum memiliki istri dan aku laki-laki lajang yang b
"Will kau menyakiti ku." Suara Kanina terdengar, dia berusaha melepaskan lengan nya dari cengkraman ku, Gadis itu cukup kepayahan mengikuti diriku di mana aku terus menyeretnya hingga ke mobil dan memasukkannya dengan paksa.Kanina tidak mau, aku tahu itu hati-hati sama sekali tidak mau tahu dan memaksanya untuk masuk ke dalam mobil ku bagaimanapun caranya. Namun saat Kanina berkata cinta aku menyakitinya seketika aku langsung terdiam dan perlahan mengendurkan pegangan. Sepertinya aku memang terlalu kasar memperlakukan Kanina sejak tadi."Masuklah," akhirnya aku bicara pada vanina dan mencoba untuk melembutkan suaraku, melepaskan cengkramanku dari tangannya secara perlahan. Kanina diam mematung sejenak, dia sepertinya ingin bicara namun bisa dilihat akhirnya Kanina mengurungkan niatnya dan perlahan gadis itu masuk ke dalam mobil tanpa mengeluarkan sedikitpun kata-katanya. Aku puas melihat Kanina patuh, sebab dari dulu hingga sekarang dia memang patuh dan tidak pernah membantah ucapan
Prangggg.Ini pertama kalinya aku agak menggila, pulang tanpa membawa Kanina, membanting beberapa barang yang ada dirumah. Entahlah sepertinya aku mulai gila saat ini. Atau sebenarnya aku sedang tidak baik-baik saja, terbiasa dengan kehadiran Kanina namun tiba-tiba rumah menjadi berbeda. "Will ayolah, ini terjadi biasa pada orang yang akan bercerai. Pada akhirnya semua selesai dan kau akan menikah dengan Helena." Aku berusaha membatin, percaya jika ini hanya efek sementara karena terkejut semua tiba-tiba berbeda saja. Tidak akan lama, nanti akan berubah dan kembali seperti semula.Helena?.Tiba-tiba aku ingat dengan kekasih ku, perempuan yang aku bangga-banggakan selama ini. Sejenak aku mencari handphone ku, mencoba melihat berapa banyak pesan dan telepon yang dilakukan gadis itu sejak pagi ini.Dan benar seperti dugaan ku ada banyak sekali pesan yang dia kirim untuk diriku belum lagi telepon yang sengaja aku silent kan hingga membuat puluhan panggilan nya memenuhi kotak panggilan m
jemari-jemari Helena benar-benar terhenti, entahlah apakah dia benar-benar sudah mengirim uang nya atau belum tapi aku tahu dia belum melakukan nya. Sebab aku memindahkan semua akses handphone ku pada handphone satu nya, sengaja melakukan nya sejak kemarin untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.Aku mulai menduga, seperti nya Helena akan mulai berubah dan melunjak, melakukan sesuatu diluar batasan nya, berani berbuat sesuatu tanpa kata iya atau izin dari ku. Dan lihat lah sekarang, dia benar-benar bergerak di luar pemikiran, seperti yang aku duga Helena pasti akan bergerak sendiri untuk mendapatkan uang dari rekening ku."Kamu bilang apa?" Agak terkejut Helena bertanya, dia terlihat bergetar, menatap ku dengan ekspresi wajah rumit nya."Hari ini kamu bicara ngelantur, Will." Helena berusaha membuang pandangannya, agak nya berusaha untuk tidak menatap bola mata ku, berusaha menghindari aku dan tidak ingin menanggapi ucapan ku.Aku mendengus, baru aku sadari Helena pandai berakting