"kamu datang?" Suara papa terdengar.Mama agaknya terkejut dengan kehadiran ku yang tidak biasa nya, seolah-olah tahu betul jika di tahun-tahun sebelumnya aku paling malas berkumpul dan berbaur dengan keluarga termasuk mereka apalagi sampai harus membawa Kanina. Tapi malam ini aku rela jauh-jauh datang, setelah lelah dari perusahaan dan berkutat dengan banyak pekerjaan, memaksakan diri agar bisa hadir di sini."Hmmm." Aku hanya ber hmm ria sambil menganggukkan kepala menjawab ucapan papa, bola mata ku mencari sosok Kanina tapi aku belum menemukan nya.Adik bungsu ku juga belum terlihat, padahal dia bilang dia sudah datang bersama Kanina saat mengirimkan aku pesan singkat di WhatsApp nya. Aku menghela pelan nafas ku, mencoba bergerak mencium mama dan mengucapkan selamat ulang tahun."Maaf William belum membawa kado apapun, Jeje mendadak mengatakan nya." Ada sesal yang terbit di balik wajah ku kali ini, tidak membawakan mama kado sama sekali, padahal di tahun sebelumnya selalu ada kado
Jelas saja aku mengeratkan rahang ku saat menyadari siapa yang ada di samping Kanina. Itu adalah Julian, sahabat baik ku."Kenapa kau..." Aku ingin bertanya Kenapa ku kemarin namun kalimatku terhenti saat tiba-tiba mama ku berkata."Kamu juga datang nak?" Dan mama mendekati laki-laki itu.Aku mengernyitkan kening ku, melirik ke arah Mama yang bergerak mendekati Julian kemudian di mana bisa kulihat Julian menyalami mamaku dan memberikan sesuatu pada mama. Itu seperti nya kado ulang tahun untuk mama. Cihhhh, dia pandai mengambil hati orang tua ku sejak dulu. Tidak heran dia bisa hilir mudik kerumah mama sejak dulu dan di anggap seperti anak nya sendiri. Pertanyaan nya, apakah mama tahu jika Julian berhubungan dengan Kanina. Aku jelas merasa kesal, aku pikir Mama pasti belum mengetahuinya. Jika tidak mana mungkin mama bersikap hangat pada nya, sudah pasti mama akan marah dan berpikir jika Julian merupakan pembinor dalam rumah tangga kami."Oh terima kasih banyak nak," dan mama menerima
Semalaman aku merasa tidak baik-baik saja, agaknya tidak ada yang menyadari kebersamaan yang terjadi pada Kanina dan Julian. Mama dan papa terlihat begitu akrab dengan mereka berdua, seolah-olah mengabaikan aku disini yang sejak tadi merasa tidak nyaman. Pakaian yang aku gunakan seperti nya tidak bermanfaat dan bermakna, alih-alih membuat Kanina senang, seperti nya Kanina tidak peduli aku menggunakan pakaian yang dia beli. Padahal aku membela diri menggunakan pakaian yang Kanina beli dan berharap dia memperhatikan diri ku dengan perasaan berdebar-debar, nyatanya aku salah memprediksi. Dia sudah terlalu fokus pada laki-laki di samping nya saat ini."Kakak menginap disini?" Dan Nadya bertanya pada Kanina, menatap perempuan yang masih menjadi istriku tersebut dengan penuh harap.Kanina hanya melebarkan senyuman, dia menggeleng-gelengkan kepalanya pelan."Kakak harus kembali ke rumah kak Mila." Singkat, padat dan jelas Kanina bicara.Tante dan om ku terlihat mengernyitkan dahi, menoleh k
Brakkkkk.Suara pintu mobil di tutup dengan kasar, ini kali pertama selama 2 tahun lebih pernikahan kami Kanina marah, menangis dihadapan ku dan terlihat tidak ingin menatap wajah ku. Dia marah, benar-benar marah saat aku mencium nya tadi dan berkata aku tidak akan mau menceraikan dia."Aku tidak paham apa sebenarnya yang kau inginkan, Will." Itu yang diucapkan Kanina pada ku setelah aku mencium nya.Aku tidak punya jawaban tepat untuk menjawab pertanyaan Kanina, hanya diam dan kehilangan kata-kata. Selanjutnya memaksa Kanina kembali ke rumah, tidak mau aku turunkan dia di jalanan sama sekali meksipun Kanina mengancam akan melompat dan meminta aku menurunkan nya."Masuklah kedalam." Aku seperti biasa memberikan perintah, tapi kali ini aku menggunakan suara selembut mungkin, ada nada harap dan penuh permohonan agar Kanina mendengarkan perkataan ku. Biasanya aku memberikan perintah sambil menatap tajam Kanina, tidak jarang aku melotot marah dan membentak nya. Kali ini berbeda, aku bica
Tebak siapa yang aku lihat?."William..." Suara bergetar dari perempuan dihadapan ku terdengar, ekspresi wajah terkejut setengah mati dengan keadaan yang jelas begitu berantakan. Aku malu melihat nya, karena kondisi sosok yang aku lihat saat ini tidak menggunakan apapun, tubuhnya di paksa di tutup dengan selimut tebal hotel, dengan wajah pucat pasi menatap ku dalam ketakutan luar biasa.Yah sosok dihadapan ku adalah Helena, dia lah yang aku lihat saat ini, bersama seorang laki-laki yang rasanya berbeda dengan laki-laki yang aku lihat di club' malam xxxxxx."Apa-apaan ini?" Dan suara laki-laki yang bersama Helena terlihat marah, dia mencoba untuk mengusir kami keluar. Terkejut saat banyak orang masuk setelah pintu kamar hotel di buka paksa."Jadi ini adalah sosok mu yang sebenarnya?" Aku menekan kemarahan, menatap Helena dalam kekecewaan yang mendalam.Aku mencoba mengontrol emosi ku, demi apapun rasanya ingin sekali aku memberikan bogem mentah pada laki-laki yang tidur bersama Helena
Dengan jantung tidak baik-baik saja dan tangan sedikit gemetaran, aku mencoba untuk menghubungi beberapa keluarga Kanina termasuk kakak sepupu dan bibi nya."Kanina?" Sebuah tanya melesat di ujung sana dari sang kakak sepupu nya."Bukankah tadi pulang bersama mu?" Jelas saja tanya di ujung sana meresahkan, bertanya curiga pada ku dengan perasaan tidak baik-baik saja. Sangat tidak masuk akal, di jam tengah malam lebih bertanya tentang keberadaan istri ku pada salah satu anggota keluarga Kanina."Ah maaf, aku salah, dia ternyata ada di kamar mandi." Aku berkilah, tanpa mau melanjutkan obrolan atau tanya, memilih mematikan handphone ku dengan cepat dari pada memperpanjang tanya atau persoalan.Aku menghela nafas berat, mencoba untuk memejamkan sejenak bola mata ku, berpikir jernih dan menebak-nebak kemana Kanina saat ini. Sayang ditengah pemikiran rumit ku, suara handphone terdengar memecah keadaan, membuat aku buru-buru membuka bola mata. Helena kembali berusaha menghubungi ku.Perseta
Tatapan bola mataku tertuju pada Kanina, setelah drama panjang meminta untuk memaafkan ku, beritahukan pada ku dimana dia sejak semalam dan izinkan aku menjemput nya akhirnya aku berhasil menemukan nya. Dia ada di rumah salah satu teman nya.Demi apapun aku tidak berpikir jika Kanina akan pergi ke rumah salah satu teman lama nya yang sudah lama tidak dia kunjungi sejak tahun pertama pernikahan kami.Dan kini kami duduk di depan teras rumah yang aku datangi, ditemani secangkir kopi hangat dan beberapa cemilan di atas meja. Dari aroma nya aku tahu Kanina yang membuat nya untuk ku. Dan dari aneka cemilan yang merupakan favorit ku, aku tahu pasti Kanina menyiapkan nya dengan bersusah payah sebelum aku datang."Kenapa kamu mempersulit semua nya, Will?" Dan Kanina melesatkan tanya, ini menjadi kalimat pembuka di antara kami."Seharusnya jangan membuat ku kesulitan seperti ini, bukankah sudah pernah aku katakan, kamu seharusnya mengejar kebahagiaan kamu, mari akhiri semua nya dan kita berge
Aku memijat-mijat kepala ku untuk beberapa waktu, duduk didalam mobil dan sama sekali belum melajukan nya ke arah manapun yang aku mau. Kanina belum berada disamping ku, dia berkata baru akan ikut jika aku mampu memenuhi syarat yang dia ajukan pada ku."Baik jika itu mau kamu,aku akan mencabut gugatan perceraian nya dan mari memulai nya kembali dari awal tapi kamu harus memenuhi sebuah syarat dari ku," netra Kanina menatap ku dengan penuh tantangan, dia terlihat berbeda saat mengatakan itu semua, membuat ku mengernyitkan dahi dalam tanda tanya besar."Apa?" Aku bertanya dengan tatapan gelisah."Putuskan Helena, aku tidak ingin melihat dia lagi bahkan hingga aku mati sekalipun."Tentu aku sudah memutuskan nya, aku mencampakkan Helena setelah mengetahui kebusukan nya dan betapa menjijikkan nya perempuan tersebut."Baik." Tanpa ragu aku menganggukkan kepala dan menjawab permintaan Kanina."Mari mengulang pernikahan dan merayakan nya sesuai dengan keinginan mendiang papa dulu."Tentu saj
Demi Allah aku bingung dengan keadaan dimana saat ini aku menyadari jika aku berada di dalam kamar yang jelas tidak asing, tidak lain adalah kamar ku sendiri.Aku mencoba menyentuh kening ku untuk beberapa waktu, berusaha menyadarkan diri 💯 % saat ini, berpikir apakah aku bermimpi atau aku benar-benar terjaga dari mimpi.Suara alarm dari handphone ku memecah keadaan, aku masih mengukung tubuh Kanina dimana handphone ku tergeletak tepat di atas kepala Kanina. Layar handphone ku mengeluarkan warna, ada tanggal yang tertera di sana. Seketika aku membulatkan bola mata ku, menatap tanggal yang tertera di sana. Senin, 1minggu lebih sebelum Kanina berkata mari bercerai, Will.Seketika aku menatap wajah Kanina, mengabaikan gawai yang mengeluarkan suara pengingat waktu jika ada rapat penting yang harus aku hadiri.Wajah Kanina terlihat panik dan memerah, dia ketakutan melihat tatapan ku saat ini."Aku tidak bermaksud lebih, aku mencoba membangunkan mu tapi...." Aku masih mencerna keadaan sa
Pov author."Tidak kah kamu ingin memberikan aku sedikit saja kesempatan kedua?" Sebuah tanya melesat dibalik bibir William, hari sebelum nya saat pernikahan Kanina akan berjalan dalam hitungan detik kemudian. Dia kembali mencoba menyakinkan Kanina.Tatapan mata Kanina yang hangat dan lembut terlihat menatap William untuk beberapa waktu, tidak tersimpan sedikit pun dendam atau kemarahan disana. Seperti biasa Kanina menatap nya hangat dan penuh cinta, memandangi wajahnya dengan tatapan berkaca-kaca, meskipun di abaikan William berkali-kali nyatanya tidak membuat Kanina mengubah sifat nya. Gadis itu begitu hangat, memperlakukan William seperti suami sesungguhnya, tidak terbesit sedikitpun keinginan di hati Kanina untuk mengkhianati William atau mendustai nya. Meskipun bertahun-tahun menjalankan pernikahan tanpa cinta dari William, Kanina selalu berlaku layak nya istri Solehah yang sungguh begitu pantas untuk diperjuangkan oleh laki-laki tersebut dikemudian hari.Seburuk apapun perlakuan
"Kamu baik-baik saja, Will?" Seseorang bicara, menyentuh bahu ku pelan.Aku sama sekali tidak menoleh, memilih menatap hujan salju yang memenuhi jalanan ibukota Paris. Membiarkan pandangan ku terus menatap lurus kedepan, enggan mengeluarkan suara ku sama sekali sejak tadi.Pikiran ku berkelana terlalu jauh, entahlah rasanya aku kehilangan semangat hidup secara tiba-tiba. Aku berdiri di balik dinding kaca besar, menjulang tinggi menatap hujan salju yang kian menggebu."Kamu tidak bersiap-siap untuk pergi?" Dan kembali suara itu terdengar, membuat aku mau tidak mau menoleh ke asal suara.Julian berdiri di samping ku, menikmati kopi hangat nya yang kini mulai dingin. Musim salju benar-benar mengubah apapun menjadi dingin dengan cepat."Dia akan menikah." Dan akhirnya aku bicara, menatap Julian sejenak.Harga diri ku terasa menghilang ketika aku tahu Kanina benar-benar meninggalkan ku dan akan menikah dengan laki-laki lain yang jauh mencintai nya. Nyatanya persetujuan ku atas tawaran Kani
Semudah itukah Kanina beralih hati? Apakah benar dia akan menikah? Dengan siapa? Bukan dengan Julian teman baikku, bukan dengan laki-laki yang merupakan teman dari kampung nya yang pura-pura dia bawa kehadapan orang tua ku. Lalu dengan siapa, pertanyaan itu menggantung di kepala ku."Kamu meninggalkan sidang dan mempercayakan dengan pengacara juga aku untuk perceraian kita," akhirnya dengan susah payah aku bicara, berusaha untuk menatap dalam bola mata Kanina.Ahhhh aku begitu menyesali perbuatan ku selama ini pada Kanina, sebab bisa aku lihat ada luka tersendiri didalam bola mata Kanina pada ku saat ini. Bahkan tidak dipungkiri apa yang aku lakukan pada ibu Kanina jelas menyisakan kesedihan yang mendalam pula untuk Kanina."Kata mereka salah satu harus mengalah dan memudahkan segalanya, kamu tidak ingin pergi, aku pikir agar mudah biarkan aku yang pergi, Will." Dan Kanina menjawab pertanyaan ku.Mendengar ucapan Kanina aku diam, yah aku ingat kehadiran ku di sidang membuat Kanina mem
"Maafkan aku." Kalimat pertama keluar dari bibir ku, tatapan mata ku tidak mampu lepas dari Kanina. 6 bulan tidak bertemu dia banyak berubah, Kanina memang terlihat sedikit berisi sekarang, tapi tidak merusak proporsi tubuh nya, justru dia semakin cantik ketimbang saat masih tinggal dengan ku, tubuhnya sedikit lebih kurus.Tiba-tiba ingat dengan kata-kata beberapa orang, proporsi tubuh istri tergantung pada kebaikan dan tindakan suami. Semakin kurus semakin makan hati.Aku malu, ingin sekali menenggelamkan diri ku saat ini. Nyatanya Kanina jauh lebih baik saat tidak bersama ku, kini bahkan dia menggunakan make up tipis, menyapu permukaan kulit indah nya dan memoleskan lipstik tipis di bibir indah nya. Terlalu terlambat untuk aku menyadari jika Kanina memang cantik. Jauh di atas rata-rata, bahkan Helena tidak ada nomornya. Hanya saja rasa benci dan kemarahan atas perjodohan kami membuat aku mengabaikan Kanina, tidak menganggap dirinya dan benci melihat wajahnya tanpa sadar jika ada ber
POV Kanina.Pemandangan kota Paris terlalu indah, angin dingin tercium di balik hidung Kanina. Dia duduk di sebuah mobil tepat di samping kemudi, menyandarkan kepalanya sembari membiarkan tatapan nya tertuju menembus kaca spion mobil tersebut.Dia memilih diam sejak awal keluar dari tempat di mana dia tinggal, enggan mengeluarkan suara nya sama sekali. Sesekali gadis itu memejamkan bola mata nya, membiarkan angin kota Paris menerpa pipi mulus dan cantik nya yang tanpa polesan apapun. Kaca mobil sengaja di turunkan, seolah-olah membiarkan gadis itu menikmati semilir angin yang menerpa diri."Etes-vous sûr de vouloir aller directement au musée du Louvre? (Yakin mau langsung ke museum Louvre?)" Suara seseorang memecah keheningan yang tercipta sejak tadi.Kanina yang masih memejamkan bola mata nya terlihat diam, dia mendengar apa yang diucapkan oleh seseorang di bagian belakang tempat duduknya tapi dia sama sekali tidak berniat membuka bola matanya."Tidak ingin mampir ketempat lain lebih
Museum Louvre,Prancis.Aku membiarkan sosok yang membawa ku menepikan mobil yang aku naiki secara perlahan ke area parkiran museum Louvre Perancis, membiarkan dia menemukan tempat paling pas untuk memarkirkan mobil yang kami naiki. Seorang laki-laki yang merupakan teman lama yang tinggal disana, hapal dengan berbagai macam tempat yang ada di Prancis, bisa aku andalkan dalam banyak kesempatan tiap kali aku berkunjung ke Prancis selama bertahun-tahun ini.Setelah memarkirkan mobil, aku memilih diam, membiarkan tatapan bola mata ku terus tertuju ke depan."Aku yakin kau bisa mengatasi segalanya." Suara teman ku terdengar, dia bicara sembari menoleh ke arah diriku seolah-olah tahu kecemasanku. Aku langsung ikut menoleh ke arah temanku tersebut di manapun membiarkan tatapan bola mataku menatap ke arahnya untuk beberapa waktu. Aku diam, SMS kalau belum menjawab ucapannya dan membiarkan diri untuk berpikir beberapa waktu."Aku hanya takut tidak diberikan kesempatan ke dua." Pada akhirnya
Paris.Perjalanan panjang yang memakan waktu 16 jam'an Indonesia Paris membuat aku cukup lelah. Selain karena sebelum ini aku harus berkutat dengan kegiatan perusahaan, mengejar banyak ketertinggalan, mengurusi proyek yang tidak bisa ditinggal kan, belum lagi aku kekurangan waktu beristirahat hingga akhir nya aku harus mengejar keadaan untuk mencari apa yang menjadi prioritas utama ku saat ini hingga membuat tubuh ku cukup lelah dengan keadaan tapi aku mengabaikan rasa lelah yang menghantam dan menerjang karena ada yang harus aku kejar setelah ini. Yah aku harus mengejar langkah, bergerak cepat mencari keberadaan Kanina. Julian berkata Kanina ada di Paris, tinggal di satu wilayah yang agak sulit untuk di cari. Aku tahu Kanina pasti sengaja melakukan itu untuk menghindari banyak orang termasuk diri ku.Aku mengejar perjalanan, selain harus mengejar Kanina, aku akan bergerak bertemu dengan seseorang untuk menyepakati kerjasama yang diminta oleh sebuah perusahaan. Menyetujui menginvesta
6 bulan setelah nya.Suara salah satu penceramah kondang terdengar memecah keheningan, terus mengeluarkan petuah nya di balik handphone yang ada di ujung ruangan. Angin sepoi-sepoi terus menerus menggoyang bagian gorden halus yang terletak di kaca jendela di sisi kanan ruangan, bahkan di luar sana dia bergerak menggoyang dedaunan dari pohon rindang dengan nakal hingga membuat berhamburan beberapa daun kemana-mana. Beberapa buku telihat sedikit berantakan, dimana beberapa ekor kucing tampak terlelap di berbagai macam arah di sana. Suasana langit terlihat tidak baik-baik saja, semakin menggelap dan mengeluarkan hawa dingin nya, perkiraan cuaca memprediksi jika hujan deras akan turun sebentar lagi.Di satu sudut, bisa dilihat seseorang berkutat dengan pekerjaan nya, mengabaikan apapun yang ada, membiarkan angin terus menyeruak masuk dan menciptakan dingin didalam ruangan tersebut. Nyatanya sang pemilik rumah mengabaikan rasa dingin yang menerpa padahal cuaca semakin lama semakin tidak b