Jelas saja aku mengeratkan rahang ku saat menyadari siapa yang ada di samping Kanina. Itu adalah Julian, sahabat baik ku."Kenapa kau..." Aku ingin bertanya Kenapa ku kemarin namun kalimatku terhenti saat tiba-tiba mama ku berkata."Kamu juga datang nak?" Dan mama mendekati laki-laki itu.Aku mengernyitkan kening ku, melirik ke arah Mama yang bergerak mendekati Julian kemudian di mana bisa kulihat Julian menyalami mamaku dan memberikan sesuatu pada mama. Itu seperti nya kado ulang tahun untuk mama. Cihhhh, dia pandai mengambil hati orang tua ku sejak dulu. Tidak heran dia bisa hilir mudik kerumah mama sejak dulu dan di anggap seperti anak nya sendiri. Pertanyaan nya, apakah mama tahu jika Julian berhubungan dengan Kanina. Aku jelas merasa kesal, aku pikir Mama pasti belum mengetahuinya. Jika tidak mana mungkin mama bersikap hangat pada nya, sudah pasti mama akan marah dan berpikir jika Julian merupakan pembinor dalam rumah tangga kami."Oh terima kasih banyak nak," dan mama menerima
Semalaman aku merasa tidak baik-baik saja, agaknya tidak ada yang menyadari kebersamaan yang terjadi pada Kanina dan Julian. Mama dan papa terlihat begitu akrab dengan mereka berdua, seolah-olah mengabaikan aku disini yang sejak tadi merasa tidak nyaman. Pakaian yang aku gunakan seperti nya tidak bermanfaat dan bermakna, alih-alih membuat Kanina senang, seperti nya Kanina tidak peduli aku menggunakan pakaian yang dia beli. Padahal aku membela diri menggunakan pakaian yang Kanina beli dan berharap dia memperhatikan diri ku dengan perasaan berdebar-debar, nyatanya aku salah memprediksi. Dia sudah terlalu fokus pada laki-laki di samping nya saat ini."Kakak menginap disini?" Dan Nadya bertanya pada Kanina, menatap perempuan yang masih menjadi istriku tersebut dengan penuh harap.Kanina hanya melebarkan senyuman, dia menggeleng-gelengkan kepalanya pelan."Kakak harus kembali ke rumah kak Mila." Singkat, padat dan jelas Kanina bicara.Tante dan om ku terlihat mengernyitkan dahi, menoleh k
Brakkkkk.Suara pintu mobil di tutup dengan kasar, ini kali pertama selama 2 tahun lebih pernikahan kami Kanina marah, menangis dihadapan ku dan terlihat tidak ingin menatap wajah ku. Dia marah, benar-benar marah saat aku mencium nya tadi dan berkata aku tidak akan mau menceraikan dia."Aku tidak paham apa sebenarnya yang kau inginkan, Will." Itu yang diucapkan Kanina pada ku setelah aku mencium nya.Aku tidak punya jawaban tepat untuk menjawab pertanyaan Kanina, hanya diam dan kehilangan kata-kata. Selanjutnya memaksa Kanina kembali ke rumah, tidak mau aku turunkan dia di jalanan sama sekali meksipun Kanina mengancam akan melompat dan meminta aku menurunkan nya."Masuklah kedalam." Aku seperti biasa memberikan perintah, tapi kali ini aku menggunakan suara selembut mungkin, ada nada harap dan penuh permohonan agar Kanina mendengarkan perkataan ku. Biasanya aku memberikan perintah sambil menatap tajam Kanina, tidak jarang aku melotot marah dan membentak nya. Kali ini berbeda, aku bica
Tebak siapa yang aku lihat?."William..." Suara bergetar dari perempuan dihadapan ku terdengar, ekspresi wajah terkejut setengah mati dengan keadaan yang jelas begitu berantakan. Aku malu melihat nya, karena kondisi sosok yang aku lihat saat ini tidak menggunakan apapun, tubuhnya di paksa di tutup dengan selimut tebal hotel, dengan wajah pucat pasi menatap ku dalam ketakutan luar biasa.Yah sosok dihadapan ku adalah Helena, dia lah yang aku lihat saat ini, bersama seorang laki-laki yang rasanya berbeda dengan laki-laki yang aku lihat di club' malam xxxxxx."Apa-apaan ini?" Dan suara laki-laki yang bersama Helena terlihat marah, dia mencoba untuk mengusir kami keluar. Terkejut saat banyak orang masuk setelah pintu kamar hotel di buka paksa."Jadi ini adalah sosok mu yang sebenarnya?" Aku menekan kemarahan, menatap Helena dalam kekecewaan yang mendalam.Aku mencoba mengontrol emosi ku, demi apapun rasanya ingin sekali aku memberikan bogem mentah pada laki-laki yang tidur bersama Helena
Dengan jantung tidak baik-baik saja dan tangan sedikit gemetaran, aku mencoba untuk menghubungi beberapa keluarga Kanina termasuk kakak sepupu dan bibi nya."Kanina?" Sebuah tanya melesat di ujung sana dari sang kakak sepupu nya."Bukankah tadi pulang bersama mu?" Jelas saja tanya di ujung sana meresahkan, bertanya curiga pada ku dengan perasaan tidak baik-baik saja. Sangat tidak masuk akal, di jam tengah malam lebih bertanya tentang keberadaan istri ku pada salah satu anggota keluarga Kanina."Ah maaf, aku salah, dia ternyata ada di kamar mandi." Aku berkilah, tanpa mau melanjutkan obrolan atau tanya, memilih mematikan handphone ku dengan cepat dari pada memperpanjang tanya atau persoalan.Aku menghela nafas berat, mencoba untuk memejamkan sejenak bola mata ku, berpikir jernih dan menebak-nebak kemana Kanina saat ini. Sayang ditengah pemikiran rumit ku, suara handphone terdengar memecah keadaan, membuat aku buru-buru membuka bola mata. Helena kembali berusaha menghubungi ku.Perseta
Tatapan bola mataku tertuju pada Kanina, setelah drama panjang meminta untuk memaafkan ku, beritahukan pada ku dimana dia sejak semalam dan izinkan aku menjemput nya akhirnya aku berhasil menemukan nya. Dia ada di rumah salah satu teman nya.Demi apapun aku tidak berpikir jika Kanina akan pergi ke rumah salah satu teman lama nya yang sudah lama tidak dia kunjungi sejak tahun pertama pernikahan kami.Dan kini kami duduk di depan teras rumah yang aku datangi, ditemani secangkir kopi hangat dan beberapa cemilan di atas meja. Dari aroma nya aku tahu Kanina yang membuat nya untuk ku. Dan dari aneka cemilan yang merupakan favorit ku, aku tahu pasti Kanina menyiapkan nya dengan bersusah payah sebelum aku datang."Kenapa kamu mempersulit semua nya, Will?" Dan Kanina melesatkan tanya, ini menjadi kalimat pembuka di antara kami."Seharusnya jangan membuat ku kesulitan seperti ini, bukankah sudah pernah aku katakan, kamu seharusnya mengejar kebahagiaan kamu, mari akhiri semua nya dan kita berge
Aku memijat-mijat kepala ku untuk beberapa waktu, duduk didalam mobil dan sama sekali belum melajukan nya ke arah manapun yang aku mau. Kanina belum berada disamping ku, dia berkata baru akan ikut jika aku mampu memenuhi syarat yang dia ajukan pada ku."Baik jika itu mau kamu,aku akan mencabut gugatan perceraian nya dan mari memulai nya kembali dari awal tapi kamu harus memenuhi sebuah syarat dari ku," netra Kanina menatap ku dengan penuh tantangan, dia terlihat berbeda saat mengatakan itu semua, membuat ku mengernyitkan dahi dalam tanda tanya besar."Apa?" Aku bertanya dengan tatapan gelisah."Putuskan Helena, aku tidak ingin melihat dia lagi bahkan hingga aku mati sekalipun."Tentu aku sudah memutuskan nya, aku mencampakkan Helena setelah mengetahui kebusukan nya dan betapa menjijikkan nya perempuan tersebut."Baik." Tanpa ragu aku menganggukkan kepala dan menjawab permintaan Kanina."Mari mengulang pernikahan dan merayakan nya sesuai dengan keinginan mendiang papa dulu."Tentu saj
Kata-kata mama menampar ku."Dia selalu mencari waktu luang, datang menyempatkan diri untuk berkunjung ke sini, membawa berbagai macam oleh-oleh dengan sedikit kebohongan yang jelas mama ketahui.""Semua bukan kamu yang membeli nya, tapi mama tahu Kanina yang membeli dan menyiapkan semua nya. Dia selalu berkata kamu yang membeli dan menyiapkan nya tapi pekerjaan di kantor membuat kamu tidak pernah punya waktu luang untuk membawa nya.""Setiap mama tanya apa dia bahagia, jawaban nya selalu iya dia bahagia. Kanina sama sekali tidak pernah menampilkan kesedihan nya, bagaimana buruk nya kamu memperlakukan dia, sekalipun dia tidak pernah membuka aib keluarga kalian pada siapapun bahkan pada mama.""Meskipun kamu mengabaikan dirinya dan memperlakukan dia dengan buruk, Kanina selalu berkata jika kamu suami terbaik untuk nya. Kanina berusaha menyakinkan dirinya sendiri jika lamban laut kamu pasti akan berubah dan sedikit demi sedikit mencintai dirinya.""Hingga satu hari, sebuah foto yang dik