"Mas Reiko, aku bisa kok buka seatbeltnya sendiri!"
"Gapapalah, mumpung kita masih cuman berdua, aku mau perhatiin kamu ya kamu terima aja! Soalnya kalau nanti udah punya anak pasti akan repot! Perhatiannya akan kebagi-bagi. Dan aku belum tentu bisa perhatiin kamu terus kayak gini. Karena kita harus ngurus anak."
Sambil membukakan seatbelt sambil Reiko bicara.
Dan kata-katanya ini membuat Aida bergidik.
"Gak usah liatin aku begitu, kamu jangan khawatir! Aku buat anaknya nanti kok, kamu udah mau lulus kuliah. Soalnya aku nggak suka kalau anak aku harus dititip ke baby sitter karena ibunya lagi sibuk kuliah."
"Hehehe, Kakek jangan hukum akulah. Aku berantem dengannya karena dia tidak mau ikut denganku ke Abu Dhabi. Makanya aku agak sedikit putar otak untuk membujuknya, cuma Kakek harapanku."Adiwijaya masih mencebik dan tampaknya dia memang tidak percaya pada cucunya."Heish, Kakek ini pasti sudah mikir yang macam-macam, bukan? Semua yang ada di pikiran Kakek itu salah. Aku cuma ingin mengajaknya pergi dan honeymoon aja, Kek!""Kamu serius ndak bohongin Kakek?"Reiko menggelengkan kepalanya pelan dan senyum-senyum lagi."Nanti setelah kerjaanku beres, aku mau ke
Ini yang kutakutkan.Ya, Aida meringis dalam hatinya karena tak terbayang kalau dia pergi hanya berdua dengan Reiko, apalagi pria itu baru saja mengecupi bibirnya yang membuat tubuhnya merinding.CUP.Lihatlah, betapa Reiko memang benar-benar merindukan bibir itu sampai dia memberikan kecupan lagi di sana."Aku suka bibirmu. Tapi, aku ingin coba yang lain juga, Ai," bisik Reiko dan sebelum sempat Aida menjawabnya."Karena kalau kamu menyayangi kakekku, maka kamu harus mengizinkan aku mencoba yang lainnya. Nah itu yang bisa bikin kakekku ba
"Ehm …."Aida tak berani menjawab, malah wajahnya terlihat meringis."Hanya itu satu-satunya kemungkinan. Kamu sekarang harus memilihnya."Haduh … seharusnya aku bisa melawannya. Harusnya aku bisa mendorong tubuhnya atau minimal menjauhkan tangannya dari bagian situ. Tapi kenapa aku seperti membiarkan dia melakukan ini? Tapi sebenarnya aku tidak ingin bersama dengan pria ini. Karena dia sudah bersama dengan wanita lain.Aida tahu respon tubuhnya ini sangat berlawanan dengan pikirannya.Dan bukannya berhasil menjawab pertanyaan Reiko,
Aku harus bagaimana ini? Apa yang harus kukatakan supaya dia gak menodaiku?Aida yang memejamkan mata, tapi tak tidur, sepanjang jalan dia tidak berhenti memikirkan ini.Tapi aku dan dia sudah terikat pernikahan. Bahkan aku tidak pernah melepaskan cincin kawinnya karena aku takut ibu akan tahu atau pas Ibu telepon aku nggak pakai ini dan nanti ketahuan!Tapi semakin dipikirkan, Aida jadi serba salah sendiri.Ya, dia memakai cincin itu terus-terusan hanya tak ingin ibunya mempertanyakan hubungannya dan Reiko. Termasuk kalau Adiwijaya video call juga, Aida tak ingin sampai cincin itu dilihat tak ada di jarinya.
"Kamu nanya?""Heeeh?"Dan belum sempat Aida merespon orang yang ada di sampingnya."Kamu bertanya-tanya?" Reiko sudah bicara lagi."Kamu nanya kenapa ada petal bunga dan balon di ruangan ini dan ada tulisan happy honeymoon?"Ish, dia ni ….Aida tidak bisa melanjutkan apa pun dari semua yang ingin dikeluarkan dari kerongkongannya karena orang yang mau diajak bicara sudah ngeloyor begitu saja masuk ke dalam kamar tidur mereka.
"Mas Reiko maunya aku habis mandi ngapain?"Kalau dia menatapku begini dan bertanya begini, aku harus menjawab apa?Keinginan Reiko sebenarnya bicara jujur pada Aida, kalau dia menginginkan sesuatu.Tapi entah kenapa ditantang pertanyaan seperti itu, dirinya malah tidak bicara dan terus saja memandang wajah Aida yang polosan tanpa make up itu. Biasa saja, tapi malah makin membuat Reiko menginginkannya."Mas Reiko mau jawab atau ndak?""Duduk bersamaku di sini nanti habis mandi. Ada yang mau kutunjukkan padamu."
"Ai ….""Mas Reiko, aku ngejaga keperawananku selama delapan belas tahun hidupku. Dan orang tuaku juga menjagaku dengan baik dari kecil. Mengajariku norma-norma kehidupan dan mereka juga mengajariku tentang agama, kebaikan dalam masyarakat hingga aku menjadi wanita dengan penuh penjagaan. Aku ndak pernah pacaran sama sekali seumur hidupku. Padahal kalau aku mau, dulu aku bisa melakukan itu. Aku memang ndak secantik pacarnya Mas Reiko, tapi aku juga dapat beberapa surat cinta dan ada juga temanku yang mengatakan cintanya padaku secara langsung zaman dulu aku sekolah. Tapi, aku berusaha menjauhi mereka yang suka sama aku, supaya aku ndak pernah ngelakuin kesalahan. Aku selalu menjauhkan diriku dari perbuatan zina apa pun bentuknya, Mas."Mata Aida masih menyala menatap Reiko saat dia menjel
"Ai, tadi kamu bales aku!"Reiko tak tahan lagi untuk mengkonfirmasi itu dan dia juga memang sudah gemas pada Aida."Mmuuuah! Mmmuaaah! Mmuaaah!"Haduuh, lagi-lagi dia seperti hewan peliharaan yang ketemu majikannya. Eh, apa tadi aku membalas kecupannya, bener ga ya? Begitu salah gak? Nanti aku memalukannya ga bener, ga kaya ratu lebah. Duh, aku malu!Aida memang tak bisa berkata-kata ketika Reiko memang menempelkan bibirnya di hampir semua bagian wajahnya.Reiko memang menunjukkan kebahagiaannya yang begitu besar di saat Aida insecure den