"Kamu nanya?"
"Heeeh?"
Dan belum sempat Aida merespon orang yang ada di sampingnya.
"Kamu bertanya-tanya?" Reiko sudah bicara lagi.
"Kamu nanya kenapa ada petal bunga dan balon di ruangan ini dan ada tulisan happy honeymoon?"
Ish, dia ni ….
Aida tidak bisa melanjutkan apa pun dari semua yang ingin dikeluarkan dari kerongkongannya karena orang yang mau diajak bicara sudah ngeloyor begitu saja masuk ke dalam kamar tidur mereka.
"Mas Reiko maunya aku habis mandi ngapain?"Kalau dia menatapku begini dan bertanya begini, aku harus menjawab apa?Keinginan Reiko sebenarnya bicara jujur pada Aida, kalau dia menginginkan sesuatu.Tapi entah kenapa ditantang pertanyaan seperti itu, dirinya malah tidak bicara dan terus saja memandang wajah Aida yang polosan tanpa make up itu. Biasa saja, tapi malah makin membuat Reiko menginginkannya."Mas Reiko mau jawab atau ndak?""Duduk bersamaku di sini nanti habis mandi. Ada yang mau kutunjukkan padamu."
"Ai ….""Mas Reiko, aku ngejaga keperawananku selama delapan belas tahun hidupku. Dan orang tuaku juga menjagaku dengan baik dari kecil. Mengajariku norma-norma kehidupan dan mereka juga mengajariku tentang agama, kebaikan dalam masyarakat hingga aku menjadi wanita dengan penuh penjagaan. Aku ndak pernah pacaran sama sekali seumur hidupku. Padahal kalau aku mau, dulu aku bisa melakukan itu. Aku memang ndak secantik pacarnya Mas Reiko, tapi aku juga dapat beberapa surat cinta dan ada juga temanku yang mengatakan cintanya padaku secara langsung zaman dulu aku sekolah. Tapi, aku berusaha menjauhi mereka yang suka sama aku, supaya aku ndak pernah ngelakuin kesalahan. Aku selalu menjauhkan diriku dari perbuatan zina apa pun bentuknya, Mas."Mata Aida masih menyala menatap Reiko saat dia menjel
"Ai, tadi kamu bales aku!"Reiko tak tahan lagi untuk mengkonfirmasi itu dan dia juga memang sudah gemas pada Aida."Mmuuuah! Mmmuaaah! Mmuaaah!"Haduuh, lagi-lagi dia seperti hewan peliharaan yang ketemu majikannya. Eh, apa tadi aku membalas kecupannya, bener ga ya? Begitu salah gak? Nanti aku memalukannya ga bener, ga kaya ratu lebah. Duh, aku malu!Aida memang tak bisa berkata-kata ketika Reiko memang menempelkan bibirnya di hampir semua bagian wajahnya.Reiko memang menunjukkan kebahagiaannya yang begitu besar di saat Aida insecure den
"Mas Reiko.""Kamu gak bisa mengelak. Kamu kan udah janji sama aku, Ai."Iya, Aida tahu dia tidak bisa mengelak lagi karena memang dia juga sudah mengajukan permintaannya pada Reiko.Aida tahu malam ini memang pria itu menginginkan bulan madu juga. Dan ini sudah ditunda selamat tujuh bulan pernikahan mereka.Aida juga tahu, tak ada lagi kesempatan untuk lari.Pria itu sudah mengatakan kalau dia menginginkan Aida.Tapi, kenapa saat menghadapinya dengan posisi tubuhnya sepert
Kenapa harus membahas ini?Sepintas Reiko sempat berpikir begini. Dia tidak ingin membahas masalah ini lebih dulu.Tapi kemudian.Bagaimana Reiko memperlakukan Aida pertama kali di rumahnya dan melemparkan surat perjanjian padanya sambil bicara kalau dirinya tidak tertarik pada wanita tanpa dua keistimewaan, itu kembali terbayang di benaknya.Bagaimana dirinya mengecup Brigita dan menampar Aida sambil mengutarakan dirinya takkan tertarik pada wanita tanpa dua keistimewaan itu pun kembali terngiang dalam benaknya.Bagaimana Reiko selalu saja bilang
"Mas Reiko."Telepon sudah mati, tapi Reiko masih mengamati layar handphonenya dan tanpa bicara apa pun.Karena itulah Aida tadi menegurnya."Kamu tidur, Ai, udah malem."Dan sebagai respon, dia malah bicara begini dan menaruh handphonenya di atas nakas.Matanya kembali menatap wanita di sampingnya.CUP.Dan satu kecupan sudah diberikan Reiko di dahinya.
Yes, akhirnya berhasil juga!Dalam ruangan itu, seseorang mungkin saja merasa sangat senang sekali karena usahanya yang dari tadi mencoba untuk masuk akhirnya membuahkan hasil."Mmmmmhhh."Tapi tidak semua di dalam ruangan itu merasa bahagia.Ada seseorang yang justru merasa terhimpit dan sudah mendorong-dorong tubuh pria di atasnya yang nampak tak sadar dengan semua rasa yang membuat wanita itu juga tak bisa lagi menahan derai air matanya."Ai, kamu kenapa nangis?"Hi
"Ai ….""Mas Reiko kenapa malu-maluin nanya ke dokter Alif soal ini?"Belum sempat Reiko menjelaskan apa yang tadi dikatakan Alif, dia sudah dipotong oleh Aida lebih dulu di saat wanita itu juga tidak menatapnya dan masih ada dalam pelukan Reiko dengan wajahnya yang menunduk.Aida juga masih merasakan kesakitan yang sama dan masih sesegukan meski dia sudah tidak lagi menangis meraung-raung."Ya, soalnya aku khawatir. Waktu itu nggak sampai sebanyak ini darahnya."Aida membayangkan sesuatu ketika Reiko bicara begini.