"Mas Reiko."
Telepon sudah mati, tapi Reiko masih mengamati layar handphonenya dan tanpa bicara apa pun.
Karena itulah Aida tadi menegurnya.
"Kamu tidur, Ai, udah malem."
Dan sebagai respon, dia malah bicara begini dan menaruh handphonenya di atas nakas.
Matanya kembali menatap wanita di sampingnya.
CUP.
Dan satu kecupan sudah diberikan Reiko di dahinya.
<
Yes, akhirnya berhasil juga!Dalam ruangan itu, seseorang mungkin saja merasa sangat senang sekali karena usahanya yang dari tadi mencoba untuk masuk akhirnya membuahkan hasil."Mmmmmhhh."Tapi tidak semua di dalam ruangan itu merasa bahagia.Ada seseorang yang justru merasa terhimpit dan sudah mendorong-dorong tubuh pria di atasnya yang nampak tak sadar dengan semua rasa yang membuat wanita itu juga tak bisa lagi menahan derai air matanya."Ai, kamu kenapa nangis?"Hi
"Ai ….""Mas Reiko kenapa malu-maluin nanya ke dokter Alif soal ini?"Belum sempat Reiko menjelaskan apa yang tadi dikatakan Alif, dia sudah dipotong oleh Aida lebih dulu di saat wanita itu juga tidak menatapnya dan masih ada dalam pelukan Reiko dengan wajahnya yang menunduk.Aida juga masih merasakan kesakitan yang sama dan masih sesegukan meski dia sudah tidak lagi menangis meraung-raung."Ya, soalnya aku khawatir. Waktu itu nggak sampai sebanyak ini darahnya."Aida membayangkan sesuatu ketika Reiko bicara begini.
"Mas Reiko kenapa malah ngeliatin aku kayak gitu?"Mendengar permintaan Aida barusan, jelas saja membuat Reiko antara percaya dan tak percaya.Selama ini dia selalu menawarkan Aida, tapi wanita itu selalu saja menolaknya.Tapi sekarang dia menginginkan itu.Ini yang membuat Reiko melonggarkan dekapannya dan matanya memandang tegas pada Aida tanpa bicara."Ehm, udah nggak usah bahas itu dulu. Yuk ke dalam, aku bantu kamu keringin badan sama rambutnya dulu, ya.""Tapi aku beneran
"Eeeh."Pertanyaan Reiko barusan jelas memberikan ketakutan tersendiri di dalam hati Aida.Itu bisa terlihat jelas di wajahnya bagaimana Aida terlihat begitu ngeri membayangkan sesuatu yang akan terjadi jika dia mengatakan dirinya sudah tidak sakit lagi."Perih Mas Reiko. Buat jalan saja susah. Aku ndak mau. Pokoknya aku ndak mau yang kayak gitu."Pening sudah kepala Reiko mendengar yang dikatakan Aida. Bagaimana mungkin mereka tidak melakukan itu lagi, sedangkan dia ingin melakukannya bahkan beberapa kali sehari?Tapi Aida benar-benar ketakutan. Mau bagaim
Reiko : Sama-sama Bee. Semoga semua sukses ya dan kamu bisa menangin tender itu. Masih ada beberapa penyisihan lagi, bukan?Brigita : Setelah penyisihan ketiga ini akan ada penyisihan keempat, tapi aku ada sedikit masalah disini untuk rooftop. Salah satu hotelnya ternyata ada perubahan. Design ditambah rooftop dan aku belum punya desain untuk rooftop-nya sayang. Di sana ada kolam renang dan apa bagusnya aku masukkan saja kursi-kursi taman begitu?Reiko : Itu terlalu biasa. Mungkin kamu bisa menambahkan satu spot foto dan tempat untuk pertunjukan ditambah lagi sedikit dekorasi taman dan yang pasti karena ada kolam renang harus dipikirkan juga day bed di sana juga buffet.Brigita : Tapi detailnya bagaimana? Aku agak s
"Eeeh, enggak, tadi aku belum tidur kok Mas Reiko."Tak salah kan, kalau Aida bilang begini? Dia memang belum tidur."Tapi mau tidur mikirin cowok lain?""Hmmm, itu bukan cowok." Melihat Reiko yang sangat marah tentu saja Aida menjawab cepat begini."Dia cewek?""Cowok." Tapi dia juga tidak bisa berbohong karena memang Jungkook adalah cowok."Mau bohongin aku?""Gak gitu, maksudku itu kan ngefans.
"Kamu minta kayak gitu supaya kamu bisa pamer sama Jungkook?""Ya ampun Mas Reiko."Tadi Reiko yang gemas sekarang Aida yang kesal sendiri pada suaminya."Aku kenal sama dia aja ndak kok.""Kalau gak kenal, kenapa kamu mikirin dia di otakmu?""Hehehe."Aida lalu terkekeh sebentar. Betul juga yang dikatakan Reiko. Untuk apa dia memikirkannya?Otak Aida berpikir dulu sebentar sebelum dia menjawab.
"Heeeh, tapi Mas Reiko nggak pernah ngasih saran kayak gitu sama Mbak lebahnya, kan?""Ssssh."Melihat mata itu sudah kembali menunjukkan tatapan tak bersahabat, Aida hanya mencembungkan pipinya saja sambil mengangguk pelan."Kalau main ke tempatnya Mbak Inggrid juga ndak boleh?""Gak. Emangnya nggak cukup ketemuan di kampus? Kamu mau main sampai jam berapa? Ngampus itu biasanya jam tujuh juga udah berangkat kan ada kelas pagi. Untuk anak-anak baru biasanya jadwalnya padat dan baru selesai sampai jam lima. Belum di rumah ngerjain tugas," sengit Reiko protes.