"Mas Reiko kenapa malah ngeliatin aku kayak gitu?"
Mendengar permintaan Aida barusan, jelas saja membuat Reiko antara percaya dan tak percaya.
Selama ini dia selalu menawarkan Aida, tapi wanita itu selalu saja menolaknya.
Tapi sekarang dia menginginkan itu.
Ini yang membuat Reiko melonggarkan dekapannya dan matanya memandang tegas pada Aida tanpa bicara.
"Ehm, udah nggak usah bahas itu dulu. Yuk ke dalam, aku bantu kamu keringin badan sama rambutnya dulu, ya."
"Tapi aku beneran
"Eeeh."Pertanyaan Reiko barusan jelas memberikan ketakutan tersendiri di dalam hati Aida.Itu bisa terlihat jelas di wajahnya bagaimana Aida terlihat begitu ngeri membayangkan sesuatu yang akan terjadi jika dia mengatakan dirinya sudah tidak sakit lagi."Perih Mas Reiko. Buat jalan saja susah. Aku ndak mau. Pokoknya aku ndak mau yang kayak gitu."Pening sudah kepala Reiko mendengar yang dikatakan Aida. Bagaimana mungkin mereka tidak melakukan itu lagi, sedangkan dia ingin melakukannya bahkan beberapa kali sehari?Tapi Aida benar-benar ketakutan. Mau bagaim
Reiko : Sama-sama Bee. Semoga semua sukses ya dan kamu bisa menangin tender itu. Masih ada beberapa penyisihan lagi, bukan?Brigita : Setelah penyisihan ketiga ini akan ada penyisihan keempat, tapi aku ada sedikit masalah disini untuk rooftop. Salah satu hotelnya ternyata ada perubahan. Design ditambah rooftop dan aku belum punya desain untuk rooftop-nya sayang. Di sana ada kolam renang dan apa bagusnya aku masukkan saja kursi-kursi taman begitu?Reiko : Itu terlalu biasa. Mungkin kamu bisa menambahkan satu spot foto dan tempat untuk pertunjukan ditambah lagi sedikit dekorasi taman dan yang pasti karena ada kolam renang harus dipikirkan juga day bed di sana juga buffet.Brigita : Tapi detailnya bagaimana? Aku agak s
"Eeeh, enggak, tadi aku belum tidur kok Mas Reiko."Tak salah kan, kalau Aida bilang begini? Dia memang belum tidur."Tapi mau tidur mikirin cowok lain?""Hmmm, itu bukan cowok." Melihat Reiko yang sangat marah tentu saja Aida menjawab cepat begini."Dia cewek?""Cowok." Tapi dia juga tidak bisa berbohong karena memang Jungkook adalah cowok."Mau bohongin aku?""Gak gitu, maksudku itu kan ngefans.
"Kamu minta kayak gitu supaya kamu bisa pamer sama Jungkook?""Ya ampun Mas Reiko."Tadi Reiko yang gemas sekarang Aida yang kesal sendiri pada suaminya."Aku kenal sama dia aja ndak kok.""Kalau gak kenal, kenapa kamu mikirin dia di otakmu?""Hehehe."Aida lalu terkekeh sebentar. Betul juga yang dikatakan Reiko. Untuk apa dia memikirkannya?Otak Aida berpikir dulu sebentar sebelum dia menjawab.
"Heeeh, tapi Mas Reiko nggak pernah ngasih saran kayak gitu sama Mbak lebahnya, kan?""Ssssh."Melihat mata itu sudah kembali menunjukkan tatapan tak bersahabat, Aida hanya mencembungkan pipinya saja sambil mengangguk pelan."Kalau main ke tempatnya Mbak Inggrid juga ndak boleh?""Gak. Emangnya nggak cukup ketemuan di kampus? Kamu mau main sampai jam berapa? Ngampus itu biasanya jam tujuh juga udah berangkat kan ada kelas pagi. Untuk anak-anak baru biasanya jadwalnya padat dan baru selesai sampai jam lima. Belum di rumah ngerjain tugas," sengit Reiko protes.
"Hah, kamu ini bicara sembarangan saja. Kamu ini istriku dan bukan kaum mendang mending. Mengerti Ai?"Reiko yang baru saja mendengar celetukan Aida itu sebetulnya ingin tertawa juga.Tapi dia sedang menyetir dan ini setirnya ada di sebelah kiri bukan di kanan. Dia harus full konsentrasi."Lah iya Mas. Di sini serba mahal semua-semuanya. Mas Reiko apa ndak kasihan sama Romo kalau uang Romo kita pakai buat jalan-jalan semahal ini?""Eiiih, jangan kamu pikir semua yang aku kasih ke kamu termasuk yang aku bayarkan untuk biaya ibumu di kampung itu semuanya adalah uang Romo. Itu uangku. Bahkan cincin pernikahanmu itu aku beli dengan uang tab
"Heuuheuuu, tapi kan aku malu Mas, soalnya ini kan basah. Ini bajuku pasti basah, kan?""Gak akan Ai, itu paling juga setetes dua tetes. Kamu percaya aja sama aku, ga akan luber banget, kok."Reiko bicara sambil mengambil tisu untuk menghapus air mata Aida yang masih berlinang."Itu nggak akan ketahuan sama siapapun. Cuman aku paling yang tau, kok. Soalnya kan aku yang pegang di sana basah."Ada senyum jahil di wajah Reiko sambil menggerakkan tangannya."Aromanya juga khas loh."
"Hehehe!"Aida tak berani memikirkan macam-macam setelah mendengarkan ucapan Reiko.Dia bahkan hampir melupakan keinginannya untuk berfoto.Meskipun semua yang ada di sini terlihat menarik.vTapi kalau aku berfoto di sini pasti aku akan diminta sesuatu nanti di dalam kamar. Tapi sepertinya dia tidak akan mengizinkan sebelum aku memberikan izin baginya masuk, bukan? lemas Aida.Padahal di dalam lift itu ornamennya semuanya emas. Di dekat pintu lift juga sama. Di lobi semuanya sangat cantik sekali dan Aida baru melihat hotel dengan pelat emas 24 karat. Itu seperti sebuah hotel impian dan sebuah istana yang megah.