"Heeeh, tapi Mas Reiko nggak pernah ngasih saran kayak gitu sama Mbak lebahnya, kan?"
"Ssssh."
Melihat mata itu sudah kembali menunjukkan tatapan tak bersahabat, Aida hanya mencembungkan pipinya saja sambil mengangguk pelan.
"Kalau main ke tempatnya Mbak Inggrid juga ndak boleh?"
"Gak. Emangnya nggak cukup ketemuan di kampus? Kamu mau main sampai jam berapa? Ngampus itu biasanya jam tujuh juga udah berangkat kan ada kelas pagi. Untuk anak-anak baru biasanya jadwalnya padat dan baru selesai sampai jam lima. Belum di rumah ngerjain tugas," sengit Reiko protes.
"Hah, kamu ini bicara sembarangan saja. Kamu ini istriku dan bukan kaum mendang mending. Mengerti Ai?"Reiko yang baru saja mendengar celetukan Aida itu sebetulnya ingin tertawa juga.Tapi dia sedang menyetir dan ini setirnya ada di sebelah kiri bukan di kanan. Dia harus full konsentrasi."Lah iya Mas. Di sini serba mahal semua-semuanya. Mas Reiko apa ndak kasihan sama Romo kalau uang Romo kita pakai buat jalan-jalan semahal ini?""Eiiih, jangan kamu pikir semua yang aku kasih ke kamu termasuk yang aku bayarkan untuk biaya ibumu di kampung itu semuanya adalah uang Romo. Itu uangku. Bahkan cincin pernikahanmu itu aku beli dengan uang tab
"Heuuheuuu, tapi kan aku malu Mas, soalnya ini kan basah. Ini bajuku pasti basah, kan?""Gak akan Ai, itu paling juga setetes dua tetes. Kamu percaya aja sama aku, ga akan luber banget, kok."Reiko bicara sambil mengambil tisu untuk menghapus air mata Aida yang masih berlinang."Itu nggak akan ketahuan sama siapapun. Cuman aku paling yang tau, kok. Soalnya kan aku yang pegang di sana basah."Ada senyum jahil di wajah Reiko sambil menggerakkan tangannya."Aromanya juga khas loh."
"Hehehe!"Aida tak berani memikirkan macam-macam setelah mendengarkan ucapan Reiko.Dia bahkan hampir melupakan keinginannya untuk berfoto.Meskipun semua yang ada di sini terlihat menarik.vTapi kalau aku berfoto di sini pasti aku akan diminta sesuatu nanti di dalam kamar. Tapi sepertinya dia tidak akan mengizinkan sebelum aku memberikan izin baginya masuk, bukan? lemas Aida.Padahal di dalam lift itu ornamennya semuanya emas. Di dekat pintu lift juga sama. Di lobi semuanya sangat cantik sekali dan Aida baru melihat hotel dengan pelat emas 24 karat. Itu seperti sebuah hotel impian dan sebuah istana yang megah.
"Sssst! Biar aku lanjutkan bicara, Ai!"Aida galau dan bingung, tapi saat ini Reiko malah tersenyum lebar saat jari telunjuknya ada di bibir wanita itu.Tadi Aida baru membuka mulutnya dan ingin bicara, tapi Reiko sudah menaruh jari telunjuknya mengisyaratkan kalau Aida tak boleh mengatakan apa pun."Ya, sebagai laki-laki memang aku menginginkan itu. Tak ada yang salah dengan yang itu. Tapi entah kenapa aku tidak menginginkannya darimu. Dan malah membuat diriku khawatir berlebihan takut akan kehilanganmu kalau memasang itu."Reiko lalu mengamati wajah Aida serius."Aku hanya ingin tinggal lebih lama
"Hhh? Maksudnya apa, Mas?""Eheheh, gak, ini kok gini ya Ai, duuuh sempit banget, Ai!"Reiko kembali senyum-senyum sendiri sambil matanya menatap Aida."Tapi ini enak, loh! Pas, kayak kamu beli celana baru dari toko terus kamu cobain. Maksudku beli celana dalam. Kan enak kalo begini. Nggak kendor. Nggak kayak belel karena dicuci."Jawaban yang membuat Aida ingat sesuatu dan kini dia geleng-geleng kepala sendiri. Dia paham ke arah mana pembicaraan mereka."Mas Reiko itu udah pakai Mbak lebah berapa kali? Pasti sudah ratusan, kan? Ribuan kali? Ya jelaslah bed
"Ehehe, Mas Reiko ngomongnya nyeremin banget.”"Ya aku cuma kasih tahu kamu aja. Karena aku nggak main-main soal ini. Aku juga nggak suka kamu jalan sama Dimas ya kayak waktu itu. Susah payah aku nahan marahku ke kamu waktu itu.""Eeeeh ….""Awas kalau aku liat kamu jalan ama cowok nanti di kampus."Permasalahan yang tak ingin dibahas pun akhirnya jadi keluar saat mereka masih di bawah pancuran shower."Mas Reiko, kita kan mau solat Ashar."Aida tidak mau membahas yang itu. Dia khawatir dan agak ngeri juga kalau membayangkan bagaimana wajah Reiko sekarang kalau pembahasan ini diperpanjang.Fuuh, kok dia mengerikan banget, ya? Emang dia sama Mbak lebah kayak gitu galaknya? Kayaknya mereka romantis. Wah mungkin aku yang gak tahu aja di belakang layar. Aku ndak bisa kebayang kalau dia tahu aku jalan sama Mas Dimas terus makan bareng terus ….Aida tak bisa membayangkan, tapi Reiko tentu saja sudah mengetahui itu karena dia meminta sendiri pada Deni untuk menelusuri CCTV dan mencari tahu k
"Mas, ini ….""Cuma kalung berlian sederhana ditambah mata safir langka di tengahnya. Aku sempetin buat ini pas kita sudah sampai di Abu Dhabi supaya sebelum kita berangkat ke Dubai pesanannya udah siap."Kalung itu memang disimpan Reiko di dalam tasnya dan tadi dia sebetulnya bukan mempersiapkan pekerjaan. Tapi menyimpan kalung itu sambil pura-pura bekerja."Kamu suka, gak?"Tanya yang membuat Aida mengangguk dan hatinya jelas loncat-loncat kegirangan.Itu memang bukan sebuah kalung extraordinary yang diberikan oleh Reiko dan beratnya lumayan di leher Aida.Pria itu hanya memberikan satu kalung emas bertabur berlian yang tidak terlalu berat ditambah dengan mata biru yang sangat indah sekali di tengahnya.Modelnya juga sederhana dan cocok dipakai sehari-hari. Karena memang itu tujuan Reiko."Pas, cantik di lehermu. Pas dengan ukuran tubuhmu yang kecil."Reiko puas saat matanya kini memandangi Aida setelah memasangkan kalungnya. Dan sudah pasti wajah Aida tersipu malu."Jangan dilepas
"Eheheh, bu-bukan Mas, maksudku kan Mas Reiko capek loh."CUP.Karena dia sudah berdiri dan memegang tangan wanitanya mau ke kamar jelas saja Reiko tak tahan untuk mengecupnya."Mas Reiko ni ….""Ssst, iya aku tidur. Tapi entar bangun minta lagi, ya.""Huh? Lagi?"Memerah jelas wajah Aida ketika melihat pria itu mengangguk."Iyalah. Yang kayak gitu kan enak.""Mas Reiko gak cape?""Makanya sekarang kita tidur."Tak mau melihat Aida yang terlihat khawatir karena dirinya memang belum beristirahat, Reiko pun setuju.Selepas mereka menikmati makan malam dan selesai sholat Maghrib akhirnya sudah tak kuat lagi untuk melek. Waktu mereka makan malam memang sebelum sunset. Jadi memang masih kebagian Maghribnya.Dalam dekapan suaminya akhirnya Aida yang merasa hari itu adalah hari kebahagiaan terbesar dalam hidupnya, dia terlelap dalam hitungan menit.Masuk ke dalam zona tidur terdalamnya dengan perasaan yang berbeda.Begitupun dengan Reiko yang hanya manusia biasa dia tak kuat lagi untuk menah