Ratna: Sebenarnya teleponnya itu tadi siang! Tapi ibu mau telepon kamu katanya kamu paling tidur siang kata suamimu. Jadi ibu ndak mau ganggu istirahatmu.
Cih! Untung saja selama ini aku menahan diri untuk tidak memperhatikan CCTV itu dan tidak keluar dari ruangan ini kecuali aku benar-benar membutuhkan sesuatu dapur atau karena ada housekeeping!
Seru hati Aida yang sebetulnya kesal karena yakin sekali kalau dirinya masih dimata-matai.
Tapi, setidaknya kau memperhatikanku?
Bodoh! Ya betul sekali kalau Aida merasa bodoh. Tidak seharusnya dia merasa bahagia bukan kalau diperhatikan oleh seseorang yang tidak pern
Aida: Tenang aja Kakek, Pakde Waluyo memang ndak cerita ke Ibu, hihi. Aku tahu, pasti Pakde-ku tahu kan aku sendiri di Jakarta?Aida mencoba untuk tak pakai perasaan dan menutupi kegalauan hatinya.Adiwijaya: Lah iya, dia sepemikiran sama Reiko. Aku tahu Pakdemu memang ndak pernah ingkar janji. Lagi pula dia yang minta Ibumu juga ndak dikasih tau. Tapi Kakek merasa bersalah sama kamu nduk.Aida: Lah, kenapa toh kek?Adiwijaya: Haah, Kakek minta maaf padamu yo! Kakek juga ndak tahu pas suamimu itu pergi ke Abu Dhabi. Dia pergi diam-diam untuk menyenangi ke hati Kakek dan menghibur Kakek karena kebakaran itu. Padahal kalau Kakek tahu, Kak
(Sehari sebelumnya)"Apa masih ada lagi yang harus kita bahas, Deni?""Saya rasa semuanya sudah clear Pak Reiko," jelas Deni sambil merunut agenda di notebook-nya. "Surat dagang, izin pemasaran dan legal export semua tidak ada masalah dan untuk iklan, gudang, tim yang mengurus pemasaran dan promosi. Semua sudah clear dan sistem sudah dapat bekerja di sini, Pak Reiko. Barang kedua akan datang besok pagi. Sedangkan di gudang sekarang, stok sudah menipis, sisa dua puluh persenan. Penjualan kita bagus di awal launching ini. Karena barang yang datang besok juga sebagian udah ada pemiliknya"Tentu saja mendengar penjelasan dari Deni lega hati Reiko. Perjuangannya tak sia-sia untuk dua bulan berada di Abu Dhabi. Semua yang
Reiko: Halo Pak Sandi! Apa kabarnya?Telepon dari rekan bisnisnya yang tentu saja tak bisa dilewati Reiko.Sandi: Halo Pak Reiko, selamat siang. Maaf saya menelepon tanpa janji di awal. Apa saya mengganggu anda?Reiko: Tidak tentu saja, Pak Sandi. Ada yang bisa saya bantu?Sandi: Tuan Raditya ingin bicara dengan anda, jika anda sedang tidak sibuk, Pak Reiko.Setelah dua bulan, akhirnya dia mau bicara lagi denganku?Ini pertama kalinya untuk Reiko mendengar pernyataan tersebut.
Hari ini, dia cuma keluar untuk mengambil makan sarapan tadi pagi saja. Dan keluar kamar hanya seperempat jam saat kamarnya dibersihkan. Apa yang dia lakukan di dalam kamarnya? Selalu saja setiap hari seperti ini. Betah sekali sih di kamar? keluh Reiko lagi, yang memang tidak pernah luput untuk mengecek CCTV di rumahnya setiap hari, seperti saat ini, ketika matanya memperhatikan CCTV pasti dia protes dengan tingkah laku orang yang diperhatikannya itu.Sebuah keadaan yang memang tidak ingin dilakukan olehnya tapi selalu dilakukannya berulang kali. Sungguh menggelikan bagi dirinya sendiri.Aku sudah melakukan apa yang dia inginkan dan harusnya dia sadar kalau aku tidak memiliki rasa apapun padanya sehingga dia tak seharusnya main perasaan dan memakiku seperti waktu itu, sinis uca
Heish! Sebetulnya Reiko ingin protes.Tapi….Reiko: Jangan bercanda, dong Kek. Aku sudah menentukan strategi terbaikku, dari sini baru ke Mesir. Nah, kakek lihat hasilnya, sekarang kita sudah masuk Abu Dhabi. Dan aku sudah memenuhi janjiku aku rasa. Kita bisa besar di timur tengah, Kek. Apalagi, tembakau kita adalah tembakau terbaik dari Indonesia. Tembakau Srintil di tanam dengan kearifan lokal di lereng gunung Sumbing, Temanggung. Gak semua tempat bisa ditanami Srintil, lagi pula, Kakek tahu bagaimana kebun kita di sana, tempat yang konon mitosnya di pilih sendiri oleh Sunan Kudus dengan capung emasnya itu adalah tanah kita. Dan selalu menghasilkan tembakau dengan kadar nikotin terbaik di dunia.Salah satu tembakau yang memang terkenal da
Brigita: Hmm, aku tahu tentang keberhasilanmu, sayang. Tapi kecemasanku melebihi segala-galanya. Aku benar-benar takut sekali sudah mendang tender tapi nanti gak ada modal!Reiko: Sudahlah tak perlu ditakutkan, Bee. Aku sudah janji akan siapkan modalnya maka aku siapkan. Yang kemarin juga seperti itu, kan?Reiko mengingatkan lagi pada Brigita bagaimana Reiko sudah berhasil melobi Reyhan dan mendapatkan modal untuk kerjasamanya dengan Pramono group.Brigita: Hmm. Tapi sayang aku ingin tanya padamu apa tidak mungkin kalau Pramono group yang membantu mengurus masalah keuangannya juga? Karena kata Shandra agak lambat sekali pencairan dana untuk pembelian barang dari tim Reyhan. Jadi mereka nantinya memesannya sedikit le
Kenapa gak beli online aja?Aida tadinya ingin menolak dan menjawab begitu.Tapi….Kenapa tatapannya kaya orang sakau dan nahan sakit?"Hmmm, Ba-bapak gak pa-apa?"Melihat wajah orang di hadapannya pucat dan memang perihnya perut Reiko, membuatnya tak bisa menutupi ringisan di bibirnya. Aida yakin ada sesuatu yang tak beres dengan Pria yang mengetuk pintu kamarnya tadi."Gak pa-apa. Cepetan bikinin aku makanan berkuah hangat!""Eeeh, Pak, hati-hati!"
"Kalau Bapak mati, saya dapet warisan ndak?""Hey, kau-- sssssh!" Mau mengomel tapi rasa perih yang muncul tiba-tiba membuat Reiko meringis."Hahahah!"Jelas membuat Aida tak bisa menutupi tawa di bibirnya meski saat itu ekor mata Reiko menatap tajam padanya."Kamu tuh, memang kamu pikir aku bakal kasih warisan ke kamu?""Ya ndak sih Pak, tapi Romo pasti kasih saya sesuatu pasti kaaaan, ya kan kan?" tanya Aida sambil main mata. "Lumayan buat modal nikah sama suami baru nanti."
"Biar kubantu. Dan biarkan Reizo menenangkan dirinya dulu."Dan tiba-tiba seseorang datang, padahal tadi dia tidak ada di sana."Tuan Rafael mohon bantuannya."Dokter Juna dan Rafael akhirnya yang menggali sedangkan Reizo sendiri dalam kondisi dia yang tidak tenang. Irsyad menunggu mayat dengan terus saja bertasbih. Dia tidak meninggalkan Aida, meski dia juga tidak menyentuhnya. Hanya memastikan selalu terdengar tasbih dan sholawat di dekat mayit."Allahu Akbar."Dan tiba-tiba saja dokter Juna meninggikan suaranya. Dia kaget betul dengan apa yang dilihat nya sekarang."Raizo berdiri di sini. Atau kau duduk di sini dan teruslah tasbih. Kasihan Aida."Irsyad terpaksa menarik Reizo untuk mendekat pada Aida, sedangkan dirinya cepat-cepat menuju ke liang lahat.Subhanallah, air matanya ingin tumpah sedangkan dokter Juna juga kebingungan."Bahkan bekas daerah-darahnya juga sudah hilang. Kulitnya kembali seperti semula. Tapi dia tidak bernyawa.""Dia mirip seperti Reizo, tapi dia pucat.""Iy
"Aku tahu. Kau jangan banyak bicara!”"Ya sudah, mulailah Reizo, atau lebih baik kau suruh saja Irsyad yang melakukannya kalau memang kau tidak sanggup.""Aw … ehm ... Irsyad, kau saja yang lakukan. Aku tidak bisa."Sudah seperti yang dipikirkan oleh Irsyad, karena memang saat ini pria itu sedang benar-benar terpukul. Apa yang terjadi pada pikirannya, tapi sungguh dia memang merasa marah dan campur aduk yang tak jelas."Allahu Akbar Allahu Akbar."Dan suara lantunan azan yang begitu merdu itu pun tidak bisa membuat pria itu fokus.Aku tidak bisa menyelamatkanmu dulu dan itu semua karena aku datang terlambat. Tapi kini aku juga tidak bisa menyelamatkan istrimu, karena kemarahanku padanya. Aku meninggalkannya dan aku pikir memang dua rekanku menjaganya. Aku tidak buru-buru mencarinya. Ini semua salahku. Mungkin memang aku tidak pantas untuk menjaganya? Dan sebenarnya apa perasaanku padanya? Kenapa aku seperti makin lama makin ingin tahu tentang dirinya? Tapi kenapa dia begitu bodoh? Ken
"Innalillahi wa innalillahi roji'un."Irsyad yang lebih dulu menyadari tentang kepergian seseorang yang sangat dicintainya.Tak tahulah dia harus bagaimana. Tangannya masih menjahit bekas luka saat tadi mengeluarkan bayi. Dan matanya kini basah dengan air mata yang berusaha untuk ditahan olehnya."Hey, bangun! Jangan main-main! Buka matamu!" Tapi lain Irsyad, lain juga pria yang ada di samping Aida yang tadi diberikan oleh Aida rambutnya yang memang rontok. “Bangun! Buka matamu!" Pria itu kembali memaksa."Reizo, kau memintanya bagaimanapun, dia tidak akan bangun. Lukanya terlanjur parah. Lambungnya tersayat, asam lambung di lambungnya menyebar di tubuhnya dan kau tahu? Asam lambung itu sangat berbahaya. Dia bisa melukai dan membakar organ lainnya. Ditambah lagi… lihat ini. Beruntung Aida melahirkan bayinya lebih cepat. Aku tidak tahu kalau ditunda lagi, mungkin bayi-bayi itu juga akan terkena masalah dengan sel kankernya. Pertumbuhan tidak normal dan kau bisa lihat sendiri."Memang a
"Aida."Mereka semua kaget melihat ada beling yang menancap di tubuh Aida dari belakang dan tembus ke depan. Wanita itu pun agak kesulitan untuk bicara."Kau."Leo sudah memegang senjatanya untuk menembak orang di belakang Aida."Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan kami. Chip itu sudah kami bawa."Tapi Alexander yang terluka parah, dia juga bisa menggunakan transportasi. Dan Alexander kloningan yang ada di belakang Aida sudah mengambil chip itu. Di saat yang bersamaan, Alexander yang terluka menghilang lalu dia mendekat pada Alexander yang baru keluar dari kapsul lalu membawa pria itu pergi. Sisa sembilan kapsul lagi yang kacanya pecah sekarang.DOOR DOOR DOOR!Makanya Leo yang sudah memegang senjata cepat-cepat mengarahkan senjatanya ke kepala mereka."Aida!” Dan kini Dokter Juna dengan cepat berusaha untuk masuk mengambil Aida."Cepat bawa dia ke rumah sakit!”Rafael yang bicara, lalu dia menatap Jo dan Leo, dia sudah mengaktifkan peledaknya.“Kita harus cari atau semua orang di
"Ah tidak. Aku hanya mendengar cerita dari Alan.”"Dan Alan." Kini Alexander menunjuk pada Aida dengan senyum kecut di bibirnya. "Kalau bukan karena ada pengkhianat seperti dirinya, aku pasti menang dari Rafael," ujarnya lagi dan kini dia menekankan sambil berjalan mendekat pada Aida."Bisakah kau berdiri diam di sana dan tidak mendekat padaku? Aku risih jika bukan suamiku dekat padaku.""Dan kau tahu? Aku menyukaimu. Kau bisa hidup damai denganku dan bekerja denganku. Untuk menjadi suamimu aku juga tidak masalah. Karena kau adalah wanita yang menarik. Hanya saja, aku harus tekankan padamu keselamatanmu itu bergantung pada keloyalanmu padaku dan aku tidak suka pengkhianatan.""Ehm, kenapa kau menyimpan gudang senjata di apartemen suamiku?""Oh, kau membicarakan senjata di lemari yang baru kebuka?”Aida tak mau Alexander mendekat lagi sehingga dia kembali menanyakan sesuatu untuk mendistraksinya.Tipe orang yang suka show of. Aku harus membuatnya menceritakan semua hal. Ini adalah cara
"Terlalu jauh kalau harus membunuhmu. Aku tidak bisa melawanmu karena sekarang aku juga sedang mengandung. Tapi coba keluarkan dulu saja masnya supaya kau tidak membuang waktuku lebih lama berdiri.""Ah … kau pasti lelah. Kau ingin duduk?” tanyanya lagi.“Kau tunggu di sini! Biar kuambilkan kursi dari ruang kerja suamimu supaya kau bisa duduk.”Dia cukup baik juga. Bisik hati Aida lagi. Sesuatu yang membuat dirinya juga penasaran.Ada sisi baiknya. Apakah ini dari gen yang dimiliki oleh ayahnya Tuan Rafael? Dan ada sisi buruknya, apakah ini dari gen yang dimiliki oleh temannya Tuan Rafael? Karena dia memiliki gabungan gen yang berbeda.Aida tak peduli larangan Alexander untuk mengambil sesuatu dari ruang kerja suaminya, tapi dia sempat mendekat pada tempat emas dan mengambil sesuatu dari sana. Sesuatu yang diselipkan di balik kerudungnya. Di tempat yang tidak bisa terlihat oleh siapa pun tentu saja."Kau duduklah di sini!”"Terima kasih." Aida menjawab dengan ucapan sesantai itu dan d
"Kau sudah mengecek semua isi ruangan di sini?" Aida bertanya masih dengan posisinya berdiri di belakang dinding."Tentu saja. Aku mengecek semuanya termasuk semua lingerie yang kau punya. Wow. Ini sangat menarik sekali. Kau tidak memiliki dua bagian penting bagi tubuh wanita, tapi kamu miliki banyak sekali lingerie. Untuk apa kau memakai itu?"Wajah Alexander seakan-akan ingin menertawai Aida. Dan Aida juga tahu alasan kenapa dia harus memiliki baju itu."Lucu, ya? Aku pun merasakan hal yang sama. Tapi itu kemauan suamiku. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi dia memintaku untuk memakai itu.”"Sepertinya dia sangat suka berkhayal.”"Tidak. Dia bukan orang yang suka berkhayal. Dia adalah orang yang menggunakan logikanya. Dia lebih baik daripada aku.""Tapi untuk apa dia memberikanmu ini?""Menurutmu untuk apa?" tanya Aida di bibirnya.Setidaknya aku bisa mengulur waktu. Aku harus bisa membuat dirinya banyak bercerita sampai ada orang yang menyelamatkanku, pikir di dalam hati Aid
"Selamat datang di tempat tinggalku.""Ini adalah rumahku. Ini adalah apartemen milik Mas Reiko-ku. Bagaimana kalau bisa bilang kalau ini adalah tempat tinggalmu?" Aida pikir, dia akan dibawa ke mana oleh orang yang menculiknya, tapi lagi-lagi dia dibawa ke apartemen yang dulu ditempati bersama dengan suaminya."Haha, tapi sayangnya dia sudah tidak ada di sini. Dan tempat ini aku yang tinggali. Kau sendiri juga tidak meninggalinya.""Apa yang kau cari di sini?""Haha. Kau sangat curigaan sekali."Sebenarnya Aida tidak melucu dan dia bertanya serius, tapi pria yang ada di hadapannya justru selalu saja tertawa setiap kali mendengar pertanyaan darinya. Aida yakin sekali ada sesuatu yang dicari oleh Alexander di sana. Sesuatu yang tidak bisa dia dapatkan."Relax. Kau baru sampai di rumahku sebaiknya kau bersantai dulu. Kenapa mundur terus? Kau mau ke mana, hmm? Ruangan ini tetap segini saja. Dan di belakangmu sudah ada rak buku."Pria di hadapan Aida terus maju karena itulah dia berusaha
"Romo, kami sudah cari ke mana-mana tapi tidak ada. Di rumahnya Pakde Waluyo juga nggak ada, terus kita udah cari di sekeliling rumah Romo juga nggak ada. Tadi aku tanya sama ibunya Mbak Aida juga nggak ada di dalam kamarnya.""Lah, ke mana Aida? Apa mungkin dibawa sama Reizo atau dia ketemu sama Dokter Juna? Tadi itu kan Raditya ngebicarain soal Dokter Juna dan mungkin aja dia cerita ke Dokter Juna kalau dia habis ngomong sama Raditya?""Bisa jadi, Romo. Tapi tadi aku telepon Mbak Aida handphone-nya ketinggalan tuh. Dia ndak bawa handphone.""Mungkin sengaja handphone-nya ndak dibawa supaya ndak ketahuan sama Reizo dia ke mana.""Tapi kan mereka punya alat-alat yang sama. Pasti bisa komunikasi, Romo. Soalnya kata Mbak Aida itu kalau sudah pakai itu, semuanya bisa saling komunikasi. Terus mereka juga sudah tahu di mana letak koordinat masing-masing.""Yo embuh, aku ndak tahu, lah. Lagian kamu kalau udah tahu kayak gitu kok malah nanya sama orang yang nggak tahu?""Hehehe. Habisnya aku