(Sehari sebelumnya)
"Apa masih ada lagi yang harus kita bahas, Deni?"
"Saya rasa semuanya sudah clear Pak Reiko," jelas Deni sambil merunut agenda di notebook-nya. "Surat dagang, izin pemasaran dan legal export semua tidak ada masalah dan untuk iklan, gudang, tim yang mengurus pemasaran dan promosi. Semua sudah clear dan sistem sudah dapat bekerja di sini, Pak Reiko. Barang kedua akan datang besok pagi. Sedangkan di gudang sekarang, stok sudah menipis, sisa dua puluh persenan. Penjualan kita bagus di awal launching ini. Karena barang yang datang besok juga sebagian udah ada pemiliknya"
Tentu saja mendengar penjelasan dari Deni lega hati Reiko. Perjuangannya tak sia-sia untuk dua bulan berada di Abu Dhabi. Semua yang
Reiko: Halo Pak Sandi! Apa kabarnya?Telepon dari rekan bisnisnya yang tentu saja tak bisa dilewati Reiko.Sandi: Halo Pak Reiko, selamat siang. Maaf saya menelepon tanpa janji di awal. Apa saya mengganggu anda?Reiko: Tidak tentu saja, Pak Sandi. Ada yang bisa saya bantu?Sandi: Tuan Raditya ingin bicara dengan anda, jika anda sedang tidak sibuk, Pak Reiko.Setelah dua bulan, akhirnya dia mau bicara lagi denganku?Ini pertama kalinya untuk Reiko mendengar pernyataan tersebut.
Hari ini, dia cuma keluar untuk mengambil makan sarapan tadi pagi saja. Dan keluar kamar hanya seperempat jam saat kamarnya dibersihkan. Apa yang dia lakukan di dalam kamarnya? Selalu saja setiap hari seperti ini. Betah sekali sih di kamar? keluh Reiko lagi, yang memang tidak pernah luput untuk mengecek CCTV di rumahnya setiap hari, seperti saat ini, ketika matanya memperhatikan CCTV pasti dia protes dengan tingkah laku orang yang diperhatikannya itu.Sebuah keadaan yang memang tidak ingin dilakukan olehnya tapi selalu dilakukannya berulang kali. Sungguh menggelikan bagi dirinya sendiri.Aku sudah melakukan apa yang dia inginkan dan harusnya dia sadar kalau aku tidak memiliki rasa apapun padanya sehingga dia tak seharusnya main perasaan dan memakiku seperti waktu itu, sinis uca
Heish! Sebetulnya Reiko ingin protes.Tapi….Reiko: Jangan bercanda, dong Kek. Aku sudah menentukan strategi terbaikku, dari sini baru ke Mesir. Nah, kakek lihat hasilnya, sekarang kita sudah masuk Abu Dhabi. Dan aku sudah memenuhi janjiku aku rasa. Kita bisa besar di timur tengah, Kek. Apalagi, tembakau kita adalah tembakau terbaik dari Indonesia. Tembakau Srintil di tanam dengan kearifan lokal di lereng gunung Sumbing, Temanggung. Gak semua tempat bisa ditanami Srintil, lagi pula, Kakek tahu bagaimana kebun kita di sana, tempat yang konon mitosnya di pilih sendiri oleh Sunan Kudus dengan capung emasnya itu adalah tanah kita. Dan selalu menghasilkan tembakau dengan kadar nikotin terbaik di dunia.Salah satu tembakau yang memang terkenal da
Brigita: Hmm, aku tahu tentang keberhasilanmu, sayang. Tapi kecemasanku melebihi segala-galanya. Aku benar-benar takut sekali sudah mendang tender tapi nanti gak ada modal!Reiko: Sudahlah tak perlu ditakutkan, Bee. Aku sudah janji akan siapkan modalnya maka aku siapkan. Yang kemarin juga seperti itu, kan?Reiko mengingatkan lagi pada Brigita bagaimana Reiko sudah berhasil melobi Reyhan dan mendapatkan modal untuk kerjasamanya dengan Pramono group.Brigita: Hmm. Tapi sayang aku ingin tanya padamu apa tidak mungkin kalau Pramono group yang membantu mengurus masalah keuangannya juga? Karena kata Shandra agak lambat sekali pencairan dana untuk pembelian barang dari tim Reyhan. Jadi mereka nantinya memesannya sedikit le
Kenapa gak beli online aja?Aida tadinya ingin menolak dan menjawab begitu.Tapi….Kenapa tatapannya kaya orang sakau dan nahan sakit?"Hmmm, Ba-bapak gak pa-apa?"Melihat wajah orang di hadapannya pucat dan memang perihnya perut Reiko, membuatnya tak bisa menutupi ringisan di bibirnya. Aida yakin ada sesuatu yang tak beres dengan Pria yang mengetuk pintu kamarnya tadi."Gak pa-apa. Cepetan bikinin aku makanan berkuah hangat!""Eeeh, Pak, hati-hati!"
"Kalau Bapak mati, saya dapet warisan ndak?""Hey, kau-- sssssh!" Mau mengomel tapi rasa perih yang muncul tiba-tiba membuat Reiko meringis."Hahahah!"Jelas membuat Aida tak bisa menutupi tawa di bibirnya meski saat itu ekor mata Reiko menatap tajam padanya."Kamu tuh, memang kamu pikir aku bakal kasih warisan ke kamu?""Ya ndak sih Pak, tapi Romo pasti kasih saya sesuatu pasti kaaaan, ya kan kan?" tanya Aida sambil main mata. "Lumayan buat modal nikah sama suami baru nanti."
"Hah, gak mau Pak!" Aida jelas menolak tegas tak berkeinginan melakukan itu!Bayangannya sudah mengerikan saja memikirkan ini."Katamu itu yang dilakukan ibumu, kamu menipuku?''"Enggak lah Pak! Masa ya saya berani nipu Bapak? Cari mati saya!""Ya udah lakuin, ssssh ... sakit ni perutku!" Reiko meringis lagi menahan perih, ngilu, campur baur rasa perutnya. Dia berusaha untuk buang angin tapi memang tidak bisa-bisa."Kamu ingin ngobatin aku, kalau setengah-setengah gini gimana?" makanya Reiko langsung bicara lagi. "Aku beneran gak bisa buang angin. Mampet, perih perutku, kayak sesek juga!"
Tepat aku sedang mendongak dan pas depan hidungku itu bolongan gas-nya, aish, berasa ada angin neraka ke wajahku, kurang ajar! Aida mau meledak.Meminta pertanggungjawaban atas pencemaran pada paru-parunya.TapiMungkin ini teguran Tuhan supaya aku tidak macam-macam dan ini untuk menghukum otakku yang berpikir seperti orang bodoh! Terima kasih Tuhan kesadaranku kembali karena aroma….."Ehm!" Reiko berdehem dan membuat Aida tak melanjutkan apa yang ada dibenaknya."Hihi, lega ya Pak?"Di saat Reiko meringis karena tak enak hati, Ai