"Sebaiknya tak perlu lagi kupikirkan tentang masalahku dengannya. Lebih baik aku siapkan makanan ini untuknya."Reiko mencoba untuk rasional dulu karena dia ingin menemui Aida, makanya dia tidak mau terlihat galau dengan pikirannya yang sangat mengganggu hatinya itu.Masalah cinta memang membuat hidupnya beratz tapi lebih berat lagi kalau dia harus ribut malam ini dengan Aida."Nah, sudah dipindahkan ke piring dan mangkuk, tinggal aku bawa ke ruang kerjaku," seru Reiko dengan senyum di bibirnya juga karena dia mengingat sesuatu lagi di ruang kerjanya.Apa mungkin semua yang membuatku senyum-senyum setiap kali aku tiduran di sofa itu adalah kenanganku yang bersama dengannya? Baru ada siluet bayangan masa lalu saat Reiko menghabiskan waktunya memeluk Aida di sofa tersebut berjam-jam.Tapi, itu juga menyedihkan untukku karena aku tidak bisa melakukannya lagi, bukan? Ini yang membuatnya sadar apa arti senyum dan tawa itu.Reiko ingin sekali mengingat lebih jauh, tapi memang terbatas sampa
"Ya sudah, sini aku makan.""Ssh, sini biar kusuapi. Bagaimana mau makan kalau tangan diperban begitu?"Kalau ditolak akan membuat mereka ribut makin lama, makanya Aida menerima suapan dari Reiko."Gimana? Rasanya enak tidak?" tanya yang membuat Aida serba sulit. Dia memang sudah merasa sesuatu terjadi pada Reiko."Makan itu ndak perlu enak, yang penting kenyang. Jadi saya sesuap, Mas Reiko sesuap.""Kamu memanggilku ….""Mas Reiko. Puas? Seneng? Kalau sudah seneng, makan cepetan. Kalau tidak kupanggil lagi Pak ….""Ssst, oke aku makan." Senyum Reiko. Dia senang dengan panggilan baru dari Aida barusan. Entah kenapa itu membuat hatinya bahagia dan rasa itu menghilangkan penat dalam benaknya."Kenapa ngeliatin aku begitu? Aku ganteng, ya?" Biasalah, dari dulu Reiko memang suka menggoda istrinya. Aida paham bagaimana tingkahnya."Besok, ada jadwal ndak?" Aida bertanya sebelum Reiko memberikan sesendok suapan."Kamu mau aku ajak jalan-jalan?" tanya Reiko menebak setelah Aida menelan makan
"Dari penjabaranku tadi, harusnya Mas Reiko tahu apa jawabanku."Yah, Reiko bukan orang bodoh. Dia sudah bilang tadi kalau dia tahu ke mana arah pembicaraan Aida. Makanya,terasa sulit hatinya saat menatap Aida."Mas Reiko, aku gak bisa napas kalau dipeluk kenceng begini.""Aku juga gak tahu kenapa aku ingin memelukmu begini, Ai. Cuma aku takut, ingatanku belum kembali saat waktu itu habis. Sedang kini aku gak tau apa yang benar dan salah, aku takut aku salah jalan dan salah menentukan sikap sedang semuanya mix out di kepalaku."Mas Reiko.Hati Aida bergetar. Dia pun menitikkan air mata dan tangannya bergerak memeluk suaminya untuk pertama kali sejak Reiko kehilangan ingatan."Maaf, Ai. Mungkin hidupku hanya berpengaruh buruk padamu dan aku bukan laki-laki yang pantas untukmu. Hanya bisa menyusahkanmu dan hanya bisa menyakiti hatimu. Aku ….""Mas Reiko jangan bicara lagi."Aida mendengarnya pun merasa sakit. Dia tidak ingin mendengar kelanjutannya lagi.Dua-duanya merasa hancur, karena
"Mas Reiko, tidur sama Ratu Lebah selama hilang ingatan? Hmm ... tidur maksudku bukan tidur yang ….""Enggak. Aku tidur di sofa bed ini tiap malem.""Huh?"Aida tidak menyangka kalau Reiko akan menjawab begini."Aku tahu semua foto yang ditunjukkannya itu bisa terlihat kalau aku sangat mencintainya, tapi aku belum bisa memutuskan untuk tidur dengannya. Rasanya berat meski kulihat tubuhnya menarik. Jadi karena memang masih banyak pekerjaan juga, ya aku tidur di sini."Jadi, selama ini aku tidur bersebelahan ruangan dengannya dan Tuhan benar-benar menjaganya sesuai dengan permintaanku kalau dia memang masih jodohku, maka dia tidak akan tidur dengan wanita itu?Meski Aida tahu masih ada kesalahan lain yang dibuat oleh Reiko dengan masuk lagi ke perusahaan Adiwijaya Group, tapi di sini Aida merasa sedikit lega. Dia sulit membayangkan kalau suaminya bersama dengan wanita itu lagi."Senang mendengar jawabanku?" Niat Reiko menggoda dengan pertanyaan ini."Hmm. Seneng banget. Karena Mas Reiko
"Mas Reiko ….""Please Ai, aku sudah mengingat semuanya." Memang tangan Reiko sendiri dingin, karena dia takut sekali sebab memang ada sesuatu yang dilanggarnya. "Aku tidak ingat soal aku harus keluar dari Adiwijaya Group. Aku datang kesana bukan atas dasar kemauanku sendiri dan aku tidak ingat apa pun tentang keputusan itu.""Heuuheuuuu, Mas Reiko."Bukannya menjawab pertanyaan suaminya, Aida refleks menangis tersedu-sedu dan memeluk pria itu."Aku memang bersalah, Mas. Aku memang membuat makar, meski aku hanya merencanakan ini di dalam hatiku sendiri. Aku tidak pernah mengatakan pada Mas Irsyad kalau aku memberikan harapan padanya. Tapi saat itu aku takut kalau Mas Reiko sudah mengingat ingatan yang hilang itu, Mas Reiko akan kembali lagi ke ratu lebah. Aku takut seandainya itu terjadi aku akan dibuang. Aku masih ragu kalau Mas Reiko benar-benar mencintaiku. Dan karena kekhawatiranku ini aku membiarkan Mas Irsyad dekat denganku. Aku salah juga.""Sssh, memang kamu salah, karena memb
"Hmm, kenapa memangnya? Kamu gak keberatan kan, buat bikin aku versi mini sebelum lulus kuliah?"Senyum Aida merekah dan tentu saja dia mengangguk. Sebelumnya yang ketakutan dan tidak mau membuat anak adalah Reiko. Sedangkan Aida memang sudah ingin punya anak dari sejak bayinya keguguran. Jadi dia tak ada masalah."Makasih ya, Mas." Justru hatinya merasa sangat senang sekali."Sssh, kalau sudah dapat kecupan begini dari istriku, kayaknya aku mau coba lagi deh bikin anaknya."Maklum saja istri Reiko biasanya sering malu-malu. Jadi kesempatan ini tidak disia-siakan oleh pria itu dan sudah mulai pemanasan."Akkh, Mas.""Enak, kan? Nikmatin aja ya, Ai."Tak mau membiarkan istrinya sedikit saja beristirahat dari permainan enak itu, Reiko terus melancarkan aksinya sampai hampir sejam berlalu menikmati kebersamaannya, barulah keduanya beristirahat dengan napas yang terengah-engah."Sini, Ai.""Mandi, Mas. Udah mau jam empat, nih.""Hmm, nanti dulu sebentar. Aku mau peluk kamu dulu, masih kan
"Mas Rei ….""Angkat teleponnya dan loudspeaker.”Telepon itu masih berdering dan tadi Reiko naik ke lantai atas sambil berlari, lalu sampai di dalam ruang kerjanya tanpa senyum, dia memberikan handphone itu pada Aida dan memerintah.Aduh, jangan bilang dia cemburu pada Richard. Tapi ngapain Richard juga telepon aku pagi-pagi begini? Ini juga Aida tidak tahu. Tapi dia sudah memencet tombol hijau dan bersiap bicara.Aida: Halo, Richard.Bener dia cemburu, bisik Aida di dalam hatinya karena kini dia bicara dengan Richard sambil matanya menatap Reiko yang mendelik.Richard: Hai, Aida. Maaf, aku menghubungimu pagi-pagi begini. Karena ada sesuatu yang penting harus kukatakan padamu. Hmmm ... ini untuk hubunganmu dan Reiko.Aida: Eh, maksudnya?Tak paham Aida. Dan suaminya juga tampak terganggu dengan penjelasan Richard barusan, wajah Reiko semakin ditekuk.Ada hubungan apa maksudnya? Dia ingin mengambil istriku kah? Mau apa dia? Reiko masih berpikir negatif karena dia masih ingat betul Ric
Ish, memang aku kenapa? Bahkan, aku tidak bersentuhan tangan juga dengannya. Mas Reiko, nih. Aida menggerutu sendiri.Tapi tentu saja Aida sangat menghargai suaminya."Richard, aku ….""Hai, Richard."Belum sempat Aida bicara, tapi sudah ada suara yang memotong dari pintu masuk yang membuat Richard menatap ke sumber suara."Hai Brigita, kemarilah.""Eh, dia …."Dan saat mendekat, saat itulah Brigita yang pasti bisa melihat Aida sudah mendelik tak suka."Oh, namanya Aida. Sesuai dengan rencana yang sudah kukatakan padamu kalau aku akan memperkenalkanmu pada wanita yang spesial dalam hidupku dan Aida adalah orang Indonesia.""Eh, apa?" Bisa dibayangkan kan, bagaimana wajah bingungnya Brigita?"Aida, dia sama suaminya kemungkinan akan bercerai, jadi aku berencana untuk menjadikannya istriku dan anak-anakku sangat dekat sekali dengannya. Kau lihat, kan?"Richard selama beberapa hari terakhir ini memang menelepon Aida dan menanyakan banyak hal padanya. Reiko meminta Aida untuk menceritakan