"Mas Reiko, tidur sama Ratu Lebah selama hilang ingatan? Hmm ... tidur maksudku bukan tidur yang ….""Enggak. Aku tidur di sofa bed ini tiap malem.""Huh?"Aida tidak menyangka kalau Reiko akan menjawab begini."Aku tahu semua foto yang ditunjukkannya itu bisa terlihat kalau aku sangat mencintainya, tapi aku belum bisa memutuskan untuk tidur dengannya. Rasanya berat meski kulihat tubuhnya menarik. Jadi karena memang masih banyak pekerjaan juga, ya aku tidur di sini."Jadi, selama ini aku tidur bersebelahan ruangan dengannya dan Tuhan benar-benar menjaganya sesuai dengan permintaanku kalau dia memang masih jodohku, maka dia tidak akan tidur dengan wanita itu?Meski Aida tahu masih ada kesalahan lain yang dibuat oleh Reiko dengan masuk lagi ke perusahaan Adiwijaya Group, tapi di sini Aida merasa sedikit lega. Dia sulit membayangkan kalau suaminya bersama dengan wanita itu lagi."Senang mendengar jawabanku?" Niat Reiko menggoda dengan pertanyaan ini."Hmm. Seneng banget. Karena Mas Reiko
"Mas Reiko ….""Please Ai, aku sudah mengingat semuanya." Memang tangan Reiko sendiri dingin, karena dia takut sekali sebab memang ada sesuatu yang dilanggarnya. "Aku tidak ingat soal aku harus keluar dari Adiwijaya Group. Aku datang kesana bukan atas dasar kemauanku sendiri dan aku tidak ingat apa pun tentang keputusan itu.""Heuuheuuuu, Mas Reiko."Bukannya menjawab pertanyaan suaminya, Aida refleks menangis tersedu-sedu dan memeluk pria itu."Aku memang bersalah, Mas. Aku memang membuat makar, meski aku hanya merencanakan ini di dalam hatiku sendiri. Aku tidak pernah mengatakan pada Mas Irsyad kalau aku memberikan harapan padanya. Tapi saat itu aku takut kalau Mas Reiko sudah mengingat ingatan yang hilang itu, Mas Reiko akan kembali lagi ke ratu lebah. Aku takut seandainya itu terjadi aku akan dibuang. Aku masih ragu kalau Mas Reiko benar-benar mencintaiku. Dan karena kekhawatiranku ini aku membiarkan Mas Irsyad dekat denganku. Aku salah juga.""Sssh, memang kamu salah, karena memb
"Hmm, kenapa memangnya? Kamu gak keberatan kan, buat bikin aku versi mini sebelum lulus kuliah?"Senyum Aida merekah dan tentu saja dia mengangguk. Sebelumnya yang ketakutan dan tidak mau membuat anak adalah Reiko. Sedangkan Aida memang sudah ingin punya anak dari sejak bayinya keguguran. Jadi dia tak ada masalah."Makasih ya, Mas." Justru hatinya merasa sangat senang sekali."Sssh, kalau sudah dapat kecupan begini dari istriku, kayaknya aku mau coba lagi deh bikin anaknya."Maklum saja istri Reiko biasanya sering malu-malu. Jadi kesempatan ini tidak disia-siakan oleh pria itu dan sudah mulai pemanasan."Akkh, Mas.""Enak, kan? Nikmatin aja ya, Ai."Tak mau membiarkan istrinya sedikit saja beristirahat dari permainan enak itu, Reiko terus melancarkan aksinya sampai hampir sejam berlalu menikmati kebersamaannya, barulah keduanya beristirahat dengan napas yang terengah-engah."Sini, Ai.""Mandi, Mas. Udah mau jam empat, nih.""Hmm, nanti dulu sebentar. Aku mau peluk kamu dulu, masih kan
"Mas Rei ….""Angkat teleponnya dan loudspeaker.”Telepon itu masih berdering dan tadi Reiko naik ke lantai atas sambil berlari, lalu sampai di dalam ruang kerjanya tanpa senyum, dia memberikan handphone itu pada Aida dan memerintah.Aduh, jangan bilang dia cemburu pada Richard. Tapi ngapain Richard juga telepon aku pagi-pagi begini? Ini juga Aida tidak tahu. Tapi dia sudah memencet tombol hijau dan bersiap bicara.Aida: Halo, Richard.Bener dia cemburu, bisik Aida di dalam hatinya karena kini dia bicara dengan Richard sambil matanya menatap Reiko yang mendelik.Richard: Hai, Aida. Maaf, aku menghubungimu pagi-pagi begini. Karena ada sesuatu yang penting harus kukatakan padamu. Hmmm ... ini untuk hubunganmu dan Reiko.Aida: Eh, maksudnya?Tak paham Aida. Dan suaminya juga tampak terganggu dengan penjelasan Richard barusan, wajah Reiko semakin ditekuk.Ada hubungan apa maksudnya? Dia ingin mengambil istriku kah? Mau apa dia? Reiko masih berpikir negatif karena dia masih ingat betul Ric
Ish, memang aku kenapa? Bahkan, aku tidak bersentuhan tangan juga dengannya. Mas Reiko, nih. Aida menggerutu sendiri.Tapi tentu saja Aida sangat menghargai suaminya."Richard, aku ….""Hai, Richard."Belum sempat Aida bicara, tapi sudah ada suara yang memotong dari pintu masuk yang membuat Richard menatap ke sumber suara."Hai Brigita, kemarilah.""Eh, dia …."Dan saat mendekat, saat itulah Brigita yang pasti bisa melihat Aida sudah mendelik tak suka."Oh, namanya Aida. Sesuai dengan rencana yang sudah kukatakan padamu kalau aku akan memperkenalkanmu pada wanita yang spesial dalam hidupku dan Aida adalah orang Indonesia.""Eh, apa?" Bisa dibayangkan kan, bagaimana wajah bingungnya Brigita?"Aida, dia sama suaminya kemungkinan akan bercerai, jadi aku berencana untuk menjadikannya istriku dan anak-anakku sangat dekat sekali dengannya. Kau lihat, kan?"Richard selama beberapa hari terakhir ini memang menelepon Aida dan menanyakan banyak hal padanya. Reiko meminta Aida untuk menceritakan
Cih! Apa mereka sengaja mengerjaiku?Brigita di dalam mobilnya sudah sangat emosi sekali sampai kepikiran itu.Jadi saat aku kembali lagi bersama dengan Reiko, dia sudah menghubungi Richard kah, sampai Richard jadi mengasihaninya dan mencintainya? Wah, pintar sekali dia.Saat seseorang yang selalu saja berpikir negatif dan selalu iri merasa tak suka dengan kebahagiaan orang lain, maka saat itulah dia mulai berpikir tentang hal-hal buruk yang sudah dilakukan rivalnya untuk menghancurkannya.Padahal tidak selamanya kerugian yang dialaminya itu karena perbuatan orang lain.Brigita sudah membayangkan jauh sekali tentang rencana Aida untuk mempermalukannya dan membuat dirinya hancur.Yah, aku yakin sekali dia berusaha menjebakku, apalagi dia dekat dengan Richard karena si bodoh Reiko sudah memberikan jalan, kan? Makanya, Richard berusaha mengerjaiku beberapa bulan terakhir ini dan mencoba mengumpulkan bukti kalau aku mengejarnya untuk membuat Reiko membenciku, begitu?Brigita menggelengkan
Sial. Dia mematikan teleponku begitu saja, padahal aku sedang bicara padanya?Brigita marah dengan sikap ibunya yang tidak mengizinkannya bicara sepatah kata pun.Dia pikir aku tidak sanggup apa, menyelesaikan urusanku sendiri? Kubuktikan, ya. Aku pasti bisa mengurus urusanku sampai selesai dan aku tidak perlu mengakuimu sebagai ibuku lagi!Brigita tidak berpikir kalau dia memang sanggup menyelesaikan urusannya sendiri, untuk apa dia menelepon Alina tadi? Buktinya, kemarin dia pikir dia bisa mendapatkan Richard Gerald Peterson dengan caranya sendiri, tapi buktinya apa? Zonk! Lalu sekarang, apa rencana Brigita?Reiko: Iya, Bee?Brigita: Duh, kau lama sekali sih, mengangkat teleponku? Banyak padahal yang aku mau bicarakan denganmu.
Brigita: Ehm Reiko, iya. Memang aku punya bukti dan kalau dia tidak menggunakan guna-guna, mungkin buktiku ini akan sangat bermanfaat sekali tapi kan dia bisa magic! Ini akan membuat kita kalang kabut dan kesulitan. Lagi pula, dia sepertinya dendam padaku. Jadi kurasa, dia pasti akan melakukan sesuatu yang membuatku sulit dan membuatmu sulit dan yang ada, kita berdua kesulitan nantinya melawannya! Ya ... gimana, ya?Brigita bicara memusingkan orang yang mendengarnya, tidak sistematis, padahal dia tak biasa sepanik ini.Reiko: Bee, kamu tenang, lah. Tak perlu pikirkan sampai sejauh itu! Kalau memang maunya dia seperti itu, ya biarkan saja begitu! Yang pasti satu hal yang aku pelajari selama aku berada di Abu Dhabi, Mesir dan Maroko. Apa pun yang kita lakukan, itu akan kembali pada kita. Kalau memang dia berusaha untuk menjatuhkan kita, maka semua keburukan itu akan menimpa