"Pakaian wanita--"
Aida tak melanjutkan ucapannya justru menghempaskan napas saat matanya mengarah pada apa yang tadi ditunjuk oleh Reiko.
"Hmm, aku tidak mungkin tertarik dengan wanita yang tidak sempurna seperti dirimu, jadi bagaimana mungkin pakaian wanita itu--"
"CUKUP!" Aida membulatkan matanya menyentak. "Aku wanita yang tidak sempurna dan tidak ada pria yang suka dengan wanita seperti diriku karena aku bukan wanita yang pantas untuk dicintai dan hanya pria buta saja yang mau bersama denganku karena masih banyak gadis lain yang tak cacat. Atau mungkin jika sudah tidak ada lagi wanita di dunia ini jadi terpaksa mereka melakukannya denganku. Begitu kan menurut Anda?"
Ish, wanita itu usianya pasti lebih muda dariku sepuluh tahunan kan? Bisa-bisanya dia bicara denganku tidak sopan begitu! Dasar bocil, manja, ngambekan! gerutu Reiko.Sesaat setelah kepergian Aida yang tampak kesal dan marah, makanya Reiko mengomel begitu sambil bersedekap menatap pintu yang sudah tertutup.Tapi lucu ya kalau dia ngambek, hehe! kini Reiko malah senyum-senyum sendiri.Ssssh kenapa bibirnya menggemaskan ya kalau lagi ngambek? Reiko kini menggerakkan jarinya menyusuri bibirnya sendiri.Aish, apa yang kupikirkan? bibir Reiko meringis kali ini, sambil mengamati isi ruangan sisi demi sisiny
"Richard, semuanya sudah siap. Tapi apa kau yakin tidak mau bermalam di sini saja dan tetap pulang?""Hmm, ya Mommy. Anna dan Tasya apa mereka sudah tidur?"Beberapa jam sebelumnya, di London, Richard menutup bukunya dan dia menatap seorang wanita yang kini baru saja masuk ke dalam ruang kerjanya."Anna dan Tasya yah, mereka sudah terlelap. Daddy-mu yang menjaganya dan sepertinya dia juga ikut kelelahan. Jadi mereka tidur bareng di kamar Edward." Senyum Richard mendengar penjelasan Lena."Ada yang lucu?""Hmm. Itu artinya Daddy tidak menjaga mereka, Mommy.
"Tidak Richard, Mereka ada di sana kok!" Lena juga heran."Tadi aku jelas sekali meninggalkan Edward dengan anak-anakmu yang tidur di sisinya!" Lena pucat wajahnya saat menjawab.Dia yakin sekali dan dia bukan wanita yang sudah tua renta dan pikun."Dad!"Richard tahu kalau ibunya tidak berbohong. Makanya dia meninggikan suaranya mencoba memanggil. Tapi langkahnya terhenti. Richard sangat berhati-hati. Memang dia tidak masuk ke dalam. Richard hanya menunggu di luar menyapu pandangannya ke seluruh kamar itu."Kau ada di dalam, Dad? Anna? Tasya?" cemas wajah
"Daddy, apa yang terjadi? Kenapa bisa Ellena?"Richard tentu saja penasaran karena Edward, ayahnya tidak mungkin bersembunyi di dalam sana kalau memang dia tidak mengetahui sesuatu.Dia juga sedang menjaga anak-anak Richard saat tidur dan mereka tetap terlelap. Itu artinya Edward tidak pergi ke kamar Philips. Makanya Edward tak heran Richard bertanya begitu."Aku tadi terbangun karena haus. Lalu aku ingat kalau aku berjanji akan mampir ke kamar ayahku karena ada yang ingin dibicarakan olehnya. Tapi karena ini sudah malam, aku coba mengecek dulu kamarnya. Aku tidak perlu CCTV di mansion ini untuk melihat kondisi kamarnya itu karena aku memasang sendiri satu CCTV kecil yang tersembunyi, di tempel dan ayahku tidak tahu
Dia mau mempercayakan anaknya pada wanita itu? Dia mempercayainya? Apa dia juga kena guna-guna?Kaget sangat Reiko dengan permintaan Richard, makanya dia yang tadinya bersandar, kini duduk tegak memegang perutnya terasa sedikit sakit karena memang tadi dia baru saja muntah-muntah dan ini menambah stresnya juga.Cenat-cenut pun terasa lagi.Richard: Apa kau keberatan?Karena Reiko belum juga membalas Richard jadi berspekulasi.Reiko: Oh, tentu saja tidak.Reiko
"Eh, apa tadi kamu --""Ndak usah kepo! Lagian sebentar lagi kan aku jadi janda terus dia itu kan duda. Jadi janda dan duda tidak ada masalah bukan kalau mau bersama?" cicit Aida cuek. "Itu juga kalau dia mau denganku. Kalau gak yowes ndak apa-apa kok."Reiko baru mau melanjutkan ucapannya tapi sudah dipotong oleh Aida yang tersenyum tanpa pernah merasa bersalah hingga membuat matanya menyipit."Apa? Mau bilang aku ke ganjenan? Nggak punya dua keistimewaan tapi aku berani-beraninya menggoda orang terkaya nomor satu di dunia. Mau bilang begitu?""Kau ini benar-benar ahli nujum ya. Gimana bisa kau menebak isi pikiranku?"
Jadi dia sudah merencanakan setelah dia berpisah denganku akan mengincar cintanya Richard? Apa dia tidak punya otakkah mengharapkan pria sesempurna Richard?Sesaat sebelumnya saat Reiko sudah menutup pintu yang menghubungkan ruang kerjanya dengan kamar Aida dia memaki-maki Aida dalam hatinya sambil menatap ke arah pintu sangat kesal sekali.Tunggu dulu! Kenapa denganku? kenapa aku jadi emosi?Tapi sesaat kemudian setelah dia memaki-maki Aida sekitar lima menitan otaknya kembali bekerja dan Reiko menggunakan logikanya.Kalaupun dia mau berusaha menjadi istri pengganti untuk Richard Gerald Peterson, aku rasa
Kenapa rasanya aku tidak suka dia menyebut kata kampus? tanya yang muncul dari dalam hati Reiko namun dia tidak menjawab apapun."Aku ingin pergi dari rumah ini selama seminggu!" karena Brigita lebih dulu bicara membuat Reiko menatap wanita di sisinya."Terus kenapa?" Aida bingung sekaligus ada tanya dalam hatinya yang membuat dirinya menyeletuk dan Reiko mengalihkan pandangan pada wanita berstatus istrinya itu.Apa dia nyuruh pacarnya pergi? Kok pas banget sama pas aku pengen ketemu Anna dan Tasya! dan bisikan Aida begini muncul saat matanya melirik Reiko."Aku akan meminta kekasihku tidak usah pulang ke apartemen ini supaya tidak diganggu olehmu! Jadi jangan sampai kau sekali-sekali masuk ke dalam ruanganku dan mengobrak-abrik kamarku juga! Satu barang yang hilang aku tidak akan mentolerir! Dan CCTV akan menunjukkan apa yang kau lakukan di sini!"Senyum Aida mendengar ancaman Brigita."Tenang saja. Aku ndak minat dengan barang-barang