"Eh, apa tadi kamu --"
"Ndak usah kepo! Lagian sebentar lagi kan aku jadi janda terus dia itu kan duda. Jadi janda dan duda tidak ada masalah bukan kalau mau bersama?" cicit Aida cuek. "Itu juga kalau dia mau denganku. Kalau gak yowes ndak apa-apa kok."
Reiko baru mau melanjutkan ucapannya tapi sudah dipotong oleh Aida yang tersenyum tanpa pernah merasa bersalah hingga membuat matanya menyipit.
"Apa? Mau bilang aku ke ganjenan? Nggak punya dua keistimewaan tapi aku berani-beraninya menggoda orang terkaya nomor satu di dunia. Mau bilang begitu?"
"Kau ini benar-benar ahli nujum ya. Gimana bisa kau menebak isi pikiranku?"
Jadi dia sudah merencanakan setelah dia berpisah denganku akan mengincar cintanya Richard? Apa dia tidak punya otakkah mengharapkan pria sesempurna Richard?Sesaat sebelumnya saat Reiko sudah menutup pintu yang menghubungkan ruang kerjanya dengan kamar Aida dia memaki-maki Aida dalam hatinya sambil menatap ke arah pintu sangat kesal sekali.Tunggu dulu! Kenapa denganku? kenapa aku jadi emosi?Tapi sesaat kemudian setelah dia memaki-maki Aida sekitar lima menitan otaknya kembali bekerja dan Reiko menggunakan logikanya.Kalaupun dia mau berusaha menjadi istri pengganti untuk Richard Gerald Peterson, aku rasa
Kenapa rasanya aku tidak suka dia menyebut kata kampus? tanya yang muncul dari dalam hati Reiko namun dia tidak menjawab apapun."Aku ingin pergi dari rumah ini selama seminggu!" karena Brigita lebih dulu bicara membuat Reiko menatap wanita di sisinya."Terus kenapa?" Aida bingung sekaligus ada tanya dalam hatinya yang membuat dirinya menyeletuk dan Reiko mengalihkan pandangan pada wanita berstatus istrinya itu.Apa dia nyuruh pacarnya pergi? Kok pas banget sama pas aku pengen ketemu Anna dan Tasya! dan bisikan Aida begini muncul saat matanya melirik Reiko."Aku akan meminta kekasihku tidak usah pulang ke apartemen ini supaya tidak diganggu olehmu! Jadi jangan sampai kau sekali-sekali masuk ke dalam ruanganku dan mengobrak-abrik kamarku juga! Satu barang yang hilang aku tidak akan mentolerir! Dan CCTV akan menunjukkan apa yang kau lakukan di sini!"Senyum Aida mendengar ancaman Brigita."Tenang saja. Aku ndak minat dengan barang-barang
Kenapa aku tidak sering survei tempat ini dulu? keluh hatinya.Kalau menaruh makanan di tempat yang salah. Ya, bisa bahaya dan tenant tidak boleh se-berantakan ini! Reiko juga tidak paham.Malah ini membuatnya tak bisa konsentrasi lagi."Apa yang dijual di sini sebelum tenan ini di sini?”"Ada beberapa booth yang kosong, Pak.""Kosong? Kenapa?" Reiko mendesak."Saya juga tidak tahu kenapa ini tidak dijual oleh Seno. Jadi saya m
"Ssssh!" Reiko tentu tak bisa mengabaikan telepon itu, dia pun segera mungkin menghubungkan line teleponnya.Reiko: Richard, maaf aku terlambat. Aku baru menyelesaikan urusanku dan sekarang aku akan menjemput istriku.Richard: Oh. Ya tak masalah! Tidak perlu terburu-buru. Take your time. Aku juga ini baru mendarat. Santailah! Kalian bisa datang di waktu jam makan malam dan kita akan makan malam bersama. Aku menelepon untuk memberitahukan padamu kalau aku baru mendarat. Itu saja.Reiko: Oh, ya sudah kalau begitu. Maaf ya. Aku akan menjemput istriku dulu dan mungkin sekitar jam delapan aku baru tiba di tempatmu.Richard: Tak masa
Heish, mungkin tadi aku tidak melihatnya karena di halte busway itu tadi penuh banget kali, ya? Reiko tersenyum getir.Aku nggak bisa ngeliat dia dan aku nggak bisa ngubungin dia. Nunggu di pinggir jalan situ juga nggak bisa, mobil dilarang berenti. Dan dia nggak mungkin nunggu di jembatan penyeberangan karena hujan. Dia pasti ada di dalam halte busway kali ya? Atau dia gak kenalin mobilku?Reiko yang tidak tahu dia harus menelepon siapa lagi karena dia memang orang yang sulit sekali percaya dan nomor telepon yang memang ada di handphonenya hanya nomor telepon Endra yang bisa ditanya olehnya jadi dia mengambil kesimpulan sendiri.Mungkin aku coba cek sekali lagi aja ke sana!
Lucu, tapi kenapa aku senang memangilnya istriku, ya?Namun Reiko memang berusaha untuk berpikir logis dan dia sudah meminta seperti itu ke supir taksinya.Sungguh sebutan yang disematkan membuat luka tak berdarah dalam relung hati Aida. Sesak terasa dan membuatnya hampir lemah.Istri? Apakah karena di depan supir taksi ini dia mau memanggilku begini? Pura-pura saja! cuma Aida mencoba tetap berpikir waras.Dia masih sama seperti dulu? Ish,aAku nggak ngerti gimana jalan pikirannya. Tapi aku gak mau memulai sama seperti dulu, perih rasa di dalam hati
Cerai! Memang yang kuinginkan adalah cerai darinya. Dan aku bisa bersama dengan kekasihku. Tapi memikirkannya kenapa hatiku kayak sesak, ya? Apalagi melihat matanya yang memerah tadi saat dia bicara begitu. Apa yang terjadi padaku? Dia nangis karena kehujanan kah? Kan aku ga nyuruh dia hujan-hujanan sih."Lagian, apa Bapak nggak takut kalau nanti kena sihir saya lagi? Saya guna-guna Bapak sampai Bapak suka lagi sama saya?""Hmm, aku takut. Tapi apa beneran kamu emang peduli sama anak-anaknya Richard sampe ngebet banget pengen ketemu mereka?""Bapak mau mikir saya keganjenan sama bapaknya Anna dan Tasya?" bisik Aida sengit. Tapi Reiko malah tersenyum menyindir.&
"Jadi menurutmu aku memblokir handphonemu?"Tapi aku memang tidak menghubunginya. Aku tidak tahu apakah teleponku diblokir atau tidak. Tapi kalau memang terbukti teleponku diblokir lalu aku menghubunginya jadi akan membuat hatiku makin terasa sakit. Lebih baik aku tidak meneleponya.Aida tak bisa menjawab iya atau tidak. Itu yang ada di dalam hati Aida tapi Reiko juga tidak mengecek handphonenya karena dia juga tidak berani."Dulu aku punya nomor teleponmu, ya? Maksudmu Bee yang memblokir gitu?"Pertanyaan bodoh macam apa lagi yang sekarang harus didengar oleh Aida?