"Ssssh!" Reiko tentu tak bisa mengabaikan telepon itu, dia pun segera mungkin menghubungkan line teleponnya.
Reiko: Richard, maaf aku terlambat. Aku baru menyelesaikan urusanku dan sekarang aku akan menjemput istriku.
Richard: Oh. Ya tak masalah! Tidak perlu terburu-buru. Take your time. Aku juga ini baru mendarat. Santailah! Kalian bisa datang di waktu jam makan malam dan kita akan makan malam bersama. Aku menelepon untuk memberitahukan padamu kalau aku baru mendarat. Itu saja.
Reiko: Oh, ya sudah kalau begitu. Maaf ya. Aku akan menjemput istriku dulu dan mungkin sekitar jam delapan aku baru tiba di tempatmu.
Richard: Tak masa
Heish, mungkin tadi aku tidak melihatnya karena di halte busway itu tadi penuh banget kali, ya? Reiko tersenyum getir.Aku nggak bisa ngeliat dia dan aku nggak bisa ngubungin dia. Nunggu di pinggir jalan situ juga nggak bisa, mobil dilarang berenti. Dan dia nggak mungkin nunggu di jembatan penyeberangan karena hujan. Dia pasti ada di dalam halte busway kali ya? Atau dia gak kenalin mobilku?Reiko yang tidak tahu dia harus menelepon siapa lagi karena dia memang orang yang sulit sekali percaya dan nomor telepon yang memang ada di handphonenya hanya nomor telepon Endra yang bisa ditanya olehnya jadi dia mengambil kesimpulan sendiri.Mungkin aku coba cek sekali lagi aja ke sana!
Lucu, tapi kenapa aku senang memangilnya istriku, ya?Namun Reiko memang berusaha untuk berpikir logis dan dia sudah meminta seperti itu ke supir taksinya.Sungguh sebutan yang disematkan membuat luka tak berdarah dalam relung hati Aida. Sesak terasa dan membuatnya hampir lemah.Istri? Apakah karena di depan supir taksi ini dia mau memanggilku begini? Pura-pura saja! cuma Aida mencoba tetap berpikir waras.Dia masih sama seperti dulu? Ish,aAku nggak ngerti gimana jalan pikirannya. Tapi aku gak mau memulai sama seperti dulu, perih rasa di dalam hati
Cerai! Memang yang kuinginkan adalah cerai darinya. Dan aku bisa bersama dengan kekasihku. Tapi memikirkannya kenapa hatiku kayak sesak, ya? Apalagi melihat matanya yang memerah tadi saat dia bicara begitu. Apa yang terjadi padaku? Dia nangis karena kehujanan kah? Kan aku ga nyuruh dia hujan-hujanan sih."Lagian, apa Bapak nggak takut kalau nanti kena sihir saya lagi? Saya guna-guna Bapak sampai Bapak suka lagi sama saya?""Hmm, aku takut. Tapi apa beneran kamu emang peduli sama anak-anaknya Richard sampe ngebet banget pengen ketemu mereka?""Bapak mau mikir saya keganjenan sama bapaknya Anna dan Tasya?" bisik Aida sengit. Tapi Reiko malah tersenyum menyindir.&
"Jadi menurutmu aku memblokir handphonemu?"Tapi aku memang tidak menghubunginya. Aku tidak tahu apakah teleponku diblokir atau tidak. Tapi kalau memang terbukti teleponku diblokir lalu aku menghubunginya jadi akan membuat hatiku makin terasa sakit. Lebih baik aku tidak meneleponya.Aida tak bisa menjawab iya atau tidak. Itu yang ada di dalam hati Aida tapi Reiko juga tidak mengecek handphonenya karena dia juga tidak berani."Dulu aku punya nomor teleponmu, ya? Maksudmu Bee yang memblokir gitu?"Pertanyaan bodoh macam apa lagi yang sekarang harus didengar oleh Aida?
"Ayo cepetan masuk!" Aida mengingatkan Reiko yang membuat pria itu kembali sadar kalau dia sempat terpaku pada Aida.“Nanti dicurigain kalau kita tetap di luar sini. Mana Bapak nggak bawa mobil lagi," kesal Aida karena Reiko tidak merespon apapun."Sini kasih tasnya ke aku!"Suami Aida memaksa sambil berjalan naik ke tangga di rumah Richard."Kenapa melirikku begitu?" Aida sudah judes sekali menatap Reiko tak suka."Apa kau juga mengguna-gunai keluargaku sampai papaku juga menceritakan kalau aku memanggilmu
Kenapa juga dia harus menggandeng tanganku, sih? Dia bilang aku ini sudah buat guna-guna padanya, kenapa juga nempel-nempel terus? gerutu Aida karena memang Reiko tiba-tiba menggenggam tangannya seakan-akan menarik Aida supaya tidak berjalan lebih dulu sebelum dia memindahkan tangan itu jadi merangkul Aida, sangat posesif.Richard itu sangat menghargai wanita dan sangat menyayangi istrinya. Kalau dia liat Mas Reiko berlaku buruk padaku atau dia tahu hubungan kami bermasalah, apa nanti tidak akan mempermasalahkan hubungannya dengan mas Reiko soal bisnis, ya? Itukah alasannya merangkulku?Aida jadi kepikiran yang dikatakan Tasya.RICHARD SANGAT BERHATI-HATI SEKALI BERSIKAP PADA WANITA BUKAN KAR
"Kau gantilah di sana. Dan nanti kalau sudah selesai panggil aku. Kita akan keluar bertemu Richard!” seru Aida lagi, makin emosi.Harusnya Reiko tahu kalau Aida yang sudah basah kuyup tadi masuk ke sana tujuannya untuk ganti baju. Kenapa juga dia malah masuk?"Kamu itu mau pakai baju apa?" tapi Reiko tak peduli.Fokusnya justru pada pakaian Aida yang tergeletak di bawah yang basah dan dia melihat pakaian yang dipegang Ada."Bajukulah. Keluar cepat!" Aida makin gemas."Hei, kenapa kau malah mendekat ke sini, aku suruh kau keluar!"
"Menurut padaku atau kita tak keluar!" Reiko melirik tajam."Aku masih suamimu dan kurasa Richard tak akan bisa berbuat macam-macam kalau aku memutuskan kau harus tetap ada di kamar ini."Aku cuma tidak mau kalau hatiku akan terusik lagi olehnya. Tapi aku tentu saja tidak akan membiarkan Richard berpikir buruk tentangnya karena orang mengesalkan memiliki bisnis yang berhubungan dengan MTC.Saat ini Aida tidak punya pilihan karena mereka mau keluar kamar dan di sana ada CCTV banyak, dia tahu kalau harus menunjukkan sikap kalau mereka pasangan yang tidak bermasalah.Pegangan tangan sudah cukup bukan?