Dia mau mempercayakan anaknya pada wanita itu? Dia mempercayainya? Apa dia juga kena guna-guna?
Kaget sangat Reiko dengan permintaan Richard, makanya dia yang tadinya bersandar, kini duduk tegak memegang perutnya terasa sedikit sakit karena memang tadi dia baru saja muntah-muntah dan ini menambah stresnya juga.
Cenat-cenut pun terasa lagi.
Richard: Apa kau keberatan?
Karena Reiko belum juga membalas Richard jadi berspekulasi.
Reiko: Oh, tentu saja tidak.
Reiko
"Eh, apa tadi kamu --""Ndak usah kepo! Lagian sebentar lagi kan aku jadi janda terus dia itu kan duda. Jadi janda dan duda tidak ada masalah bukan kalau mau bersama?" cicit Aida cuek. "Itu juga kalau dia mau denganku. Kalau gak yowes ndak apa-apa kok."Reiko baru mau melanjutkan ucapannya tapi sudah dipotong oleh Aida yang tersenyum tanpa pernah merasa bersalah hingga membuat matanya menyipit."Apa? Mau bilang aku ke ganjenan? Nggak punya dua keistimewaan tapi aku berani-beraninya menggoda orang terkaya nomor satu di dunia. Mau bilang begitu?""Kau ini benar-benar ahli nujum ya. Gimana bisa kau menebak isi pikiranku?"
Jadi dia sudah merencanakan setelah dia berpisah denganku akan mengincar cintanya Richard? Apa dia tidak punya otakkah mengharapkan pria sesempurna Richard?Sesaat sebelumnya saat Reiko sudah menutup pintu yang menghubungkan ruang kerjanya dengan kamar Aida dia memaki-maki Aida dalam hatinya sambil menatap ke arah pintu sangat kesal sekali.Tunggu dulu! Kenapa denganku? kenapa aku jadi emosi?Tapi sesaat kemudian setelah dia memaki-maki Aida sekitar lima menitan otaknya kembali bekerja dan Reiko menggunakan logikanya.Kalaupun dia mau berusaha menjadi istri pengganti untuk Richard Gerald Peterson, aku rasa
Kenapa rasanya aku tidak suka dia menyebut kata kampus? tanya yang muncul dari dalam hati Reiko namun dia tidak menjawab apapun."Aku ingin pergi dari rumah ini selama seminggu!" karena Brigita lebih dulu bicara membuat Reiko menatap wanita di sisinya."Terus kenapa?" Aida bingung sekaligus ada tanya dalam hatinya yang membuat dirinya menyeletuk dan Reiko mengalihkan pandangan pada wanita berstatus istrinya itu.Apa dia nyuruh pacarnya pergi? Kok pas banget sama pas aku pengen ketemu Anna dan Tasya! dan bisikan Aida begini muncul saat matanya melirik Reiko."Aku akan meminta kekasihku tidak usah pulang ke apartemen ini supaya tidak diganggu olehmu! Jadi jangan sampai kau sekali-sekali masuk ke dalam ruanganku dan mengobrak-abrik kamarku juga! Satu barang yang hilang aku tidak akan mentolerir! Dan CCTV akan menunjukkan apa yang kau lakukan di sini!"Senyum Aida mendengar ancaman Brigita."Tenang saja. Aku ndak minat dengan barang-barang
Kenapa aku tidak sering survei tempat ini dulu? keluh hatinya.Kalau menaruh makanan di tempat yang salah. Ya, bisa bahaya dan tenant tidak boleh se-berantakan ini! Reiko juga tidak paham.Malah ini membuatnya tak bisa konsentrasi lagi."Apa yang dijual di sini sebelum tenan ini di sini?”"Ada beberapa booth yang kosong, Pak.""Kosong? Kenapa?" Reiko mendesak."Saya juga tidak tahu kenapa ini tidak dijual oleh Seno. Jadi saya m
"Ssssh!" Reiko tentu tak bisa mengabaikan telepon itu, dia pun segera mungkin menghubungkan line teleponnya.Reiko: Richard, maaf aku terlambat. Aku baru menyelesaikan urusanku dan sekarang aku akan menjemput istriku.Richard: Oh. Ya tak masalah! Tidak perlu terburu-buru. Take your time. Aku juga ini baru mendarat. Santailah! Kalian bisa datang di waktu jam makan malam dan kita akan makan malam bersama. Aku menelepon untuk memberitahukan padamu kalau aku baru mendarat. Itu saja.Reiko: Oh, ya sudah kalau begitu. Maaf ya. Aku akan menjemput istriku dulu dan mungkin sekitar jam delapan aku baru tiba di tempatmu.Richard: Tak masa
Heish, mungkin tadi aku tidak melihatnya karena di halte busway itu tadi penuh banget kali, ya? Reiko tersenyum getir.Aku nggak bisa ngeliat dia dan aku nggak bisa ngubungin dia. Nunggu di pinggir jalan situ juga nggak bisa, mobil dilarang berenti. Dan dia nggak mungkin nunggu di jembatan penyeberangan karena hujan. Dia pasti ada di dalam halte busway kali ya? Atau dia gak kenalin mobilku?Reiko yang tidak tahu dia harus menelepon siapa lagi karena dia memang orang yang sulit sekali percaya dan nomor telepon yang memang ada di handphonenya hanya nomor telepon Endra yang bisa ditanya olehnya jadi dia mengambil kesimpulan sendiri.Mungkin aku coba cek sekali lagi aja ke sana!
Lucu, tapi kenapa aku senang memangilnya istriku, ya?Namun Reiko memang berusaha untuk berpikir logis dan dia sudah meminta seperti itu ke supir taksinya.Sungguh sebutan yang disematkan membuat luka tak berdarah dalam relung hati Aida. Sesak terasa dan membuatnya hampir lemah.Istri? Apakah karena di depan supir taksi ini dia mau memanggilku begini? Pura-pura saja! cuma Aida mencoba tetap berpikir waras.Dia masih sama seperti dulu? Ish,aAku nggak ngerti gimana jalan pikirannya. Tapi aku gak mau memulai sama seperti dulu, perih rasa di dalam hati
Cerai! Memang yang kuinginkan adalah cerai darinya. Dan aku bisa bersama dengan kekasihku. Tapi memikirkannya kenapa hatiku kayak sesak, ya? Apalagi melihat matanya yang memerah tadi saat dia bicara begitu. Apa yang terjadi padaku? Dia nangis karena kehujanan kah? Kan aku ga nyuruh dia hujan-hujanan sih."Lagian, apa Bapak nggak takut kalau nanti kena sihir saya lagi? Saya guna-guna Bapak sampai Bapak suka lagi sama saya?""Hmm, aku takut. Tapi apa beneran kamu emang peduli sama anak-anaknya Richard sampe ngebet banget pengen ketemu mereka?""Bapak mau mikir saya keganjenan sama bapaknya Anna dan Tasya?" bisik Aida sengit. Tapi Reiko malah tersenyum menyindir.&
"Biar kubantu. Dan biarkan Reizo menenangkan dirinya dulu."Dan tiba-tiba seseorang datang, padahal tadi dia tidak ada di sana."Tuan Rafael mohon bantuannya."Dokter Juna dan Rafael akhirnya yang menggali sedangkan Reizo sendiri dalam kondisi dia yang tidak tenang. Irsyad menunggu mayat dengan terus saja bertasbih. Dia tidak meninggalkan Aida, meski dia juga tidak menyentuhnya. Hanya memastikan selalu terdengar tasbih dan sholawat di dekat mayit."Allahu Akbar."Dan tiba-tiba saja dokter Juna meninggikan suaranya. Dia kaget betul dengan apa yang dilihat nya sekarang."Raizo berdiri di sini. Atau kau duduk di sini dan teruslah tasbih. Kasihan Aida."Irsyad terpaksa menarik Reizo untuk mendekat pada Aida, sedangkan dirinya cepat-cepat menuju ke liang lahat.Subhanallah, air matanya ingin tumpah sedangkan dokter Juna juga kebingungan."Bahkan bekas daerah-darahnya juga sudah hilang. Kulitnya kembali seperti semula. Tapi dia tidak bernyawa.""Dia mirip seperti Reizo, tapi dia pucat.""Iy
"Aku tahu. Kau jangan banyak bicara!”"Ya sudah, mulailah Reizo, atau lebih baik kau suruh saja Irsyad yang melakukannya kalau memang kau tidak sanggup.""Aw … ehm ... Irsyad, kau saja yang lakukan. Aku tidak bisa."Sudah seperti yang dipikirkan oleh Irsyad, karena memang saat ini pria itu sedang benar-benar terpukul. Apa yang terjadi pada pikirannya, tapi sungguh dia memang merasa marah dan campur aduk yang tak jelas."Allahu Akbar Allahu Akbar."Dan suara lantunan azan yang begitu merdu itu pun tidak bisa membuat pria itu fokus.Aku tidak bisa menyelamatkanmu dulu dan itu semua karena aku datang terlambat. Tapi kini aku juga tidak bisa menyelamatkan istrimu, karena kemarahanku padanya. Aku meninggalkannya dan aku pikir memang dua rekanku menjaganya. Aku tidak buru-buru mencarinya. Ini semua salahku. Mungkin memang aku tidak pantas untuk menjaganya? Dan sebenarnya apa perasaanku padanya? Kenapa aku seperti makin lama makin ingin tahu tentang dirinya? Tapi kenapa dia begitu bodoh? Ken
"Innalillahi wa innalillahi roji'un."Irsyad yang lebih dulu menyadari tentang kepergian seseorang yang sangat dicintainya.Tak tahulah dia harus bagaimana. Tangannya masih menjahit bekas luka saat tadi mengeluarkan bayi. Dan matanya kini basah dengan air mata yang berusaha untuk ditahan olehnya."Hey, bangun! Jangan main-main! Buka matamu!" Tapi lain Irsyad, lain juga pria yang ada di samping Aida yang tadi diberikan oleh Aida rambutnya yang memang rontok. “Bangun! Buka matamu!" Pria itu kembali memaksa."Reizo, kau memintanya bagaimanapun, dia tidak akan bangun. Lukanya terlanjur parah. Lambungnya tersayat, asam lambung di lambungnya menyebar di tubuhnya dan kau tahu? Asam lambung itu sangat berbahaya. Dia bisa melukai dan membakar organ lainnya. Ditambah lagi… lihat ini. Beruntung Aida melahirkan bayinya lebih cepat. Aku tidak tahu kalau ditunda lagi, mungkin bayi-bayi itu juga akan terkena masalah dengan sel kankernya. Pertumbuhan tidak normal dan kau bisa lihat sendiri."Memang a
"Aida."Mereka semua kaget melihat ada beling yang menancap di tubuh Aida dari belakang dan tembus ke depan. Wanita itu pun agak kesulitan untuk bicara."Kau."Leo sudah memegang senjatanya untuk menembak orang di belakang Aida."Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan kami. Chip itu sudah kami bawa."Tapi Alexander yang terluka parah, dia juga bisa menggunakan transportasi. Dan Alexander kloningan yang ada di belakang Aida sudah mengambil chip itu. Di saat yang bersamaan, Alexander yang terluka menghilang lalu dia mendekat pada Alexander yang baru keluar dari kapsul lalu membawa pria itu pergi. Sisa sembilan kapsul lagi yang kacanya pecah sekarang.DOOR DOOR DOOR!Makanya Leo yang sudah memegang senjata cepat-cepat mengarahkan senjatanya ke kepala mereka."Aida!” Dan kini Dokter Juna dengan cepat berusaha untuk masuk mengambil Aida."Cepat bawa dia ke rumah sakit!”Rafael yang bicara, lalu dia menatap Jo dan Leo, dia sudah mengaktifkan peledaknya.“Kita harus cari atau semua orang di
"Ah tidak. Aku hanya mendengar cerita dari Alan.”"Dan Alan." Kini Alexander menunjuk pada Aida dengan senyum kecut di bibirnya. "Kalau bukan karena ada pengkhianat seperti dirinya, aku pasti menang dari Rafael," ujarnya lagi dan kini dia menekankan sambil berjalan mendekat pada Aida."Bisakah kau berdiri diam di sana dan tidak mendekat padaku? Aku risih jika bukan suamiku dekat padaku.""Dan kau tahu? Aku menyukaimu. Kau bisa hidup damai denganku dan bekerja denganku. Untuk menjadi suamimu aku juga tidak masalah. Karena kau adalah wanita yang menarik. Hanya saja, aku harus tekankan padamu keselamatanmu itu bergantung pada keloyalanmu padaku dan aku tidak suka pengkhianatan.""Ehm, kenapa kau menyimpan gudang senjata di apartemen suamiku?""Oh, kau membicarakan senjata di lemari yang baru kebuka?”Aida tak mau Alexander mendekat lagi sehingga dia kembali menanyakan sesuatu untuk mendistraksinya.Tipe orang yang suka show of. Aku harus membuatnya menceritakan semua hal. Ini adalah cara
"Terlalu jauh kalau harus membunuhmu. Aku tidak bisa melawanmu karena sekarang aku juga sedang mengandung. Tapi coba keluarkan dulu saja masnya supaya kau tidak membuang waktuku lebih lama berdiri.""Ah … kau pasti lelah. Kau ingin duduk?” tanyanya lagi.“Kau tunggu di sini! Biar kuambilkan kursi dari ruang kerja suamimu supaya kau bisa duduk.”Dia cukup baik juga. Bisik hati Aida lagi. Sesuatu yang membuat dirinya juga penasaran.Ada sisi baiknya. Apakah ini dari gen yang dimiliki oleh ayahnya Tuan Rafael? Dan ada sisi buruknya, apakah ini dari gen yang dimiliki oleh temannya Tuan Rafael? Karena dia memiliki gabungan gen yang berbeda.Aida tak peduli larangan Alexander untuk mengambil sesuatu dari ruang kerja suaminya, tapi dia sempat mendekat pada tempat emas dan mengambil sesuatu dari sana. Sesuatu yang diselipkan di balik kerudungnya. Di tempat yang tidak bisa terlihat oleh siapa pun tentu saja."Kau duduklah di sini!”"Terima kasih." Aida menjawab dengan ucapan sesantai itu dan d
"Kau sudah mengecek semua isi ruangan di sini?" Aida bertanya masih dengan posisinya berdiri di belakang dinding."Tentu saja. Aku mengecek semuanya termasuk semua lingerie yang kau punya. Wow. Ini sangat menarik sekali. Kau tidak memiliki dua bagian penting bagi tubuh wanita, tapi kamu miliki banyak sekali lingerie. Untuk apa kau memakai itu?"Wajah Alexander seakan-akan ingin menertawai Aida. Dan Aida juga tahu alasan kenapa dia harus memiliki baju itu."Lucu, ya? Aku pun merasakan hal yang sama. Tapi itu kemauan suamiku. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi dia memintaku untuk memakai itu.”"Sepertinya dia sangat suka berkhayal.”"Tidak. Dia bukan orang yang suka berkhayal. Dia adalah orang yang menggunakan logikanya. Dia lebih baik daripada aku.""Tapi untuk apa dia memberikanmu ini?""Menurutmu untuk apa?" tanya Aida di bibirnya.Setidaknya aku bisa mengulur waktu. Aku harus bisa membuat dirinya banyak bercerita sampai ada orang yang menyelamatkanku, pikir di dalam hati Aid
"Selamat datang di tempat tinggalku.""Ini adalah rumahku. Ini adalah apartemen milik Mas Reiko-ku. Bagaimana kalau bisa bilang kalau ini adalah tempat tinggalmu?" Aida pikir, dia akan dibawa ke mana oleh orang yang menculiknya, tapi lagi-lagi dia dibawa ke apartemen yang dulu ditempati bersama dengan suaminya."Haha, tapi sayangnya dia sudah tidak ada di sini. Dan tempat ini aku yang tinggali. Kau sendiri juga tidak meninggalinya.""Apa yang kau cari di sini?""Haha. Kau sangat curigaan sekali."Sebenarnya Aida tidak melucu dan dia bertanya serius, tapi pria yang ada di hadapannya justru selalu saja tertawa setiap kali mendengar pertanyaan darinya. Aida yakin sekali ada sesuatu yang dicari oleh Alexander di sana. Sesuatu yang tidak bisa dia dapatkan."Relax. Kau baru sampai di rumahku sebaiknya kau bersantai dulu. Kenapa mundur terus? Kau mau ke mana, hmm? Ruangan ini tetap segini saja. Dan di belakangmu sudah ada rak buku."Pria di hadapan Aida terus maju karena itulah dia berusaha
"Romo, kami sudah cari ke mana-mana tapi tidak ada. Di rumahnya Pakde Waluyo juga nggak ada, terus kita udah cari di sekeliling rumah Romo juga nggak ada. Tadi aku tanya sama ibunya Mbak Aida juga nggak ada di dalam kamarnya.""Lah, ke mana Aida? Apa mungkin dibawa sama Reizo atau dia ketemu sama Dokter Juna? Tadi itu kan Raditya ngebicarain soal Dokter Juna dan mungkin aja dia cerita ke Dokter Juna kalau dia habis ngomong sama Raditya?""Bisa jadi, Romo. Tapi tadi aku telepon Mbak Aida handphone-nya ketinggalan tuh. Dia ndak bawa handphone.""Mungkin sengaja handphone-nya ndak dibawa supaya ndak ketahuan sama Reizo dia ke mana.""Tapi kan mereka punya alat-alat yang sama. Pasti bisa komunikasi, Romo. Soalnya kata Mbak Aida itu kalau sudah pakai itu, semuanya bisa saling komunikasi. Terus mereka juga sudah tahu di mana letak koordinat masing-masing.""Yo embuh, aku ndak tahu, lah. Lagian kamu kalau udah tahu kayak gitu kok malah nanya sama orang yang nggak tahu?""Hehehe. Habisnya aku