Yuk cek channel Youtube Rich Author ya untuk cerita lainnya.
"Saya rasa sudah cukup jelas, dokter."Tapi sepertinya bukan Aida sasaran yang ingin diajak bicara oleh Silvy. Terbukti dari Silvy yang tersenyum pada pria yang masih berdiri sekitar dua meter dari posisi duduknya."Terima kasih sudah mengingatkan, dokter Silvy."Heish, dokter ini usil sekali dia. Tak tahukah nyawaku sudah di ujung tanduk kalau dia menyinggung Masako? Sungguh keisengan Silvy ini bagai mendorong Aida ketepian jurang, menurut pikiran Aida. Terbayang sudah keributan seperti apan nanti dengan Reiko.Mana aku belum makan lagi, lelah sekali. Aida berbisik lirih dan memilih tak merespon lagi.Untung saja Silvy tidak bicara macam-macam lagi. Dia hanya menanyakan hal-hal standar seperti apakah terasa sakit dan bagaimana nanti Aida harus merawat luka-lukanya itu."Nah, sudah selesai."Akhirnya setelah 2 jam kedua dokter itu berhasil menyelesaikan pekerjaan mereka. Ini agak lama karena memang serpihannya halus dan mereka memang berhati-hati sekali. Terutama Alif, dia juga harus
Habislah aku. Saat dia kembali nanti dia pasti akan mengomel padaku kan? keluh Aida di dalam hatinya sambil dia meringis pelan"Mana aku laper lagi, haduuuh, dari kemarin aku juga belum makan. Bahkan dari hari sebelumnya aku belum makan. Apa dia lupa pecelku dimakan olehnya?"Aida bicara sambil menggerakkan tangan kanannya yang sudah bisa digerakkan perlahan-lahan jarinya karena anestesinya sudah mau habis.Tapi tangan kiri dan kaki kanannya masih belum merespon apapun. Dan Aida baru bener-bener bisa merasakan lapar itu sekarang.Tadi malam dia demam dan malam sebelumnya dia sudah kelelahan karena harus merapikan rumah."Dan ke mana dia? Apa dia meninggalkanku lagi di apartemen ini sendirian? Ya ampun kalau begitu aku harus menunggu sampai anastesi ini hilang baru bisa ambil makan."Posisi Aida sekarang juga masih ada di tengah tempat tidur. Tidak dipinggir kanan dan kiri karena tadi untuk memudahkan Alif dan Silvy mengobatinya."Dan aku belum minum obat pereda nyeri. Kalau begini cer
"Mulutmu itu, selalu saja bikin gatel telingaku.""Hehehe ... canda, Masako, atau MasRoy, singkatan dari Mas Royco?Hahaha."Saat itu pula Reiko menaruh sendok di mangkuk bubur dan matanya mendelik pada Aida yang tadi bisik-bisik padanya dan sekarang tertawa geli."Mau membuat masalah baru denganku, hmm? Belum puas sakit dan tanganmu dalam kondisi seperti ini?"Tapi tampaknya Reiko tak sedang ingin bercanda."Iya, iya Pak MasRoy.""Pak."
"Buka mulutmu dan jangan banyak pertanyaan lagi!"Bukannya menjawab Reiko yang tadi matanya menatap ke arah mangkuk ini justru sudah menyiapkan satu suapan lagi untuk masuk ke dalam mulut Aida.Membuat Aida tentu saja mencibir padanya sebelum membuka mulut."Dia yang buat peraturan, dia sendiri yang cerita-cerita," protes Aida sambil mengunyah makanannya.Aida tahu kalau lagi makan tidak boleh sambil ngomong. Tapi sangking gemasnya ya sudah, dirinya mengoceh saja."Tapi kalau kamu sampai mengadu macam-macam pada dokter Silvy awas kamu ya!" tegas Reiko yang kini menaruh sendok lagi ke mangkuknya.Dia tidak memperhatikan Aida dengan pandangan yang berlebihan. Hanya sekedar menyuapi saja, mata mereka bertautan itu pun sekejap."Justru kalau Bapak kasih tahu kedua dokter itu bisa-bisa mereka juga akan menyebar ke mana-mana dan nanti aku pula yang dituduh," keluh Aida, tanpa dia menceritakan apapun obrolannya tadi dengan Silvy."Itu urusanku.""Pak kedua dokter itu kenal nggak sama ratu le
Reiko: Kakek mau ke sini? Bukannya ada rapatAh beneran Romo Adiwijaya mau ke sini?Kaget juga Aida ketika melihat bagaimana paniknya wajah Reiko dan alasannya.Haduh, gimana nih? Gawat! Kondisiku sekarang --? Aida juga jadi kepikiran, di saat telinga Reiko masih mendengar penjelasan kakeknya.Adiwijaya: Ya iyalah. Mosok cucu mantuku sakit aku gak nengokin? Mumpung kakekmu ini ada di Jakarta. Reiko: Rapatnya kek?Adiwijaya: Wes rampung. Wes, kamu ndak usah kepikiran macem-macem urusan kantor. Tunggu saja, setengah jam paling lama kakek sampai di sana. Mati aku. Sssh, makin repot.Dan hanya itu kata-kata yang ada dalam benak Reiko ketika Adiwijaya sudah mematikan teleponnya. Dipikir Reiko dia bisa beristirahat sebentar dulu setelah house keeping pulang. Tapi ternyata tidak. Malah tambah ribet urusannya sekarang."Romo Adiwijaya mau ke sini bukan?"Lagi-lagi pertanyaan yang tidak dibutuhkan oleh Reiko."Kamu sudah tahu tak perlu banyak tanya," sinis Reiko yang terlihat jelas galau di
"Heeeh, emang cukup waktunya buat ke salon?"tanya Aida dengan pandangan matanya yang mendongak menatap pria yang tak menengok padanya.Pandangan mata Reiko mengarah jauh ke depan dan diam-diam ini juga membuat Aida mengumpat dalam hatinyaKenapa juga aku harus mendongak dan melihat dia? Sedekat ini dan tak menampik, dia tampan,bisik hati Aida yang mencoba untuk mengusir semua pemikirannya soal ini.Masalahnya Reiko begitu dekat dengannya, dari aroma tubuhnya dan tidak bisa dipungkiri juga kalau memang dia menarik.Walaupun Aida tidak mau memperhatikan ini tapi hatinya tidak bisa bohong mengatakan kalau orang yang se
"Ih--""Tutup matamu!"Baru Aida mau menimpali sudah kena marah. Terpaksa dia kembali menutup matanya selama pria di hadapannya itu bermain dengan perlengkapan make up milik kekasihnya.Yang pasti mau protes juga tidak bisa. Aida hanya ngedumel sendiri saja menyayangkan beberapa hari terakhir ini nasibnya begitu sial.Padahal aku sudah berharap selama lima tahun aku tinggal dengannya hidupku akan adem ayem dan aku akan menghindari semua konflik apapun dengannya dan kekasihnya. Tapi baru satu setengah bulan seperti ini saja aku sudah repot banget dengan kedua tanganku dan kakiku juga dua-duanya jadi korban. Sekarang wajah
"Bagiamana keadaanmu, Nduk?"Adiwijaya memang sudah tidak sabar ingin menanyakan bagaimana kondisi Aida makanya ketika Aida yang digendong Reiko sudah sekitar semeter lagi mendekat ke arah ruang tamu, pertanyaan itu tak sabar dilontarkannya."Tidak perlu berdiri Kakek. Biar aku yang ke sana saja. Seperti yang kakek lihat, aku baik-baik saja. Bagaimana kondisi Kakek?"Banyak sekali dia bertanya pada kakekku,seru hati Reiko yang kini melirik Aida. Tentu saja wanita itu tak mempedulikannya dan sedang tak menatapnya.Tapi sepertinya dia tak merasa bersalah tak sopan memberikan pertanyaan sebanyak itu?