Reiko: Kakek mau ke sini? Bukannya ada rapatAh beneran Romo Adiwijaya mau ke sini?Kaget juga Aida ketika melihat bagaimana paniknya wajah Reiko dan alasannya.Haduh, gimana nih? Gawat! Kondisiku sekarang --? Aida juga jadi kepikiran, di saat telinga Reiko masih mendengar penjelasan kakeknya.Adiwijaya: Ya iyalah. Mosok cucu mantuku sakit aku gak nengokin? Mumpung kakekmu ini ada di Jakarta. Reiko: Rapatnya kek?Adiwijaya: Wes rampung. Wes, kamu ndak usah kepikiran macem-macem urusan kantor. Tunggu saja, setengah jam paling lama kakek sampai di sana. Mati aku. Sssh, makin repot.Dan hanya itu kata-kata yang ada dalam benak Reiko ketika Adiwijaya sudah mematikan teleponnya. Dipikir Reiko dia bisa beristirahat sebentar dulu setelah house keeping pulang. Tapi ternyata tidak. Malah tambah ribet urusannya sekarang."Romo Adiwijaya mau ke sini bukan?"Lagi-lagi pertanyaan yang tidak dibutuhkan oleh Reiko."Kamu sudah tahu tak perlu banyak tanya," sinis Reiko yang terlihat jelas galau di
"Heeeh, emang cukup waktunya buat ke salon?"tanya Aida dengan pandangan matanya yang mendongak menatap pria yang tak menengok padanya.Pandangan mata Reiko mengarah jauh ke depan dan diam-diam ini juga membuat Aida mengumpat dalam hatinyaKenapa juga aku harus mendongak dan melihat dia? Sedekat ini dan tak menampik, dia tampan,bisik hati Aida yang mencoba untuk mengusir semua pemikirannya soal ini.Masalahnya Reiko begitu dekat dengannya, dari aroma tubuhnya dan tidak bisa dipungkiri juga kalau memang dia menarik.Walaupun Aida tidak mau memperhatikan ini tapi hatinya tidak bisa bohong mengatakan kalau orang yang se
"Ih--""Tutup matamu!"Baru Aida mau menimpali sudah kena marah. Terpaksa dia kembali menutup matanya selama pria di hadapannya itu bermain dengan perlengkapan make up milik kekasihnya.Yang pasti mau protes juga tidak bisa. Aida hanya ngedumel sendiri saja menyayangkan beberapa hari terakhir ini nasibnya begitu sial.Padahal aku sudah berharap selama lima tahun aku tinggal dengannya hidupku akan adem ayem dan aku akan menghindari semua konflik apapun dengannya dan kekasihnya. Tapi baru satu setengah bulan seperti ini saja aku sudah repot banget dengan kedua tanganku dan kakiku juga dua-duanya jadi korban. Sekarang wajah
"Bagiamana keadaanmu, Nduk?"Adiwijaya memang sudah tidak sabar ingin menanyakan bagaimana kondisi Aida makanya ketika Aida yang digendong Reiko sudah sekitar semeter lagi mendekat ke arah ruang tamu, pertanyaan itu tak sabar dilontarkannya."Tidak perlu berdiri Kakek. Biar aku yang ke sana saja. Seperti yang kakek lihat, aku baik-baik saja. Bagaimana kondisi Kakek?"Banyak sekali dia bertanya pada kakekku,seru hati Reiko yang kini melirik Aida. Tentu saja wanita itu tak mempedulikannya dan sedang tak menatapnya.Tapi sepertinya dia tak merasa bersalah tak sopan memberikan pertanyaan sebanyak itu?
"Kakek mau makan apa? Tapi aku lihat dulu bahannya, kalau gak ada, aku beli dulu sebentar di freshmarket bawah.""Ndak usah beli." Adiwijaya merespon cepat."Buat dengan bahan yang ada saja, Le. Tadi kamu buat apa untuk istrimu? Buatkan yang sama ndak apa-apa kok.""Oh,ya sudah sebentar aku buatkan kakek.”Terpaksa Reiko harus menjawab seperti itu. Meskipun hatinya sebenarnya bersungut.Aku sudah kelelahan padahal,keluh hati Reiko.Dari kemarin pi
Hah, kenapa aku jadi mikirin? Biarin aja sih. Hahaha, moga deh dia bahagia ama ratu lebahnya. Seneng kan punya temen zina bisa segala macam.Tak tahulahkenapa. Tapi memikirkan ini Aida jadi kurang enak moodnya."Ehem."Tapi kakek kayaknya merasa sedih sekali karena cucunya melakukan sama seperti yang dia lakukan. Ah, apa dia khawatir kalau aku akan membuat anaknya menjadi budak? karena itu semua kan pekerjaan wanita?Aida jadi tidak enak hati.Karena itulah,
Habis sudah, selesaihidupku.Gemetar kaki Aida.Mati aku setelah Romo Adiwijaya pulang cucunya bisa menggorokku.Kengerian hati Aida lagi yang hanya bisa tersenyum kikuk mendengar ucapan dari Adiwijaya.Aida tak berani sama sekali menatap Reiko yang entah akan berpikir apa di dalam benaknya mendengar ini."Buka mulutmu, makan dulu. Yang dibilang kakek benar."Haah, beneran habis deh aku.Sepertinya Reiko paham apa yang dimaksud kakeknya. Aida makin ngeri.
"Hihi.""Loh, kok guyu? Yang aku ceritakan itu betulan."Ya dua-duanya memang sangat suka sekali dengan burung."Iya kakek, aku percaya," ucap Aida.Aida tahu kalau keduanya kolektor. Banyak sekali peliharaannya. Ayahnya juga sering cerita karena itu hobi Laksono juga. Dan sebenarnya, setahu Aida, Waluyo punya beberapa burung. Tak mungkin kan, tak ada temannya burung-burung itu?"Kalau ndak ada aku, ya dia ndak ada teman buat tanya-tanya kalau manuk-e sakit. Lagian, dia itu kan apa-apanya aku. Ya ndak pagi, siang, sore pasti ke rumah kok. Sejak nenekn