“Jadi kamu baru selesai belanja bikini?” tanya Hafi saat tidak sengaja melihat isi paper bag yang sedari tadi dibawa Kristal.
“Ssst!” Kristal melotot galak pada Hafi. “Bisa nggak, sih, nggak usah ngumumin ke seluruh pengunjung restoran ini kalau aku baru beli bikini?”
Hafi tertawa puas melihat raut garang di wajah Kristal. Malam ini mereka tidak sengaja bertemu di Central Park. Saat Kristal sedang berjalan, Hafi yang baru turun dari eskalator langsung menghampiri sosok sahabatnya yang sangat ia kenal itu.
Kemudian mereka pun berakhir di Pizza Marzano.
“Tumben kamu main ke daerah sini. Biasanya di selatan terus.”
“Tadi abis dari kantor klien di Slipi,” jawab Kristal. “Aku perhatiin kayaknya
Jadi sahabat untuk seseorang, berarti kadang kita harus siap menjadi teman curhat atau sekadar menemaninya jalan tidak tentu arah kapan pun dibutuhkan (dan kalau memungkinkan).Seperti apa yang dialami Hafi saat ini. Setelah Fioletta menolak ajakan kencannya (Yah, sudah biasa juga, sih, pikir Hafi lagi), tiba-tiba Kristal menelepon dan memerintah bagai seorang ratu pada pengawalnya.“Temenin aku ke Empire sekarang.”Hanya itu yang dikatakan Kristal sebelum menutup telepon dengan semena-mena. Hafi yang masih meringkuk di sofa apartemennya sambil menonton re-run FRIENDS, akhirnya mau tidak mau mengganti pakaiannya.“Ni orang beneran ngajak dugem?” gumam Hafi ragu, tapi tetap keluar dari apartemennya dan bersiap meluncur dengan BMW-nya untuk menjemput si tuan putri.
Hafi: Bro, you owe me A LOT! Nemenin singa betina nggak pernah gampang ya, sori sori aja nih.Kai mendesah pelan melihat pesan dari Hafi, sahabat baik istrinya. Kai sadar ia memang berutang banyak pada lelaki itu karena lelaki itulah yang kini menemani istrinya di Jakarta.Kristal jelas-jelas marah besar dengan Kai yang membatalkan rencana honeymoon mereka. Awalnya justru Kai-lah yang mengajak Kristal. Mereka sudah melalui banyak hal yang melelahkan dan rasanya pergi honeymoon lagi bukanlah hal yang salah.Kristal pun langsung setuju dan mereka berdua mulai mengatur semua yang diperlukan, resort, rencana wisata apa saja yang ingin mereka ikuti, dan hal-hal lainnya.Sampai akhirnya sutradara kurang ajar ini membuatnya harus pergi langsung ke Jogja.Kai: Thank you. Pls temenin dia walaupun dia minta ke Mars sekalipun.Hafi: Ke Mars? OGAH!“Siapa? Tata?”Kai mendongak dari ponselnya dan mengernyit tidak suka saat Vito dengan seenaknya memanggil sang istri dengan nama panggilan seakrab it
“Rangga, kamu belum punya pacar juga sampai sekarang?”Kai menaikkan satu alisnya mendengar pertannyaan tersebut saat mereka sedang menunggu bagasi di conveyor belt. “Belum, Pak.”Vito dengan akrabnya langsung menepuk bahu Rangga. “Ck, anak ini. Dibilang jangan panggil ‘Pak’. Panggil nama aja. Aku bukan orang yang gila hormat, kok.”“Tapi gila beneran.” Kai memutar kedua bola matanya dengan malas.Vito mengibaskan tangannya di udara. “Jangan dengerin dia. So, kamu belum punya pacar?”“Belum.” Rangga kembali menggeleng. Matanya masih menatap conveyor belt yang masih kosong, bagasi mereka sepertinya masih dalam proses.“Kai, kan, udah jinak. Sekarang saatnyalah kamu cari pacar.” Vito mulai memberi nasihat pada tangan kanan sahabatnya itu.Vito dan Jefan bisa dibilang sudah mengenal Rangga cukup lama. Dan mereka juga sering menjahili Rangga yang tidak pernah terlihat bersama perempuan sama sekali.“Saya masih nyaman sendiri, kok,” sahut Rangga sambil tersenyum. Senyum yang sering dilede
Jean dan Kristal baru saja keluar dari ruang meeting untuk makan siang bersama di Senayan City, saat orang-orang yang melewati mereka tersenyum penuh arti pada Kristal dan Jean.“Duh, romantis banget, sih, Ta,” komentar salah satu seniornya, seorang perempuan berkacamata yang sering menjahilinya kalau mereka sedang bersama.“Romantis apaan, Mbak?” Kristal mengerutkan keningnya, tidak mengerti dengan ucapan seniornya. “Ini aku abis meeting sama Jean sama yang lain, lho, Mbak. Serem amat dibilang romantis.”“Ck.” Seniornya menggeleng tidak percaya seraya tertawa pelan. “Udah jam makan siang, nih, Ta. Kamu udah ditunggu, tuh, sama mas suami di depan.”Kristal membulatkan matanya tidak percaya, kemudian dengan cepat beranjak ke ruangannya untuk menaruh dokumen yang tadi digunakan untuk meeting dan turun dua lantai untuk sampai di lobi kantor GPP.Benar saja, Kai tengah duduk di sofa yang ada sambil memegang ponsel dan buket bunga yang terlihat indah.“Kai?”Mendengar namanya dipanggil ole
Dengan berat hati, Kai mengantar kembali Kristal ke kantornya. Sebenarnya ia lebih ingin kalau mereka langsung pulang. Selain bisa menghabiskan waktu sambil memeluk istrinya, Kai juga ingin melihat apa yang ditawarkan Kristal tadi di Pancious.Ia tidak keberatan untuk menculik Kristal pulang, tapi ia tahu bahkan sebelum sampai di Pondok Indah, rambutnya sudah habis dijambak Kristal.“Manja, deh,” gerutu Kristal saat mereka sudah berada di lift gedung kantornya. “Kamu—hmpft.”Dengan cepat, Kai meraih tengkuk Kristal dan menyatukan bibir mereka ke dalam sebuah ciuman yang dalam dan tidak hanya melibatkan bibir. Satu desahan lolos dari bibir mungil Kristal saat lidah Kai menari-nari dan membuatnya lupa kalau ia sedang di lift menuju kantornya.Tepat dua lantai sebelum lift terbuka, Kai menyudahi ciuman tersebut dan memberikan kecupan ringan di bibir Kristal, sebelum benar-benar menjauh dan mengusap sekitar bibir istrinya.“Oh, God. You look so sexy,” gerutu Kai saat memastikan lipstik Kr
Kristal selalu suka berendam di bathtub dengan bath bomb beraneka warna dan wangi sebagai koleksinya. Ia tahu kalau Kai adalah light sleeper dan sangat mudah membangunkannnya melalui telepon.Sambil berendam di bathtub dengan air yang sudah ia campur dengan bath bomb Lavender-Cedarwood Bath Fizzy Bain Petillant dari Bath and Body Works, Kristal menunggu kehadiran Kai.Tidak butuh waktu lama sampai ia bisa mendengar pintu kamar yang dibuka dengan tergesa, karena ia sendiri tidak menutup pintu kamar mandi.“Hei.” Kai langsung menghampiri Kristal, berjongkok di sebelah perempuan itu, dan mencium bibirnya sebagai sapaan. “Kok kamu nggak bangunin aku, sih?”Kristal meringis. Tiba-tiba keberaniannya untuk menggoda Kai tadi langsung lenyap seperti bath bombyang ditenggelamkan ke air. Perempuan itu sedikit menenggelamkan tubuhnya agar dadanya tidak terekspos, namun hal itu membuat Kai terkekeh.“Apa, sih? Kok masih malu-malu sama aku?” Kai menjawil hidung Kristal dengan gemas. “Aku gabung bol
“Duh, nyonya besar kayaknya hidupnya bahagia banget, nih, kayak film Barbie.”Kristal mendengus selagi mengerutkan keningnya mendengar jokes Hafi. “Fi, sumpah kamu garing banget kayak rempeyek.”Diejek begitu, Hafi malah tertawa. Sudah biasa baginya diejek sekian tahun oleh Kristal, jadi dia tidak pernah menganggap serius apa yang diucapkan Kristal padanya.Hari ini hari Sabtu dan seperti biasanya, ada acara penghargaan di industri entertainment yang membuat Kai harus datang. Kai tentu saja mengajak Kristal menjadi plus one-nya seperti biasa.Tapi pagi ini Hafi sudah meneleponnya dan mengajaknya hang out sekalian mengambil setelan jasnya di Wong Hang untuk ia pakai malam ini. Setelah mengambil jasnya, lelaki itu menuruti Kristal yang ingin ke salon langganannya untuk mengganti nail art kukunya.“Tapi beneran,” ucap Hafi lagi setelah Kristal selesai dengan proses pembayaran untuk treatment-nya hari ini. “Kamu kelihatan lebih… apa, ya? Bahagia.”Kristal memutar kedua bola matanya sambil
Olla mencuri banyak perhatian tamu undangan yang hadir malam ini.Pertama, karena akhirnya setelah kasusnya tiga tahun yang lalu itu, Olla kembali ke dunia entertainmentdan bisa dibilang cukup sukses.Kedua, karena perempuan itu tidak bersikap lebih baik daripada sebelumnya. Padahal semua orang tahu tentang kasus yang menimpanya.Ketiga, karena gaun yang dikenakan Olla benar-benar ketat, seksi, dan… mengundang dengan terang-terangan.‘Perempuan ini….” Olla mendesis kesal saat melihat sosok Kristal yang terus menempel seperti lintah dengan Kai di matanya.“Lihat apa?”“Itu, Kai.” Olla menjawab singkat pada temannya, si penyanyi pendatang baru yang cukup sukses dari manaj