Share

210. Surprise

last update Last Updated: 2023-04-02 21:02:04

“Bangun, Sunshine. Kita sudah sampai.”

Suara bisikan yang diringi sentuhan lembut di pipi, membuat Feli seketika terbangun dari tidurnya. Wajah Archer yang tengah menatapnya dengan lekat menjadi pemandangan pertama yang Feli lihat.

“Kita sudah sampai?” tanya Feli dengan suara serak.

“Hm-hm.”

Mata Feli mengerjap, melihat ke luar jendela. Akhirnya ia bisa melihat rumah mereka kembali setelah hampir satu bulan meninggalkannya.

Seakan teringat sesuatu, Feli terkejut lalu menunduk, menatap ke pangkuannya. Ia lupa kalau dari tadi sedang menggendong Ernest, bisa-bisanya dia ketiduran.

Namun, Feli tertegun karena ternyata Ernest sudah ada di pangkuan Archer, masih terlelap. Sementara Kimberly sedang bersandar pada bahu Archer di dekat pintu.

Dewi sudah terlihat turun dari mobil yang lain, di samping mereka, sedang berusaha menurunkan barang-barang bersama satpam.

“Aku turun duluan, ya,” ucap Feli sebelum turun dari mobil. Ia bermaksud untuk membantu menggendong Ernest supaya Archer le
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
selamat ya buat kalian adek Ernest sudah bisa pulang
goodnovel comment avatar
~kho~
keren iih keluarga pak nicko dan pak axl berkumpul...semoga Archer dan Feli beserta anak2 bahagia selaluuuu
goodnovel comment avatar
syafiquwais18
lanjut Thor yg uwu.. uwu..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri yang Tak Diinginkan   211. Jangan Memikirkan Lelaki Lain

    “Kalau mau istirahat, istirahat saja di kamar. Nggak usah pedulikan mereka,” ujar Archer lembut sembari menyelipkan rambut Feli ke belakang telinga, yang duduk di sampingnya.“Nggak, lah. Momen seperti ini jarang banget terjadi.” Feli menatap manik mata Archer, tangannya memeluk lengan pria itu seakan enggan jauh darinya. “Kapan lagi coba dua keluarga berkumpul seperti ini, hem?” Archer tersenyum dan mengangguk. “Ya sudah, tapi kalau kamu merasa lelah, istirahat saja. Ya?” “Mm-hm.” Feli tidak menolak ketika Archer menarik kepalanya agar rebah di bahu bidangnya. “Ngomong-ngomong di mana Ernest?” “Tuh! Sama Mama.” Feli menoleh ke belakang, ibunya dan mertuanya sedang mengobrol di ruang keluarga sembari mengasuh Ernest yang baru saja bangun dua puluh menit lalu. Sepertinya mereka sengaja membawa Ernest ke sana, demi menghindari suara berisik Noah yang sedang karaoke. Dua keluarga itu baru selesai makan malam bersama, tapi bukannya pulang, Noah malah memamerkan suaranya yang merdu me

    Last Updated : 2023-04-03
  • Istri yang Tak Diinginkan   212. Friend With Benefits

    Uhukk!!!Feli tersedak susu yang tengah ia teguk. Lavina terkaget-kaget, buru-buru dia berlari ke dekat kulkas untuk mengambil tisu dan menyerahkannya kepada Feli.Setelah batuknya mereda dan mengelap bibir, Feli lantas terbengong-bengong. “Ef-We… Be?”Kepala Lavina mengangguk-angguk membuat kucirnya bergoyang. “Kakak nggak tahu FWB? Itu lho, kepanjangannya itu Friend With Benefits… teman dekat yang saling memberi manfaat, teman baik, sobat karib. Semacam itulah. Tapi pertemanannya berbeda jenis kelamin. Alias laki-laki dan perempuan.”Lagi-lagi Feli ternganga mendengar celotehan Lavina yang kelewat polos itu. “Jadi menurutmu… FWB itu pertemanan yang positif, ya?”“Em… mungkin! Kan saling memberi manfaat, kan? Saling membantu gitu.”‘Ya Tuhan,’ batin Feli dalam hati sembari memijat pangkal hidung. Rasanya sayang sekali gadis sepolos Lavina menikah dengan Auriga. “Kenapa kamu tanya suamiku punya FWB atau nggak, apa... suamimu memilikinya?” tebak Feli, tanpa berniat ikut campur urusan r

    Last Updated : 2023-04-03
  • Istri yang Tak Diinginkan   213. Pillow Talk

    Dengan hati-hati Feli meletakkan Ernest pada box bayi yang ada di samping ranjang. Dipandanginya anak itu cukup lama dengan penuh rasa bahagia.“Sudah tidur?”Suara pintu yang terbuka, disusul dengan suara bariton Archer barusan, membuat Feli mengalihkan tatapannya dari wajah Ernest ke arah ayah dari anak ini.Terlihat Archer baru keluar kamar mandi mengenakan handuk putih yang melilit pinggang, sembari mengeringkan rambut basah dengan handuk kecil.“Iya, baru aja tidur. Makanya jangan keras-keras ngomongnya,” ujar Feli, setengah berbisik.“Padahal tadi aku minta dia jangan dulu tidur.”“Anak kecil mana ngerti.” Feli merotas matanya malas, lalu menatap suaminya yang berlalu masuk ke walk in closet.Kemudian Feli naik ke ranjang dan bersandar pada headboard. Matanya sudah setengah mengantuk, tapi ia tidak mau tidur sebelum Archer datang. Pria itu menyuruhnya untuk tetap terjaga. Entah apa yang mau dia bicarakan dengannya.Iseng Feli mengecek ponsel. Hanya ada notifikasi dari aplikasi b

    Last Updated : 2023-04-04
  • Istri yang Tak Diinginkan   214. Malam Yang Berbeda

    Tidur Archer terganggu oleh suara tangisan bayi yang cukup kencang. Ini benar-benar terasa asing baginya. Tangisan bayi dan harum minyak telon membuat Archer merasa ada di tempat baru.Tangannya meraba-raba kasur di sebelah, tapi hanya ruang kosong yang ia dapati. Seketika Archer membuka matanya yang terasa lengket, lalu berkata serak, “Sunshine, kamu di mana?”Feli sudah tidak ada di sebelah, padahal Archer ingat tadi wanita itu tidur dalam dekapannya.Dengan mata terkantuk-kantuk dan perasaan panik, Archer bangkit duduk untuk mengambil Ernest dari dalam ranjang bayi.Archer terkejut saat tidak menemukan Ernest di sana.“Kamu cari siapa?”“Huh?” Mata Archer mengerjap, dia memutar tubuh menghadap sofa, tempat suara Feli berasal. “Astaga… kenapa aku bisa linglung begini,” gerutunya sembari mengusap wajah dengan kasar. Kemudian mendekati Feli yang tengah memberi ASI pada putra mereka, di sofa tersebut.“Kenapa dia menangis, hem?”“Ya, biasa. Namanya juga bayi.” Feli menatap Archer yang

    Last Updated : 2023-04-04
  • Istri yang Tak Diinginkan   215. Ciptaan Tuhan Paling Indah

    Feli membuka-buka berkas yang Dania bawa dari butik, di tangannya. Dia berusaha fokus, tapi konsentrasinya lagi-lagi pecah karena pemandangan di luar sana jauh lebih menarik perhatiannya.Pandangan Feli beralih ke arah taman. Dari balik dinding kaca yang menghubungkan ruangan ini dengan taman di samping rumah, Feli bisa melihat seorang pria bertelanjang dada tengah berjemur dengan bayi yang menempel di dadanya, duduk setengah berbaring di atas sunbed.Itu pemandangan yang bahkan jauh lebih indah ketimbang taman yang ditumbuhi pepohonan dan bunga matahari itu sendiri.Feli tersenyum samar, memperhatikan Archer yang sesekali mengecup puncak kepala Ernest dan sesekali memainkan jari telunjuknya di pipi anak itu.Dua iguana Feli yang sudah tumbuh makin besar, tentu saja sudah diamankan di taman belakang, sebelum wajah Archer jadi pucat pasi jika melihat mereka.“Bu Feli, jadi bagaimana rencana Ibu? Ibu mau menerima tawaran Pak Rian untuk meeting daring?”Suara Dania membuat Feli terkejut

    Last Updated : 2023-04-06
  • Istri yang Tak Diinginkan   216. Ketergantungan

    Feli baru selesai memandikan Kimberly dan Ernest bergantian saat Archer masuk ke kamar dengan tubuh bermandikan peluh.“Sayang, kamu olahraga? Bukannya kakimu belum sembuh total?” tanya Feli sembari mengancingkan baju Ernest.“Ya mau gimana lagi? Cuma ini satu-satunya cara bikin ‘dia’ tidur karena ulah kamu tadi,” gerutu Archer, “aku sudah berhenti bermain solo sejak lama.”Feli meringis. “Cuma disentuh sedikit doang.”“Tapi bagiku nggak ada kata ‘doang’, Sunshine.” Archer mendekati istri dan anaknya. “Mau sedikit atau banyak, sebentar atau lama, kamu sangat berpengaruh buat aku.”Feli menyembunyikan senyumnya seraya menunduk menatap Ernest yang sudah harum dan rapi.“Hmmm…. Anak Papi harum sekali,” puji Archer seraya menjulurkan satu tangan, hendak menyentuh Ernest, tapi Feli menepisnya.“Ish! Jangan disentuh, kamu belum mandi dan cuci tangan.”“Tapi tanganku nggak kotor, Sunshine.”“Siapa yang bisa memastikan kalau tangan kamu yang habis megang alat fitness itu nggak ada kumannya?”

    Last Updated : 2023-04-06
  • Istri yang Tak Diinginkan   217. Ada Kamu Di Sisiku

    Sesuai janji Archer sebelumnya, hari ini ia memanggil seorang wanita yang berusia tiga tahun lebih tua dari Feli, ke rumahnya. Namanya Eva. Dia psikolog yang direkomendasikan sang ibu.Feli terlihat biasa-biasa saja ketika berhadapan dengan wanita asing. Tidak seperti saat dia bertemu lelaki lain. Namun saat Feli akan berkonsultasi berdua saja dengan Eva, dia menahan lengan Archer yang akan pergi meninggalkan mereka.“Kenapa, hem?” Archer mengusap puncak kepala Feli dan duduk kembali di sampingnya.“Mau ke mana?” tanya Feli setengah berbisik, ada sedikit keraguan dalam sorot matanya yang sendu dan meneduhkan itu.“Sunshine, aku nggak akan pergi ke mana-mana,” jawab Archer lembut. “Aku cuma ingin memberi kamu waktu berdua dengan Bu Eva.”Feli menggeleng pelan. “Bisa temani aku?” tanyanya, kemudian menatap wanita yang memakai baju batik coklat—yang duduk di hadapannya. “Nggak apa-apa, Bu, kalau suami saya ikut bergabung dalam sesi konsultasinya?”Eva tersenyum ramah. “Kalau sekiranya it

    Last Updated : 2023-04-07
  • Istri yang Tak Diinginkan   218. Lisensi Seumur Hidup

    “Dari siapa?” tanya Feli penasaran ketika raut muka Archer mendadak terlihat jengkel.Archer melirik Feli sejenak dengan lirikan masam. “Dari orang nggak penting.”“Siapa, sih?”Akhirnya Feli bangkit dan mengambil bingkisan tersebut dari tangan Archer, demi menuntaskan rasa penasarannya. Mata Feli seketika membulat dan bergumam, “Rafi?”“Kamu masih berkomunikasi dengan dia?” Mata Archer memicing curiga.Tak tanggung-tanggung, Feli mengangguk jujur di depan suaminya, yang membuat raut muka Archer terlihat semakin masam.“Seberapa sering?” selidik Archer.“Nggak sering-sering banget,” jawab Feli sembari menaruh kembali bingkisan itu di meja. “Dia suka nanyain kabar Kimmy, mana mungkin nggak aku jawab? Niat baik orang lain harus disambut dengan baik juga, ‘kan?”“Kimmy anakku, bukan anak dia yang harus selalu dia tanyai kabarnya!”Feli menghela napas panjang dan berdiri di hadapan Archer, kedua telapak tangannya menangkup rahang pria itu yang ditumbuhi rambut halus yang baru saja tumbuh

    Last Updated : 2023-04-08

Latest chapter

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 12 (TAMAT)

    Setelah hampir empat jam mengasuh putra dan putrinya, Malik akhirnya bisa bernapas lega saat bertemu lagi dengan Kimberly. Raut muka istrinya itu tampak lebih cerah dan ceria. Sepertinya Kimberly sudah tidak badmood lagi gara-gara Malik berfoto dengan Yoana tadi.“Gimana anak-anak? Mereka rewel nggak?” Kimberly mengambil alih anak perempuan berpipi chubby dari pangkuan Malik.“Rewel sih nggak, tapi yah… cukup membuatku berkeringat.” Malik tersenyum dan mengedikkan bahu.Kimberly mengamati suaminya sesaat, lalu tertawa karena penampilan pria itu tampak acak-acakan. Ia mengecup pipi Malik dan berkata, “Terima kasih udah kasih aku waktu buat me time.”Malik mengerjap dan memegangi pipinya sambil bergumam, “Kita harus pulang sekarang, Sayang.”“Kenapa? Kan belum beli susu buat Timur di supermarket.”“Malam ini kita titipin anak-anak di Mami sama Papi aja, ya? Besok kita ambil lagi mereka pagi sebelum aku—Oke oke! Nggak jadi, aku cuma bercanda,” ralat Malik dengan cepat saat Kimberly mencub

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 11. Time Flies

    Empat tahun kemudian.“Eh? Bukannya dia mantan pembalap itu, ‘kan?”“Iya, Jeng, yang kemarin ramai dibahas sama hampir semua orang tua murid itu, Jeng.”“Anaknya beneran sekolah di sini?”“Iya.”“Yang bener? OMG! Kita bakalan ketemu dia terus dong! Ganteng banget ya Tuhan.”“Itu kalau setiap hari dia antar jemput anaknya.”“Eh! Emang setiap hari tauk! Kalian berdua aja yang baru lihat. Pagi dan siang dia selalu antar jemput.”“Duh, suami idaman banget sih…. Beruntung banget yang jadi istri dia. Udah ganteng, kaya, perhatian sama anak, lagi. Ya Tuhan, mau yang begini satu aja, please.”Malik menghela napas berat. Ia tidak bermaksud menguping pembicaraan tiga atau empat wanita—entah yang pastinya berapa orang karena Malik tidak begitu memperhatikan—yang sedang membicarakan dirinya, tapi suara mereka terlalu jelas di telinga Malik, sehingga mau tidak mau ia harus mendengarkan dirinya menjadi bahan gosip ibu-ibu.Sudah satu minggu Timur masuk sekolah ke playgroup. Setiap hari Malik selalu

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 10. Timur Malvin Rozano

    “Sayang! Gimana kondisi kamu? Apanya yang sakit?!” tanya Malik dengan raut muka menegang sambil berlari menghampiri ranjang yang ditempati Kimberly. “Perut aku sakit… pinggang aku juga panas.” Kimberly meringis kesakitan. Namun ada yang berubah dalam sorot matanya, ia seolah-olah merasa lega dan aman setelah melihat kedatangan suaminya. Malik merundukan badan, memeluk Kimberly dan mengecup keningnya berkali-kali. Ia berbisik, “Sabar, ya. Maaf aku terlambat.” “Bau!” Malik terkejut saat Kimberly mendorong dadanya. “Eh? Kenapa? Siapa yang bau?” “Kamu,” jawab Kimberly seraya menggigit bibir bawah, menahan rasa sakit yang kembali menyerang dan rasanya tak tertahankan. “Kamu bau debu.” “Ah, ini….” Malik menggaruk tengkuk dan menghidu tubuhnya sendiri. “Barusan aku naik motor, Sayang. Soalnya di jalan macet banget, nggak mungkin bisa sampai dengan cepat kalau aku tetap pakai mobil,” jelasnya sambil menggenggam tangan sang istri. “Apa perlu aku ganti baju dulu? Tapi aku nggak bawa baju c

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 9. Kontraksi

    7 bulan kemudian.“Kakak, jangan lupakan aku. Aku juga adik kamu, adik yang paling ganteng!”“Diam!” Kimberly menjauhkan wajah Ernest dari hadapannya. “Kamu ngehalangin pemandangan aku tahu nggak?”Ernest cemberut.Kemudian Kimberly tersenyum lebar pada bayi berusia 4 bulan yang baru saja membuka mata, di atas kasur yang ia dan Ernest duduki.“Selamat siang Cheryl! Adiknya Kakak yang paling cantik! Nyenyak banget tidurnya ya?” goda Kimberly dengan nada bicara khas anak-anak.Cheryl tersenyum. Dia berguling sendiri hingga tengkurap.“Ugh! Jangan percaya sama kelembutan kakak kita, Dek, aslinya dia itu cerewet dan galak. Kamu kalau sudah besar nanti pasti jadi bahan omelan dia—auwh!” Ernest tiba-tiba mengaduh saat Kimberly menjewer telinganya.“Diam,” bisik Kimberly dengan kesal. “Jangan meracuni otak bayi dengan omongan kamu yang negatif itu ya!”“Aku ‘kan bicara apa adanya,” gumam Ernest sembari mengusap-usap telinga.Kimberly mendelik pada Ernest, lalu kembali tersenyum lebar pada Ch

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 8. Babymoon II

    “Gimana perasaan kamu?” bisik Malik seraya mengelus pipi Kimberly dengan lembut.Kimberly terdiam. Harusnya ia yang bertanya seperti itu kepada Malik.Detik berikutnya, Kimberly tersenyum lebar, tangannya mengusap-usap perut dan berseru riang, “Anak kita sepertinya senang banget, Babe! Dia bikin perasaan aku jadi makin bahagia setelah lihat kamu ngendarain motor balap barusan!”“Benarkah?” Malik ikut tersenyum lebar.Kimberly mengangguk cepat. Ia langsung melompat ke pelukan Malik, melingkarkan tangan di leher pria yang masih memakai baju balapan yang dulu sering dia pakai. Malik terlihat tampan sekali dengan baju itu, mengingatkan Kimberly akan kebersamaan mereka sebelum menikah.“Terima kasih, ya! Aku jadi rindu nonton kamu balapan.” Kimberly terkekeh, suaranya terdengar teredam karena bibirnya terbenang di pundak Malik. “Kalau kamu? Gimana perasaan kamu sekarang?”“Perasaanku?” ulang Malik.“Hm-hm. Apa barusan bisa mengobati kerinduan kamu sama balapan?”“Iya.” Malik bergumam dan m

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 7. Babymoon

    Jam dinding sudah menunjukkan pukul 23.25 waktu Andorra. Kimberly merebahkan tubuhnya di kasur berseprai abu tua. Matanya menatap plafon putih dengan penerangan lampu warm white.Mereka baru saja tiba di Andorra pukul 18.30 waktu setempat. Perjalanan ini atas inisiatif Kimberly yang mengidam ingin tidur di kamar Malik, di rumahnya yang ada di Andorra. Setelah mendengar keinginan istrinya, Malik langsung memesan tiket pesawat.“Ternyata begini rasanya ada di kamar kamu.” Kimberly terkekeh dan melirik Malik yang baru saja selesai memindahkan semua pakaian mereka dari koper ke dalam lemari.Tadi Kimberly berniat membantu, tapi Malik melarangnya dan malah menyuruhnya untuk istirahat.“Gimana rasanya? Aneh?” Malik melepas kaos putihnya dan menghampiri ranjang.“Nyaman banget!” Kimberly meringis, ia mengangkat kedua tangan ke atas untuk menyambut Malik yang baru saja menaiki ranjang dan memeluknya. Tangan Kimberly mengalung di leher Malik.Ia sempat menahan napas dengan jantung berdebar-deb

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 6. Para Suami Nunggu Istri

    “Tunggu! tunggu! Mami nggak salah dengar, ‘kan? Kamu… hamil?”Kimberly mengangguk cepat berkali-kali sembari tersenyum lebar.Feli tercengang. Ia dan Archer saling tatap satu sama lain dengan tatapan terkejut. Lalu detik berikutnya keduanya sama-sama menghela napas lega dan tertawa.“Ya Tuhan, terima kasih… Mami senang sekali dengarnya, Sayang!” ucap Feli dengan mata berbinar-binar dan memeluk Kimberly. “Pantas saja akhir-akhir ini Mami ngerasa ada yang berbeda sama kamu.”“Oh ya? Mami bisa ngelihat perubahan aku? Kok aku nggak?”“Mami ini ibu kamu, Kim. Selama dua puluh satu tahun tinggal bareng-bareng, masa Mami nggak bisa menyadari sesuatu yang berbeda sama kamu?” Feli terkekeh kecil, tangannya menepuk-nepuk punggung Kimberly. Ekspresi wajahnya terlihat cerah, secerah langit siang ini di luar sana. Walau air matanya tampak menggenang, tapi itu adalah tangis kebahagiaan.“Mami kok nangis?” tanya Kimberly sesaat setelah pelukannya terlepas. Ia cemberut seraya menangkup pipi sang ibu.

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 5. Suami Sigap

    Gimana kalau sekarang Malik sedang mencari kesenangan di luar karena keadaan di rumah tidak membuatnya nyaman?Satu pertanyaan itu tiba-tiba membuat Kimberly menegakkan punggung. Wajahnya menegang. Air matanya seakan tak ingin berhenti mengalir saat membayangkan Malik melampiaskan kekesalannya dengan menghabiskan waktu bersama wanita lain.“Kamu jahat!” Kimberly menangis sambil membenamkan wajah di atas lutut. “Kamu main pergi begitu aja tanpa memikirkan perasaanku!”Setelah cukup lama menangis sendirian hingga ruangan kamarnya berubah gelap karena sudah memasuki malam, Kimberly akhirnya mandi supaya pikirannya lebih jernih.Dua puluh menit kemudian, ia sudah berganti pakaian dan tubuhnya terasa segar, tapi pikirannya tetap saja kacau. Kimberly mencoba menghubungi Malik lagi, tapi berakhir sia-sia.“Non Kimmy, mau makan malam, Non? Makanannya sudah siap di meja,” ujar Bik Nining yang menghampiri kamar Kimberly.Kimberly menggeleng lesu. “Aku nggak lapar, Bik. Nanti saja makannya.”“No

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 4. Malik Pergi

    “Sayang, aku pulang!”Mendengar seruan Malik, secara spontan Kimberly terbangun dan menaruh remote di meja. Lalu ia bergegas menyongsong Malik ke pintu utama dengan langkah-langkah cepat.“Kamu bawa nasi lemaknya?” tanya Kimberly dengan mata berbinar-binar.“Bawa dong. Nih!”Kimberly tersenyum lebar saat Malik menunjukkan bingkisan di tangannya. Ia langsung merebut bingkisan tersebut. “Terima kasih!” serunya, ceria.Tepat saat Malik akan mengecup bibir Kimberly—sesuatu yang selalu Malik lakukan setiap kali pulang ke rumah, Kimberly tiba-tiba melesat pergi, membuat bibir Malik tidak punya tempat untuk berlabuh.“Hey! Kenapa pergi begitu aja?” protes Malik, yang tak ditanggapi Kimberly. Malik hanya menghela napas pasrah, lalu melangkah masuk mengikuti sang istri.Kimberly terlihat sedang menghidu aroma nasi lemak yang masih terbungkus. Malik tersenyum, lalu mengambil piring bersih dan menaruhnya di meja.“Ini pasti kerjaan kamu nih, Mama kamu senang banget cuma dapat nasi lemak doang,”

DMCA.com Protection Status