Share

213. Pillow Talk

Penulis: Rosa Uchiyamana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-04 21:17:36

Dengan hati-hati Feli meletakkan Ernest pada box bayi yang ada di samping ranjang. Dipandanginya anak itu cukup lama dengan penuh rasa bahagia.

“Sudah tidur?”

Suara pintu yang terbuka, disusul dengan suara bariton Archer barusan, membuat Feli mengalihkan tatapannya dari wajah Ernest ke arah ayah dari anak ini.

Terlihat Archer baru keluar kamar mandi mengenakan handuk putih yang melilit pinggang, sembari mengeringkan rambut basah dengan handuk kecil.

“Iya, baru aja tidur. Makanya jangan keras-keras ngomongnya,” ujar Feli, setengah berbisik.

“Padahal tadi aku minta dia jangan dulu tidur.”

“Anak kecil mana ngerti.” Feli merotas matanya malas, lalu menatap suaminya yang berlalu masuk ke walk in closet.

Kemudian Feli naik ke ranjang dan bersandar pada headboard. Matanya sudah setengah mengantuk, tapi ia tidak mau tidur sebelum Archer datang. Pria itu menyuruhnya untuk tetap terjaga. Entah apa yang mau dia bicarakan dengannya.

Iseng Feli mengecek ponsel. Hanya ada notifikasi dari aplikasi b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Amryna Rosyadah
Ud kyk artis aj Andita pke acra klarifikasi segala..ud lngsng msuk penjara aj .........
goodnovel comment avatar
Yayuk Istikanah
makasih thor sdh up, lanjut thor jgn digantung, semoga andita, eden menyadari kesalahanya....semangat thor..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri yang Tak Diinginkan   214. Malam Yang Berbeda

    Tidur Archer terganggu oleh suara tangisan bayi yang cukup kencang. Ini benar-benar terasa asing baginya. Tangisan bayi dan harum minyak telon membuat Archer merasa ada di tempat baru.Tangannya meraba-raba kasur di sebelah, tapi hanya ruang kosong yang ia dapati. Seketika Archer membuka matanya yang terasa lengket, lalu berkata serak, “Sunshine, kamu di mana?”Feli sudah tidak ada di sebelah, padahal Archer ingat tadi wanita itu tidur dalam dekapannya.Dengan mata terkantuk-kantuk dan perasaan panik, Archer bangkit duduk untuk mengambil Ernest dari dalam ranjang bayi.Archer terkejut saat tidak menemukan Ernest di sana.“Kamu cari siapa?”“Huh?” Mata Archer mengerjap, dia memutar tubuh menghadap sofa, tempat suara Feli berasal. “Astaga… kenapa aku bisa linglung begini,” gerutunya sembari mengusap wajah dengan kasar. Kemudian mendekati Feli yang tengah memberi ASI pada putra mereka, di sofa tersebut.“Kenapa dia menangis, hem?”“Ya, biasa. Namanya juga bayi.” Feli menatap Archer yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-04
  • Istri yang Tak Diinginkan   215. Ciptaan Tuhan Paling Indah

    Feli membuka-buka berkas yang Dania bawa dari butik, di tangannya. Dia berusaha fokus, tapi konsentrasinya lagi-lagi pecah karena pemandangan di luar sana jauh lebih menarik perhatiannya.Pandangan Feli beralih ke arah taman. Dari balik dinding kaca yang menghubungkan ruangan ini dengan taman di samping rumah, Feli bisa melihat seorang pria bertelanjang dada tengah berjemur dengan bayi yang menempel di dadanya, duduk setengah berbaring di atas sunbed.Itu pemandangan yang bahkan jauh lebih indah ketimbang taman yang ditumbuhi pepohonan dan bunga matahari itu sendiri.Feli tersenyum samar, memperhatikan Archer yang sesekali mengecup puncak kepala Ernest dan sesekali memainkan jari telunjuknya di pipi anak itu.Dua iguana Feli yang sudah tumbuh makin besar, tentu saja sudah diamankan di taman belakang, sebelum wajah Archer jadi pucat pasi jika melihat mereka.“Bu Feli, jadi bagaimana rencana Ibu? Ibu mau menerima tawaran Pak Rian untuk meeting daring?”Suara Dania membuat Feli terkejut

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-06
  • Istri yang Tak Diinginkan   216. Ketergantungan

    Feli baru selesai memandikan Kimberly dan Ernest bergantian saat Archer masuk ke kamar dengan tubuh bermandikan peluh.“Sayang, kamu olahraga? Bukannya kakimu belum sembuh total?” tanya Feli sembari mengancingkan baju Ernest.“Ya mau gimana lagi? Cuma ini satu-satunya cara bikin ‘dia’ tidur karena ulah kamu tadi,” gerutu Archer, “aku sudah berhenti bermain solo sejak lama.”Feli meringis. “Cuma disentuh sedikit doang.”“Tapi bagiku nggak ada kata ‘doang’, Sunshine.” Archer mendekati istri dan anaknya. “Mau sedikit atau banyak, sebentar atau lama, kamu sangat berpengaruh buat aku.”Feli menyembunyikan senyumnya seraya menunduk menatap Ernest yang sudah harum dan rapi.“Hmmm…. Anak Papi harum sekali,” puji Archer seraya menjulurkan satu tangan, hendak menyentuh Ernest, tapi Feli menepisnya.“Ish! Jangan disentuh, kamu belum mandi dan cuci tangan.”“Tapi tanganku nggak kotor, Sunshine.”“Siapa yang bisa memastikan kalau tangan kamu yang habis megang alat fitness itu nggak ada kumannya?”

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-06
  • Istri yang Tak Diinginkan   217. Ada Kamu Di Sisiku

    Sesuai janji Archer sebelumnya, hari ini ia memanggil seorang wanita yang berusia tiga tahun lebih tua dari Feli, ke rumahnya. Namanya Eva. Dia psikolog yang direkomendasikan sang ibu.Feli terlihat biasa-biasa saja ketika berhadapan dengan wanita asing. Tidak seperti saat dia bertemu lelaki lain. Namun saat Feli akan berkonsultasi berdua saja dengan Eva, dia menahan lengan Archer yang akan pergi meninggalkan mereka.“Kenapa, hem?” Archer mengusap puncak kepala Feli dan duduk kembali di sampingnya.“Mau ke mana?” tanya Feli setengah berbisik, ada sedikit keraguan dalam sorot matanya yang sendu dan meneduhkan itu.“Sunshine, aku nggak akan pergi ke mana-mana,” jawab Archer lembut. “Aku cuma ingin memberi kamu waktu berdua dengan Bu Eva.”Feli menggeleng pelan. “Bisa temani aku?” tanyanya, kemudian menatap wanita yang memakai baju batik coklat—yang duduk di hadapannya. “Nggak apa-apa, Bu, kalau suami saya ikut bergabung dalam sesi konsultasinya?”Eva tersenyum ramah. “Kalau sekiranya it

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-07
  • Istri yang Tak Diinginkan   218. Lisensi Seumur Hidup

    “Dari siapa?” tanya Feli penasaran ketika raut muka Archer mendadak terlihat jengkel.Archer melirik Feli sejenak dengan lirikan masam. “Dari orang nggak penting.”“Siapa, sih?”Akhirnya Feli bangkit dan mengambil bingkisan tersebut dari tangan Archer, demi menuntaskan rasa penasarannya. Mata Feli seketika membulat dan bergumam, “Rafi?”“Kamu masih berkomunikasi dengan dia?” Mata Archer memicing curiga.Tak tanggung-tanggung, Feli mengangguk jujur di depan suaminya, yang membuat raut muka Archer terlihat semakin masam.“Seberapa sering?” selidik Archer.“Nggak sering-sering banget,” jawab Feli sembari menaruh kembali bingkisan itu di meja. “Dia suka nanyain kabar Kimmy, mana mungkin nggak aku jawab? Niat baik orang lain harus disambut dengan baik juga, ‘kan?”“Kimmy anakku, bukan anak dia yang harus selalu dia tanyai kabarnya!”Feli menghela napas panjang dan berdiri di hadapan Archer, kedua telapak tangannya menangkup rahang pria itu yang ditumbuhi rambut halus yang baru saja tumbuh

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-08
  • Istri yang Tak Diinginkan   219. Galeri Foto Suami

    Setelah Ernest kembali terlelap, Feli memutuskan untuk membuka paket yang masih teronggok di atas meja. Archer sedang tidak ada. Akibat percakapannya tadi, pria itu kini berakhir di ruang olahraga.Padahal kakinya belum sembuh total, tapi Archer sedikit pun tidak mengeluh.Setelah membuka kertas pembungkus terluar, kini Feli menggunting bubble wrap hingga tersisa box kardus berbentuk persegi. Ia membuka kardus tersebut, lalu terkejut begitu melihat isinya.Ada sepuluh eksemplar buku cerita anak, full warna dengan judul yang berbeda, berbahasa inggris dan jilidnya tebal. Lalu ada paper bag putih berisi bedong bayi berbentuk teddy bear, bahannya seperti selimut, lembut dan hangat.Saat Feli akan membuka buku cerita itu satu persatu, sebuah amplop tiba-tiba terjatuh ke kakinya. Ia memungutnya dan membukanya. Rupanya amplop itu berisi kartu ucapan dari Rafi.‘Selamat atas kelahiran anak keduamu, Fel. Aku ikut bahagia mendengarnya. Tapi aku nggak pandai memilih hadiah, aku diberitahu oleh

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-08
  • Istri yang Tak Diinginkan   220. Jangan Memandangi Pria Lain

    Setelah melakukan beberapa kali sesi konsultasi dengan Eva, Feli akhirnya sudah bisa menjalani aktifitasnya di luar rumah dan berbaur dengan banyak orang.Ia juga sudah beraktifias kembali di butik meski hanya datang sesekali untuk mengecek pekerjaan atau meeting dengan seluruh staf dan kliennya.Namun, tetap saja, setelah pertemuan dengan orang lain itu berakhir, Feli akan merasa lelah sendiri dan keringat dingin keluar dari pelipis dan dahinya.Archer selalu sigap menemani dan menomorsatukan Feli di atas urusannya. Dia selalu ikut setiap kali Feli ada kegiatan di luar, lalu menyiapkan bahu dan dadanya sebagai sandaran setiap kali Feli merasa lelah dan takut.Sampai akhirnya hari persidangan Eden pun tiba. Archer dan Feli akan datang ke pengadilan untuk memberikan keterangannya sebagai korban dan saksi, hari ini.“Sunshine, are you oke?” bisik Archer seraya memeluk istrinya dari belakang. Ditatapnya manik hazel yang berbulu lentik itu melalui cermin di hadapan mereka. “Masih ada wakt

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-09
  • Istri yang Tak Diinginkan   221. Tamparan Untuk Pelakor

    Proses persidangan untuk Eden pun akhirnya selesai dilaksanakan. Sidang kali ini adalah untuk proses pembuktian dengan mendatangkan beberapa saksi termasuk Archer dan Feli. Juga berbagai barang bukti yang diperlihatkan selama persidangan.Feli memperhatikan suaminya yang tampak tidak sabar menanti sidang keputusan yang kemungkinan dilakukan beberapa minggu ke depan. Mungkin Archer ingin segera melihat wajah Eden yang terpuruk ketika hakim memberi putusan hukuman yang akan didapatkannya.Ketika Eden keluar dari ruang persidangan pun, Archer menghunuskan tatapan tajamnya kepada pria yang kedua tangannya diborgol itu.Feli tidak banyak berkata-kata, ia hanya mengusap bahu Archer supaya suaminya itu tetap tenang dan bisa mengendalikan emosinya.Ketika Feli sedang memperhatikan raut muka Archer, tanpa sengaja ia melihat sosok wanita yang memakai masker. Wanita itu juga sempat memberikan keterangannya di kursi pemeriksaan tadi. Dia Andita. Pandangannya sempat bersitatap dengan Feli, sebelum

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11

Bab terbaru

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 12 (TAMAT)

    Setelah hampir empat jam mengasuh putra dan putrinya, Malik akhirnya bisa bernapas lega saat bertemu lagi dengan Kimberly. Raut muka istrinya itu tampak lebih cerah dan ceria. Sepertinya Kimberly sudah tidak badmood lagi gara-gara Malik berfoto dengan Yoana tadi.“Gimana anak-anak? Mereka rewel nggak?” Kimberly mengambil alih anak perempuan berpipi chubby dari pangkuan Malik.“Rewel sih nggak, tapi yah… cukup membuatku berkeringat.” Malik tersenyum dan mengedikkan bahu.Kimberly mengamati suaminya sesaat, lalu tertawa karena penampilan pria itu tampak acak-acakan. Ia mengecup pipi Malik dan berkata, “Terima kasih udah kasih aku waktu buat me time.”Malik mengerjap dan memegangi pipinya sambil bergumam, “Kita harus pulang sekarang, Sayang.”“Kenapa? Kan belum beli susu buat Timur di supermarket.”“Malam ini kita titipin anak-anak di Mami sama Papi aja, ya? Besok kita ambil lagi mereka pagi sebelum aku—Oke oke! Nggak jadi, aku cuma bercanda,” ralat Malik dengan cepat saat Kimberly mencub

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 11. Time Flies

    Empat tahun kemudian.“Eh? Bukannya dia mantan pembalap itu, ‘kan?”“Iya, Jeng, yang kemarin ramai dibahas sama hampir semua orang tua murid itu, Jeng.”“Anaknya beneran sekolah di sini?”“Iya.”“Yang bener? OMG! Kita bakalan ketemu dia terus dong! Ganteng banget ya Tuhan.”“Itu kalau setiap hari dia antar jemput anaknya.”“Eh! Emang setiap hari tauk! Kalian berdua aja yang baru lihat. Pagi dan siang dia selalu antar jemput.”“Duh, suami idaman banget sih…. Beruntung banget yang jadi istri dia. Udah ganteng, kaya, perhatian sama anak, lagi. Ya Tuhan, mau yang begini satu aja, please.”Malik menghela napas berat. Ia tidak bermaksud menguping pembicaraan tiga atau empat wanita—entah yang pastinya berapa orang karena Malik tidak begitu memperhatikan—yang sedang membicarakan dirinya, tapi suara mereka terlalu jelas di telinga Malik, sehingga mau tidak mau ia harus mendengarkan dirinya menjadi bahan gosip ibu-ibu.Sudah satu minggu Timur masuk sekolah ke playgroup. Setiap hari Malik selalu

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 10. Timur Malvin Rozano

    “Sayang! Gimana kondisi kamu? Apanya yang sakit?!” tanya Malik dengan raut muka menegang sambil berlari menghampiri ranjang yang ditempati Kimberly. “Perut aku sakit… pinggang aku juga panas.” Kimberly meringis kesakitan. Namun ada yang berubah dalam sorot matanya, ia seolah-olah merasa lega dan aman setelah melihat kedatangan suaminya. Malik merundukan badan, memeluk Kimberly dan mengecup keningnya berkali-kali. Ia berbisik, “Sabar, ya. Maaf aku terlambat.” “Bau!” Malik terkejut saat Kimberly mendorong dadanya. “Eh? Kenapa? Siapa yang bau?” “Kamu,” jawab Kimberly seraya menggigit bibir bawah, menahan rasa sakit yang kembali menyerang dan rasanya tak tertahankan. “Kamu bau debu.” “Ah, ini….” Malik menggaruk tengkuk dan menghidu tubuhnya sendiri. “Barusan aku naik motor, Sayang. Soalnya di jalan macet banget, nggak mungkin bisa sampai dengan cepat kalau aku tetap pakai mobil,” jelasnya sambil menggenggam tangan sang istri. “Apa perlu aku ganti baju dulu? Tapi aku nggak bawa baju c

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 9. Kontraksi

    7 bulan kemudian.“Kakak, jangan lupakan aku. Aku juga adik kamu, adik yang paling ganteng!”“Diam!” Kimberly menjauhkan wajah Ernest dari hadapannya. “Kamu ngehalangin pemandangan aku tahu nggak?”Ernest cemberut.Kemudian Kimberly tersenyum lebar pada bayi berusia 4 bulan yang baru saja membuka mata, di atas kasur yang ia dan Ernest duduki.“Selamat siang Cheryl! Adiknya Kakak yang paling cantik! Nyenyak banget tidurnya ya?” goda Kimberly dengan nada bicara khas anak-anak.Cheryl tersenyum. Dia berguling sendiri hingga tengkurap.“Ugh! Jangan percaya sama kelembutan kakak kita, Dek, aslinya dia itu cerewet dan galak. Kamu kalau sudah besar nanti pasti jadi bahan omelan dia—auwh!” Ernest tiba-tiba mengaduh saat Kimberly menjewer telinganya.“Diam,” bisik Kimberly dengan kesal. “Jangan meracuni otak bayi dengan omongan kamu yang negatif itu ya!”“Aku ‘kan bicara apa adanya,” gumam Ernest sembari mengusap-usap telinga.Kimberly mendelik pada Ernest, lalu kembali tersenyum lebar pada Ch

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 8. Babymoon II

    “Gimana perasaan kamu?” bisik Malik seraya mengelus pipi Kimberly dengan lembut.Kimberly terdiam. Harusnya ia yang bertanya seperti itu kepada Malik.Detik berikutnya, Kimberly tersenyum lebar, tangannya mengusap-usap perut dan berseru riang, “Anak kita sepertinya senang banget, Babe! Dia bikin perasaan aku jadi makin bahagia setelah lihat kamu ngendarain motor balap barusan!”“Benarkah?” Malik ikut tersenyum lebar.Kimberly mengangguk cepat. Ia langsung melompat ke pelukan Malik, melingkarkan tangan di leher pria yang masih memakai baju balapan yang dulu sering dia pakai. Malik terlihat tampan sekali dengan baju itu, mengingatkan Kimberly akan kebersamaan mereka sebelum menikah.“Terima kasih, ya! Aku jadi rindu nonton kamu balapan.” Kimberly terkekeh, suaranya terdengar teredam karena bibirnya terbenang di pundak Malik. “Kalau kamu? Gimana perasaan kamu sekarang?”“Perasaanku?” ulang Malik.“Hm-hm. Apa barusan bisa mengobati kerinduan kamu sama balapan?”“Iya.” Malik bergumam dan m

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 7. Babymoon

    Jam dinding sudah menunjukkan pukul 23.25 waktu Andorra. Kimberly merebahkan tubuhnya di kasur berseprai abu tua. Matanya menatap plafon putih dengan penerangan lampu warm white.Mereka baru saja tiba di Andorra pukul 18.30 waktu setempat. Perjalanan ini atas inisiatif Kimberly yang mengidam ingin tidur di kamar Malik, di rumahnya yang ada di Andorra. Setelah mendengar keinginan istrinya, Malik langsung memesan tiket pesawat.“Ternyata begini rasanya ada di kamar kamu.” Kimberly terkekeh dan melirik Malik yang baru saja selesai memindahkan semua pakaian mereka dari koper ke dalam lemari.Tadi Kimberly berniat membantu, tapi Malik melarangnya dan malah menyuruhnya untuk istirahat.“Gimana rasanya? Aneh?” Malik melepas kaos putihnya dan menghampiri ranjang.“Nyaman banget!” Kimberly meringis, ia mengangkat kedua tangan ke atas untuk menyambut Malik yang baru saja menaiki ranjang dan memeluknya. Tangan Kimberly mengalung di leher Malik.Ia sempat menahan napas dengan jantung berdebar-deb

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 6. Para Suami Nunggu Istri

    “Tunggu! tunggu! Mami nggak salah dengar, ‘kan? Kamu… hamil?”Kimberly mengangguk cepat berkali-kali sembari tersenyum lebar.Feli tercengang. Ia dan Archer saling tatap satu sama lain dengan tatapan terkejut. Lalu detik berikutnya keduanya sama-sama menghela napas lega dan tertawa.“Ya Tuhan, terima kasih… Mami senang sekali dengarnya, Sayang!” ucap Feli dengan mata berbinar-binar dan memeluk Kimberly. “Pantas saja akhir-akhir ini Mami ngerasa ada yang berbeda sama kamu.”“Oh ya? Mami bisa ngelihat perubahan aku? Kok aku nggak?”“Mami ini ibu kamu, Kim. Selama dua puluh satu tahun tinggal bareng-bareng, masa Mami nggak bisa menyadari sesuatu yang berbeda sama kamu?” Feli terkekeh kecil, tangannya menepuk-nepuk punggung Kimberly. Ekspresi wajahnya terlihat cerah, secerah langit siang ini di luar sana. Walau air matanya tampak menggenang, tapi itu adalah tangis kebahagiaan.“Mami kok nangis?” tanya Kimberly sesaat setelah pelukannya terlepas. Ia cemberut seraya menangkup pipi sang ibu.

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 5. Suami Sigap

    Gimana kalau sekarang Malik sedang mencari kesenangan di luar karena keadaan di rumah tidak membuatnya nyaman?Satu pertanyaan itu tiba-tiba membuat Kimberly menegakkan punggung. Wajahnya menegang. Air matanya seakan tak ingin berhenti mengalir saat membayangkan Malik melampiaskan kekesalannya dengan menghabiskan waktu bersama wanita lain.“Kamu jahat!” Kimberly menangis sambil membenamkan wajah di atas lutut. “Kamu main pergi begitu aja tanpa memikirkan perasaanku!”Setelah cukup lama menangis sendirian hingga ruangan kamarnya berubah gelap karena sudah memasuki malam, Kimberly akhirnya mandi supaya pikirannya lebih jernih.Dua puluh menit kemudian, ia sudah berganti pakaian dan tubuhnya terasa segar, tapi pikirannya tetap saja kacau. Kimberly mencoba menghubungi Malik lagi, tapi berakhir sia-sia.“Non Kimmy, mau makan malam, Non? Makanannya sudah siap di meja,” ujar Bik Nining yang menghampiri kamar Kimberly.Kimberly menggeleng lesu. “Aku nggak lapar, Bik. Nanti saja makannya.”“No

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 4. Malik Pergi

    “Sayang, aku pulang!”Mendengar seruan Malik, secara spontan Kimberly terbangun dan menaruh remote di meja. Lalu ia bergegas menyongsong Malik ke pintu utama dengan langkah-langkah cepat.“Kamu bawa nasi lemaknya?” tanya Kimberly dengan mata berbinar-binar.“Bawa dong. Nih!”Kimberly tersenyum lebar saat Malik menunjukkan bingkisan di tangannya. Ia langsung merebut bingkisan tersebut. “Terima kasih!” serunya, ceria.Tepat saat Malik akan mengecup bibir Kimberly—sesuatu yang selalu Malik lakukan setiap kali pulang ke rumah, Kimberly tiba-tiba melesat pergi, membuat bibir Malik tidak punya tempat untuk berlabuh.“Hey! Kenapa pergi begitu aja?” protes Malik, yang tak ditanggapi Kimberly. Malik hanya menghela napas pasrah, lalu melangkah masuk mengikuti sang istri.Kimberly terlihat sedang menghidu aroma nasi lemak yang masih terbungkus. Malik tersenyum, lalu mengambil piring bersih dan menaruhnya di meja.“Ini pasti kerjaan kamu nih, Mama kamu senang banget cuma dapat nasi lemak doang,”

DMCA.com Protection Status