"Tolong jangan membuat keributan di sini! Ini rumah sakit, tolong jaga sikap anda Pak!" ucap salah satu sekuriti.Aku mengusap kasar wajahku. Dalam beberapa saat hidupku porak-poranda.Vivi benar-benar keterlaluan, tanpa sadar tanganku mengepal kuat. Tak kusangka aku hanya dibodohi olehnya."Brengsek! Perempuan sial, jadi selama ini aku hanya dianggap apa? Hanya barang mainan yang dimanfaatkan sesaat, kemudian ia membuangku begitu saja saat ia tak lagi membutuhkan?"Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri.Aku masih di halaman rumah sakit ini, sore hari yang kelam aku seolah mendapat kejutan, kejutan luar biasa darinya.Aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Tak ada gunanya lagi aku disini.Baru terpikirkan olehku, mengapa dulu Vivi inginnya aku menikahinya secara siri. Ternyata seperti ini, dia bisa dengan mudah melepaskan diri dariku.Mendadak bayangan wajah ibu berputar di kepalaku. Bagaimana ibu begitu benci dan tak suka pada Vivi, sampai cap perempuan perempuan murahan beliau semat
POV Vivi."Apa maksudnya ini Vi? Apa maksudnya!" sentak Mama sesaat setelah Mas Adrian meninggalkan ruang rawat ini, usai menjatuhkan talak atasku.Aku diam."Vivi! Jawab Mama! Apa maksud Adrian bicara begitu?!" teriaknya lagi dengan netra memerah, wajahnya merah padam.Aku membuang pandangan, tak kuat rasanya menatap tatapannya yang tajam menghujam hingga menembus jantung ini."Ya. Seperti yang Mama dengar sendiri kan tadi," ucapku acuh. Kemudian merebahkan kembali tubuhku di pembaringan, karena bekas sayatan di perutku ini masih sangat sakit sekali, sekaligus ingin meredam detak jantungku yang sejak tadi berdegup kencang. Tak kupungkiri saat tadi kalimat talak itu terucap, seperti ada yang mengguncang dada ini."Jelaskan sama Mama apa maksudnya Adrian berkata seperti itu? Dia sampai jatuhkan talak lho sama kamu, ini hal serius! Katakan apa yang terjadi?! Dia hampir membunuhmu tadi jika saja Mama dan sekuriti datang terlambat mungkin kamu sudah menjadi mayat Vivi!" sentaknya lagi.
Pov Vivi.Bukan hal yang sulit untukku bisa menggaet Mas Adrian, ternyata dia tak sesulit yang aku bayangkan, hanya dengan menggodanya sedikit saja dia sudah terlihat menanggapinya.Sampai suatu pagi, hari Sabtu aku mengajaknya untuk ketemu di luar, aku tahu dia libur di hari Sabtu dan Minggu. Aku mengajaknya makan di sebuah restoran tak jauh dari tempatnya bekerja. Aku sengaja datang lebih awal dan memilih menunggunya di restoran yang sudah kami sepakati."Hai Vi, maaf ya aku terlambat, jalanan macet.""Iya nggak apa-apa, santai aja." Kini kami sudah sama-sama duduk di meja makan, dua gelas minuman jus jeruk sudah kupesan. Aku menyodorkan satu gelas untuknya, dan satu lagi untukku."Minum dulu Mas, pasti kamu haus kan, udara mulai panas." Aku menyodorkan satu gelas untuknya."Iya, kamu tahu aja, makasih ya.""Tumben kamu ngajak aku ketemu kayak gini, ada apa?"tanyanya setelah meneguk minuman miliknya."Nggak apa-apa, aku lagi bosen aja di rumah, kamu nggak keberatan kan?""Nggak.
Vivi povPerkara mengambil hati ibu mertuaku itu bukan perkara penting bagiku, yang terpenting adalah pengakuan dari Mas Adrian jika anak yang dikandung ini adalah anaknya. Juga ingin tahu bagaimana, hidup Mbak Nisa setelah aku menjadi madunya.Aku harus bertahan karena Mas Adrian begitu lemah jika di depan Mbak Nisa, apalagi soal keuangan, gajinya, semuanya Mbak Nisa yang mengatur, oke, aku masih bisa maklum, dimana-mana istri tua itu selalu maunya menang, tapi aku punya seribu cara untuk bisa mendapatkan apa yang kumau.Termasuk sebuah rumah, ya walaupun rumah KPR setidaknya itu lebih baik, daripada harus tinggal di kontrakan rumah petak.Tapi semuanya jadi kacau ketika aku harus tinggal di rumah ibu mertuaku, setiap hari yang ada hanya Omelan, ngerjain pekerjaan rumah yang tak ada habisnya.Aku harus pintar-pintar cari waktu dan kesempatan untuk bertemu dengan Rendi.*Hari ini selesai sudah semua yang kususun rapi itu, tak mengapa toh anak itu sudah lahir, semua orang tahunya ini a
Back to Pov Anisa PutriAku melenggang masuk ke minimarket dan membeli beberapa makanan untuk kubawa ke rumah Tante Ranti.Hampir dua tahun sudah aku tak berjumpa, aku terlalu sibuk dengan semua urusan kantor, Wijaya Grup, sampai saat ini aku baru sempat menyambanginya kembali, di saat semuanya sudah kembali normal.Ya, kehidupanku sudah kembali normal, tak ada bayang-bayang ketakutan lagi.Aku keluar dari minimarket ternyata Mas Adrian tengah duduk di sebuah bangku kecil di sisi sebelah kiri minimarket. Ia seperti menungguku keluar, terbukti saat kaki ini melewati pintu minimarket, ia langsung berdiri menghampiriku."Nis, bisa ngobrol sebentar?" Aku melihat arloji yang melingkar di pergelangan tanganku. Masih jam sepuluh pagi."Plis, sebentar aja," bujuknya."Oke." Aku menyetujuinya.Kami pun duduk berseberangan di tempat tadi Mas Adrian duduk."Kamu sekarang tinggal dimana Nis?""Aku di Jakarta Mas." Ya aku putuskan untuk menetap di sana, di kota metropolitan, tempat dimana aku pu
"Ehm, Tante, maaf. Maaf kalau kata-kata Nisa tadi menyinggung perasaan Tante."Tante Ranti menarik napas panjang kemudian membuangnya kasar."Nggak apa-apa Nis, Tante nggak apa-apa kok.""Ehm, memang tadi sebelum kesini Nisa sempat ketemu sama Mas Adrian di minimarket Tan, dan maaf Mas Adrian sekarang bekerja jadi juru parkir," ucapku hati-hati."Ya. Adrian sekarang benar-benar hancur Nis, tepatnya setelah melepaskan kamu, karma seolah bertubi-tubi menghampirinya. Ya, mungkin karena dia telah menyakitimu." Aku terhenyak mendengar itu.Karma? Aku bahkan sudah belajar ikhlas dan memaafkan semua kesalahannya sejak aku memutuskan untuk membuka lembaran baru, aku juga berharap dia akan bahagia dengan jalan yang dipilihnya, pun denganku, aku ingin meraih bahagiaku sendiri."Adrian dan Vivi, mereka berdua telah lama berpisah Nis, tepat beberapa hari setelah Arka lahir," ucap Tante Ranti sendu kemudian menatap dalam bocah laki-laki yang menggemaskan ini, lalu Pandangannya kembali menatap luru
Hari terus berlalu hingga tak terasa sebulan sudah sejak pertemuanku dengan Mas Adrian dan Tante Vivi.Seperti biasa aku disibukkan dengan pekerjaan di kantor. Sekarang aku sudah mulai fokus berkantor di Wijaya Grup, sudah tak lagi bekerja di kantornya Om Hendrawan.Sedikit demi sedikit aku ingin membangun Wijaya Grup agar lebih berkembang dan terus berkembang menggapai masa kejayaannya seperti pada tiga puluh tahun lalu.Hari ini sebuah Mega proyek yang akan di bangun di daerah Porong, kabupaten Sidoarjo. Aku memutuskan aku sendiri yang akan meninjau lokasi. "Ibu yakin akan berangkat sendiri ke lokasi proyek?" tanya Damar, ia adalah salah satu orang kepercayaanku di sini, aku kerap kali memintanya untuk mewakiliku jika ada urusan bertemu dengan perusahaan vendor untuk melakukan kerjasama.Selain orangnya cerdas, dan sangat cekatan mengambil keputusan, Damar juga sudah cukup lama bekerja di Wijaya Grup hampir sepuluh tahun ia mengabdi di Wijaya Grup, sedikit banyak ia tahu tentang se
"Halo, Assalamu'alaikum, iya Tante.""Wa'alaikumusalam, Put, malam ini kamu ada acara nggak. Tante mau ngajak kamu makan di luar bisa?"Sejenak aku berpikir, memang malam ini aku tak ada cara apapun."Ayolah Put, sudah lama juga kan, kita nggak hangout bareng," bujuk Tante Maya."Iya Tante, Putri bisa, dimana?""Alhamdulillah, nanti Tante share alamat dan lokasinya lewat pesan ya.""Baik Tante, terimakasih banyak Tante.""Iya sama-sama, jangan sampai nggak datang ya, dandan yang cantik ya Sayang."Aku mengerjap, mencerna kalimat terakhirnya."Memangnya ada apa Tan, kok dandan segala.""Nggak ada apa-apa ini cuma acara kecil-kecilan, anniversary pernikahan Tante dan Om, dan ingin ngundang keluarga dekat aja.""Owh Masya Allah tabarakallah, selamat ya Tante, semoga selalu harmonis dan langgeng terus sama Om Hendrawan," ucapku tulus."Iya terimakasih Sayang. Pokoknya jangan lupa datang jam tujuh malam ya, jangan sampai telat, Oke! Assalamualaikum.""Iya Tante, wa'alaikumusalam." Panggilan
Dua bulan sudah terhitung sejak Adrian mulai datang hampir setiap hari ke rumah Yulia untuk membantu segala sesuatu kebutuhan Anita.Merawat orang lumpuh ternyata tidak semudah yang ia bayangkan. Tanpa rasa sungkan Adrian membantu mengangkat tubuh Anita jika hendak ke kamar mandi. Barulah setelah di bawa ke kamar mandi urusan mandi atau buang air akan di bantu oleh Yulia atau Sumi.Adrian duduk termenung di ruang tamu menunggu Anita yang sedang dimandikan oleh Yulia di dalam.Sebenarnya ia tak masalah membantu sampai sejauh ini, Adrian ikhlas. Hanya saja kalau Anita tetap tak merestui hubungan mereka, apa semua yang sudah ia lakukan ini akan sia-sia belaka?"Kenapa? Kok ngelamun? Kamu capek? Bantu Aku dan Mama?" Adrian terkejut tiba-tiba Yulia ada di sebelahnya."Oh, nggak aku lagi menikmati pemandangan bunga-bunga di halaman aja." Adrian berkilah."Oh. Kalau di rasa sudah tak sanggup membantu, katakan saja, aku nggak apa-apa."Adrian terdiam. Baginya cinta yang sudah terlanjur tumbuh
"Selamat pagi Tante," sapa Adrian hari Minggu pagi ini ia datang ke rumah Yulia. Kini Yulia sedang membawa ibunya yang duduk di kursi roda, bermaksud untuk menjemurnya di bawah sinar matahari pagi. Sebuah rutinitas yang tak pernah terlewatkan setiap pagi, agar tubuhnya Anita lebih segar.Adrian datang dengan membawa buah dan kue red Velvet kesukaan Anita.Anita diam, dari raut wajahnya masih memperlihatkan ketidaksukaannya pada Adrian, meski ia tahu Adrian adalah orang yang menolong nyawanya ketika waktu ia butuh transfusi darah. Anita tetap keras kepala, sekali tak suka maka sampai kapanpun ia tetap tak suka.Adrian tersenyum, ia paham dirinya masih belum diterima oleh Anita."Mulai sekarang Saya akan sering datang untuk menemui Tante. Jadi kalau ada apa-apa yang dibutuhkan, jangan sungkan untuk menghubungi saya, Tante."Anita mendelik mendengar ucapan Adrian."Memangnya kamu siapa?! Nggak! Nggak perlu kamu datang kemari sering-sering! Bikin mata sepet aja!" sentak Anita.Sedangkan Y
Semenjak hari itu Yulia benar-benar sulit ditemui, bahkan di kantornya, Adrian tak dapat menemuinya. Gadis itu benar-benar serius dengan ucapannya, yaitu ingin instrospeksi diri juga berpikir lebih jernih mengenai hubungan mereka ke depan.Jangan tanya bagaimana suasana hati Adrian. Tidak bisa mendengar suara Yulia, tak bisa melihat senyumannya, tentu rasanya sangat menyiksa.Ternyata sesakit diabaikan. Apa kabar dengan hati Yulia yang menunggu selama berbulan-bulan, menyembunyikan perasaannya sampai pada akhirnya Adrian menyambut cinta itu.Adrian tak pernah menyerah, ia kembali mencoba menghubungi Yulia melalui sambungan telepon.Namun tetap sama, tidak diangkat.Hingga lebih dari dua minggu kondisi ini berlalu. Adrian menyerah tak lagi mengubungi gadisnya. Ia sudah pasrah. Jika memang mereka ditakdirkan bersama maka insya Allah nanti mereka akan bersama-sama. Tapi jika memang takdir tak menyatukan mereka maka Adrian akan berusaha ikhlas.Ikhlas adalah titik terdalam sebuah perasaa
Mendadak wajah Adrian pucat, ia terlihat gugup menatap Yulia yang menatapnya tajam."Ehm, Li, aku akan jelasin ke kamu semuanya, dan kamu jangan dulu salah paham, oke." Yulia masih terdiam menunggu penjelasan seperti apa yang akan Adrian katakan.Setelah keduanya sama-sama diam untuk beberapa saat, Adrian meneguk jus alpukat miliknya."Aku khilaf telah bermain api di belakang Anisa," ucap Adrian jujur. Sebenarnya ia tak tahu lagi dari mana ia harus memulai bercerita, kata-kata seperti apa yang harus ia rangkai dan ia katakan pada Yulia.Ia tak ingin Yulia jadi salah tangkap dan jadi membencinya, Adrian tak sanggup jika harus kehilangan Yulia. Baginya Anisa sudah menjadi masa lalu, dan sekarang ia ingin menggapai masa depan bersama gadis manis yang tengah merajuk ini."Khilaf sampai berselingkuh dengan sepupunya istrimu, Yan?!" Yulia menggeleng tak percaya.Adrian tercekat, ia tak mampu membantah karena memang itu faktanya."Aku nggak nyangka kamu ternyata setega itu Yan. Apa kehadiran
"Aku pamit pulang ya Kak, kasihan Mama, pasti sudah menungguku pulang." Jari sudah hampir gelap, Yulia pun pamit untuk pulang.Putri mengantar Yulia hingga ke depan pintu gerbang, saat sebuah taksi mobil yang dipesan Yulia tiba di depan rumah Putri, Yulia langsung naik dan berlalu pulang ke rumahnya.Sepanjang perjalanan, perasaan Yulia gampang, antara tetap melanjutkan atau memilih mundur pada hubungannya dengan Adrian. Sesungguhnya jauh di lubuk hatinya, Yulia sangat mencintai laki-laki itu, sejauh ini, walaupun mamanya menentang keras hubungan mereka, selama ini ia tetap berdiri tegak, teguh pada pendiriannya, yaitu memperjuangkan cinta.Tapi menilik akan kisah masa lalunya Adrian, apakah laki-laki itu benar-benar bisa tulus mencintainya sepanjang hidup mereka? Seperti cintanya pada Adrian.Bagaimana kalau tiba-tiba Adrian mengulangi kesalahan yang pernah ia lakukan pada Anisa? Tentu saja hati Yulia akan hancur.Orang bilang sekali saja laki-laki berselingkuh maka tak menutup kemu
Mendadak raut wajah Putri berubah. Ia merasa kurang nyaman membahas lagi tentang masa lalunya."Ehm maaf Kak, maaf banget. Aku bukan bermaksud untuk mengingatkan Kak Putri tentang masa lalu Kakak, tapi aku sangat butuh informasi tentang Adrian." Yulia berkata dengan sungguh-sungguh.Ia tak ada maksud apapun, ia hanya ingin tahu tentang Adrian. Ia tak ingin salah dalam melangkah.Putri menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Kemudian ia meraih cangkir teh-nya, menyesapnya pelan, berharap ia bisa merasa lebih rileks sebelum memulai bercerita tentang mantan suaminya."Ehm, memangnya Yulia kenal Adrian dimana?" tanyanya yang merasa heran bagaimana bisa sosok Yulia yang terlahir dari keluarga terhormat, tumbuh menjadi gadis cantik, berpendidikan tinggi, dan kini memiliki karir yang bagus di perusahaan tempatnya bekerja, tiba-tiba saja kenal dengan Adrian yang notabenenya hanya laki-laki biasa.Yulia tersenyum kecil."Mas Adrian ... Dia calon suami Yulia Kak," jawabnya.Seketi
"Yulia, boleh Tante ngobrol sebentar?" tanya Maya setelah Adrian pamit pulang."Ada apa Tante?" Yulia mendaratkan bobotnya di sebelah Maya.Maya mengulas senyum lembut pada gadis disebelahnya. Yulia memang cantik, dia juga sangat penurut."Gimana kerjaan kamu? Lancar?" tanya Maya sekedar basa-basi."Alhamdulillah lancar Tante." Yulia menatap lekat wajah Maya, ia seakan bisa membaca gurat ekspresi tantenya yang terlihat sepertinya ada yang ingin beliau sampaikan."Ada apa Tante? Ada yang ingin Tante katakan sama Yulia?" tanya Yulia langsung pada intinya. Maya pun kembali mengulas senyum."Iya ada sedikit yang ingin Tante tanyakan." Yulia menegakkan tubuhnya seakan ia telah siap untuk mendengarkan apa yang hendak Maya tanyakan."Kamu serius sama laki-laki itu? Siapa itu tadi namanya, ehm ....""Adrian Tante.""Ah ya, Adrian. Apa kamu benar-benar serius dengan hubungan kalian?" "Iya Tante. Yulia sama dia sih serius, tapi masalahnya ada sama Mama, Mama nggak merestui hubungan kami, padaha
Semenjak hari itu Anita lebih banyak diam, tak lagi membahas tentang perjodohan pada Yulia.Sampai pada hari ini rumah Anita kedatangan sepupunya, yang tak lain adalah Maya–ibunya Raffi.Beberapa kali Maya datang ke rumah, dan dua kali menjenguk di rumah sakit. Melihat kondisi sepupunya yang kini terbaring di tempat tidur membuat Maya sedih, karena biasanya saat ada acara kumpul keluarga, Anita selalu menyempatkan diri untuk hadir di tengah-tengah mereka. Tapi kini semenjak ia mengalami kecelakaan, Anita seakan tersisih dari keluarga besarnya."Gimana keadaan kamu sekarang Mbak?" tanya Maya. Ia datang sendiri dengan di temani supir."Ya beginilah May, tak ada perubahan apapun, aku cuma wanita tua yang lumpuh, dan merepotkan," ketus Anita.Maya yang memang sudah sangat mengerti karakter Anita pun biasa saja."Sabar Mbak, namanya juga ujian. Alhamdulillah Yulia gadis yang baik, aku lihat dia merawatmu dengan baik."Anita hanya menghela napas. Putrinya memang gadis yang baik, cantik, ta
"Makan dulu Ma." Yulia menyuapi bubur untuk Anita. Namun Anita masih diam tak bergeming."Ma, makanlah sedikit," pinta Yulia lagi, pasalnya semenjak sadar dari komanya mamanya lebih banyak diam, tak mau makan.Akibat kecelakaan yang menimpanya dan masalah pada saraf otaknya, menyebabkan kedua kaki Anita tak bisa digerakkan. Lumpuh.Segala sesuatunya harus di bantu. Yulia jadi sering ijin tak masuk kantor, untungnya pihak kantor berbaik hati memberikan dispensasi karena selama mengabdi pada perusahaan kinerja Yulia bagus."Kamu nggak masuk kerja lagi?" tanya Anita.Beruntung meski kakinya lumpuh, dalam berbicara Anita masih lancar, tak ada masalah."Nggak usah pikirkan tentang kerjaanku Ma, yang penting sekarang Mama harus makan biar cepat sembuh," sahut Yulia."Assalamualaikum, selamat pagi." Tiba-tiba pintu ruang rawat Anita terbuka, menampakkan sosok Adrian.Melihat kehadiran Adrian, Anita langsung membuang muka."Ini aku bawakan buah-buahan dan brownies untuk Tante Anita." Adrian m