Share

Bab 99. Butuh waktu untuk sendiri

Penulis: Tifa Nurfa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Mel! Cukup! Aku nggak kayak gitu!"

"Lalu kayak gimana?! Memang itu kenyataannya!" ucapnya sengit. Benar-benar seperti bukan Amel.

Aku menggeleng tak percaya.

"Aku nggak nyangka pemikiran Lo seperti itu sama gue Mel! Gue kecewa sama Lo!"

Aku memilih untuk berbalik badan dan pergi dari tempat ini. Percuma aku datang dengan niat baik untuk meluruskan semua ini, ternyata Amel sudah berubah. Aku sudah tak mengenalinya lagi.

Sakit sekali hati ini ya Allah.

Aku berjalan cepat keluar gedung agensi dengan menahan tangis. Netra ini sudah memanas, begitu aku memasuki mobil, tumpah sudah air mataku. Aku tak mampu lagi menahan desakan air mata ini.

Aku tekan-tekan dada ini, rasanya sesak sekali.

"Ibu nggak apa-apa?" tanya Riyan sambil melirikku dari kaca spion mobil.

"Saya nggak apa-apa. Kita langsung pulang sekarang ya."

Riyan yang duduk di depan kemudi mengangguk dan perlahan mobil mulai bergerak keluar pelataran gedung.

Aku menyeka air mataku. Masih terngiang ucapan Amel yang sangat menyakitka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 100. di Semarang.

    "Tyas! Alhamdulillah kamu sudah sampai! Gimana kabar kamu Sayang?" Sambutan Tante Fira begitu hangat begitu aku sampai di rumah nenek. Tante Fira adalah adik bungsu Mama, dia yang tinggal di rumah nenek dan mengurus nenek yang sudah sepuh."Ayo sini masuk! Zaki, tolong kamu bantu bawa koper Tyas, bawakan masuk ke ke dalam kamar tamu," titah Tante Fira pada Zaki putra sulungnya. Tadi Zaki juga yang menjemputku di stasiun."Iya Ma.""Sini duduk, dulu, Nenek masih istirahat di kamar. Sebentar Tante buatkan teh ya biar hangat.""Terimakasih banyak Tante. Maaf jadi merepotkan.""Iya, sama-sama, kamu kan jarang main kemari. Nenek pasti senang sekali liat kamu datang."Aku mengikuti langkah kaki Fira ke dapur."Gimana kabar Tante dan nenek?""Alhamdulillah semuanya baik, sehat. Nenek Alhamdulillah sehat, ya walaupun masih begitu keadaannya. Tapi masih bisa diajak komunikasi." Nenekku memang sudah stroke. Tante Fira begitu telaten mengurus nenek.Ibuku hanya dua bersaudara dengan Tante Fira,

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 101. Bertemu teman kecil.

    Mentari terbit, diiringi suara kicauan burung, suasana tenang dan udara yang dingin. Sungguh sangat berbeda dengan Jakarta di sini terasa sangat damai. Dan sunyi.Aku hirup udara pagi yang sangat sejuk, mengeratkan kardigan warna hitam yang melekat di tubuhku.Kemudian mulai melangkah kaki, aku ingin sekedar berjalan-jalan berkeliling desa hari ini. Dulu waktu aku masih SD, aku sering berlibur kemari saat liburan sekolah tiba. Bersama Mama, kami menghabiskan waktu liburan sepanjang 2-3 pekan.Papa akan mengantar kami kemari, kemudian menjemput kami ketika liburan usai."Mari Mbak!" sapa seorang warga yang sudah siap dengan topi caping di kepalanya. Sepertinya hendak ke sawah atau ladang."Oh iya, mari Bu!"Mayoritas warga di sini memang bertani. Dan mereka semuanya sangat ramah, tak segan bertegur sapa ketika berpapasan dengan orang lain. Aku kembali melanjutkan langkah. Hingga tanpa sadar aku telah sampai di ujung desa. Dimana hamparan sawah sangat luas membentang, di depanku kini a

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 102. mengenang masa kecil

    "Kenapa ini bisa ada sama kamu?" tanyaku masih tidak percaya dengan apa yang ada dalam genggamanku saat ini. Ini adalah anting bentuk kupu-kupu milikku dulu sewaktu aku masih kecil.Anting ini hilang ketika aku mengikutinya cari ikan di sungai. Anting ini anting kesayanganku, aku dulu sampai menangis karena mencari benda itu tak kunjung ketemu juga, sampai akhirnya aku kembali ke Jakarta. "Sudah Sayang, anting itu nanti Mama belikan yang baru, sudah jangan sedih terus," ucap Mama kala itu menghiburku yang masih terus menangis. Anting itu pemberian Nenek dari Papa, beliau membelikannya khusus untukku, barang itu pun di desain khusus untukku, Nenek memesannya di sebuah toko mas terbesar kala itu, jadi tak ada lagi anting model seperti itu."Setelah hari itu kita mencari ikan, dua hari kemudian kamu balik ke Jakarta, aku setiap hari datang ke sungai itu mencari benda kesayanganmu itu," tuturnya.Aku menatapnya lamat-lamat. Aku cukup terharu mendengarnya. Mencari benda sekecil ini tentu

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 103. Ada Apa di rumah?

    "Tyas!""Ananda!"Kami saling tatap dengan ekspresi sama terkejutnya. Aku tak menyangka dunia sesempit ini, aku bertemu lagi dengan wanita yang merebut suamiku. Mendadak ingatan tentang bagaimana dia dulu tengah bersama dengan Iqbal di dalam sebuah kamar hotel. Kalau itu status Mas Iqbal masih bergelar suamiku."Tak ada kerjaan lain kamu selain meminta duit padaku?" tanya Yusuf dengan nada tak suka.Amanda yang masih terkejut melihatku kini segera menguasai keadaan."Cepatlah! Aku nggak mau berlama-lama. Aku mau pergi. Sumpek aku, nggak di sini nggak di Jakarta, harus ketemu dia lagi, dia lagi!" ucapnya menatapku.Yusuf menatapku dan Amanda dengan heran. Mungkin dia tak menyangka aku dan Amanda saling kenal.Kalian saling kenal?""Ya. Udah ah, mana cepetan, aku mau pergi nih!" pinta Amanda setengah memaksa."Nggak! Aku nggak ada uang! Dari dulu yang ada di otakmu cuma uang, uang dan uang!" sentak Yusuf.Amanda tampak kesal, ia menghentakkan kakinya lalu berlalu begitu saja meninggal

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 104. kondisi Nenek.

    Aku dan Zaki berjalan cepat memasuki rumah, baru beberapa langkah hendak memasuki pintu utama, tiba-tiba seorang wanita keluar dari dalam."Bu Astri?" Zaki menyapa wanita yang mengenakan seragam putih, sepertinya dia bidan."Iya Mas Zaki." Mereka berjabat tangan."Kondisi Nenek sudah lebih baik, hanya saja ada sedikit lebam di dahinya.""Apa? Nenek?""Iya, Tadi saya ditelpon sama Bu Fira, katanya Nenek terjatuh."Degh!Jantungku seakan berhenti berdegup, mendengar kabar kalau Nenek jatuh.Aku bergegas meneruskan langkah masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Zaki dan Bidan yang tengah berbincang."Nenek! Nek!" Aku memanggil sambil berjalan ke kamar Nenek."Ssssttt! Nenek baru saja istirahat Yas." Tante Fira baru saja hendak beranjak dari sisi ranjang, dimana Nenek terbaring di sana. Dahinya sedikit biru."Tante, apa yang terjadi? Katanya Nenek–""Kita bicara di luar yuk, biarkan Nenek istirahat dulu." Aku mengangguk dan mengikuti langkah kaki Tante Fira."Ma! Gimana kondisi Nenek Ma?" Za

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 105. Berpulang.

    Aku dan Tante Fira saling pandang dengan kondisi hati sangat cemas memikirkan Nenek.Kini Nenek masih di periksa di dalam ruangan UGD."Nenek pasti baik-baik aja Tante," ucapku lirih, menenangkan Tante Fira, beliau hanya mengangguk pelan.Kami kembali dalam kebisuan, menunggu dokter atau perawat membuka pintu ruang UGD.Hampir setengah jam kami menunggu. Akhirnya pintu kaca itu terbuka, seorang perempuan mengenakan jas putih dengan stetoskop melingkar di lehernya menatap kami berdua."Dengan keluarga Ibu Suharti Kusuma!""Iya Dok, saya anaknya Dok! Gimana kondisi ibu saya Dok?" Aku dan Tante Fira langsung mendekatkan langkah menghadap sang Dokter."Maaf, maaf sekali Bu, kondisi Nenek saat ini kritis, beliau mengalami pecah pembuluh darah di kepalanya. Saat ini beliau masih belum sadar Bu, dan dengan ini saya meminta persetujuan Ibu selaku pihak keluarga untuk memindahkan Nenek ke ruang ICU."Aku dan Tante Fira saling pandang. Netra ini tiba-tiba memanas. Kondisi Nenek yang sudah sepuh

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 106. Berkabung.

    Isak tangis masih mewarnai kami yang kini duduk mengelilingi sisi jenazah nenek yang terbujur kaku tertutupi kain jarik.Tante Fira, Azizah, Zaki, kami semua terpukul atas kepergian Nenek.Lantunan ayat suci Al Qur'an, surat Yasin bergema memenuhi ruang tamu rumah nenek ini."Assalamualaikum!" Suara Bariton seorang laki-laki yang sangat kukenal, memasuki rumah duka."Papa." Aku langsung menghambur memeluknya erat."Sabar, tabah, ini sudah suratan dari yang maha kuasa," ucap Papa pelan, sambil mengelus bahuku.Kemudian Papa mendekati Tante Fira yang duduk di samping jenazah nenek, juga Azizah dan Zaki."Mas Adi, Ibu–" Papa hanya mengangguk mengerti.Kemudian mereka berjabat tangan, Zaki dan Azizah mencium takzim punggung tangan Papa."Maaf Pakde baru bisa datang," ucap Papa pada Zaki."Nggak apa-apa Pakde."Papa pun membuka kain penutup, untuk melihat wajah nenek yang terakhir kali. Terlihat jelas gurat kesedihan tergambar di wajah Papa.Papa pun menyempatkan diri untuk membacakan sur

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab. 107. Om Zidan.

    Aku dan Papa saling pandang. Zaki marah-marah sama siapa?Dengan langkah cepat aku dan Papa keluar rumah, menoleh ke arah samping. Ternyata Zaki tengah memaki seseorang laki-laki yang tak lain itu adalah Bapaknya.Aku terkejut melihat kedatangan Om Zidan, dengan tas ransel dipunggungnya. "Zaki! Sudah! Biarkan Bapakmu masuk dulu, kita bicara di dalam, nggak enak dilihat orang!" cetus Tante Fira tiba-tiba muncul dibelakangku.Tatapan Zaki dan Om Zidan beradu, seakan sama-sama memendam kebencian.Om Zidan melanjutkan langkahnya, mendekati teras rumah, dimana ada aku dan Papa juga Tante Fira di sana."Mas. Alhamdulillah akhirnya kamu pulang Mas!" Tante Fira menatap sendu laki-laki itu, meraih punggung tangan dan menciumnya takzim, bahunya bergetar, Tante Fira tak mampu menahan tangis melihat laki-laki yang ditunggunya selama ini akhirnya kembali.Om Zidan hanya mengangguk."Gimana kabar kamu, Mas?""Aku sehat, kamu dan dan anak-anak gimana?""Kami semua sehat Mas, ayo masuk dulu.""Zidan

Bab terbaru

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 148. Ending.

    "Pergi dari sini aku bilang! Pergi!" Sentak Iqbal dengan suara menggelegar."Oke, oke, aku tak akan mengambil Rayyan darimu. Tapi satu hal yang ingin aku sampaikan. Bagaimanapun aku ini adalah ayahnya. Jadi aku bisa sewaktu-waktu kemari untuk menengoknya. Kau tak bisa melarangku, kalau itu terjadi maka aku akan membawanya pergi jauh darimu."Ucapan Juna terdengar seperti ancaman bagi Iqbal."Oke! Tapi jangan pernah kau katakan kau adalah ayahnya. Tunggu sampai saatnya tiba. Saat dia bisa mengerti semua keadaan ini."Juna mengangguk kemudian pergi.Dalam keheningan malam, Iqbal duduk sendiri di kamar Rayyan, memandangi anak itu yang tertidur pulas. Sekarang Rayyan mulai mau menginap di rumah itu dan tidur bersama Iqbal. Tentu saja itu sesuatu yang sangat membahagiakan bagi Iqbal."Aku telah mencintaimu sejak hari pertama aku melihatmu di dunia ini," bisiknya lirih. "Sekarang dan sampai kapanpun ... tidak ada yang bisa mengubah itu." Iqbal mengelus pelan rambut lebat bocah yang tengah

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 157. Kenyataan Menyakitkan.

    Iqbal menunggu dengan penuh rasa penasaran. Jantungnya berdegup kencang.Dan Hasilnya ... TIDAK COCOK. Rayyan bukan darah dagingnya.Iqbal tercengang. Dunia seakan runtuh seketika. Hatinya hancur. Ia tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Semua yang selama ini ia kira adalah kenyataan hidupnya, ternyata hanyalah ilusi. Amanda–wanita yang ia nikahi, ternyata telah menipunya. Namun yang lebih menyakitkan lagi, Rayyan anak yang selama ini ia anggap sebagai bagian dari dirinya, anak itu ternyata bukan anak kandungnya.Wajah Iqbal mendadak pucat. Ia masih seperti mimpi. Mimpi buruk yang membuatnya seperti kehilangan sebagian dari hidupnya.Meski ia berpisah lama dengan Rayyan karena dia di penjara, tapi dalam hatinya selalu menyakini bahwa Rayyan adalah permata hatinya. Dan sampai kapanpun dia tak merasa sendiri sebab ia punya anak. Tapi ternyata kenyataan berkata lain. Iqbal menggeleng, beberapa kali ia mengusap kasar wajahnya. Masih tak bisa terima dengan apa yang dikatakan dokter, tapi

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 156. Tes DNA.

    Setelah menjalani masa hukuman di penjara selama beberapa tahun, Iqbal kembali ke dunia luar dengan segunung tantangan yang menantinya. Fauzan yang telah menjamin kebebasan untuk Iqbal. Iqbal tak pernah menyangka, orang yang dulu ia tolong, kini telah sukses dan bahkan bisa menolongnya keluar dari penjara. Iqbal sangat berterimakasih pada Fauzan.Bayangan suram masa lalunya membayang-bayangi langkahnya, tapi ia mencoba menghapus semuanya, memulai lembaran baru. Fauzan menjemput Iqbal dengan mobil miliknya. Begitu sampai di halaman rumah Iqbal terkejut Hasna tengah sibuk melayani beberapa pembeli."Hasna," ucap Iqbal dengan senyum tersungging di bibirnya.Bergegas ia turun dari mobil untuk menemui ibunya. Beberapa langkah sebelum sampai di teras toko, ia melirik ke arah pintu rumahnya. Harusnya ada ibunya yang menyambut kepulangannya di sana. Mendadak hatinya gerimis, mengingat kini ibunya sudah tidak ada lagi.Dulu ibunya adalah satu-satunya orang yang selalu ada mendukungnya. Wala

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 155. Akhir kisah sang Pelakor

    Amanda duduk duduk di tepi ranjang kecil yang suram, memandangi jendela yang menghadap ke gang sempit di sudut kota Semarang.Diluar kehidupan kota samar-samar terdengar, namun jiwa wanita itu terasa hampa. Tubuhnya lemah, wajahnya pucat dengan tatapan matanya kosong. Sisa kehidupan yang dulu penuh hingar bingar kini hanya menyisakan sebuah penyesalan yang tak tertahankan."Aku muak dengan semua kelakuanmu! Kamu hadapi semua ini sendiri! Aku nggak mau tahu! Ini kan buah dari semua perbuatanmu!" sentak Yusuf sore itu sebelum memutuskan untuk pergi ke Jakarta.Yusuf yang menjadi kakak tiri Amanda, merasa sudah capek menghadapi berbagai model orang yang datang menagih hutang pada Amanda.Yusuf seolah menjadi ATM bagi Amanda, seenaknya dia meminta kakaknya untuk membayar hutang-hutangnya.Yusuf pun merasa capek. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi dan berusaha bersikap masa bodoh dengan Amanda. Karena semakin di turuti keinginannya, Amanda semakin menjadi. Seolah makin banyak saja orang

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 154. Iqbal Bebas

    Salah satu perawat yang tinggal tak begitu njauh dari rumah Hasna datang tergopoh, ia langsung mengecek kondisi tubuh Bu Wina yang dingin."Maaf, Ibu Wina sudah tidak ada," ucap perempuan itu lirih."Innalilahi wa Inna ilaihi Roji'un." Beberapa orang tetangga yang sudah datang turut berduka.Sedangkan Hasna masih tak sadarkan diri."Panggilkan Bapakya Hasna, cepat!" seru salah satu tetangga memberi titah pada tetangga lainnya. Laki-laki yang diberi perintah itu pun bergegas lari ke rumah Bapaknya Hasna, yang tinggal tak jauh dari rumah itu bersama Bu Maryam."Astaghfirullah, ada apa, Hasna! Hasna!" Laki-laki paruh baya itu datang, ia syok melihat Wina istri pertamanya telah berpulang. Dan Hasna masih terbaring pingsan.Dalam hati kecilnya ia sangat sedih, meski semasa hidup dan tinggal bersama Wina ia kerap kali berbeda pendapat, kerap kali bertengkar, tapi perjalanan waktu yang di lalui bersama, tentu menyimpan sejuta kenangan bersama juga bersama anak-anak mereka."Yang sabar Pak! I

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 153. Kepergian Bu Wina.

    Pagi-pagi sekali Hasna sudah bersiap untuk pergi menemui Iqbal."Mbak Santi, tolong titip Ibu sebentar ya. Akan saya usahakan cepat pulang." Hasna meminta bantuan tetangga untuk menjaga ibunya sebentar, selama dia pergi."Iya Hasna, tenang aja. Saya akan di sini sampai kamu pulang.""Terimakasih banyak Mbak Santi.Hasna pun berangkat dengan memakai motor matic second yang dibelinya, untuk di pakai setiap kali berbelanja mengisi tokonya.Saat tiba di Lapas, seketika Hasna merasakan atmosfer yang berat. Rasa rindu, marah, kecewa, dan kesedihan bercampur aduk menjadi satu di dalam dadanya. Saat Iqbal muncul di ruang kunjungan, Hasna melihat perubahan besar dalam diri kakaknya. Wajahnya tirus, tubuhnya semakin kurus, rambutnya sedikit berantakan, dan ada bayangan kelam di matanya."Hasna ..." Iqbal memanggil namanya dengan suara serak, seakan-akan ia tak percaya adiknya benar-benar datang.Hasna duduk di depannya, diam sejenak. Suasana canggung terasa di antara mereka. "Aku datang karen

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 152. Tawaran Bantuan.

    "Selamat sore, Mbak Hasna," sapa pria itu.Hasna sedikit terkejut. Ke apa laki-laki itu bisa tahu namanya. Dari gelagatnya dia seperti tidak berniat untuk membeli sesuatu di toko."Sore, Pak. Ada yang bisa saya bantu?""Saya teman lama Iqbal. Namaku Fauzan. Saya baru dengar tentang kejadian yang menimpa keluargamu."Hasna terdiam sejenak. Ada rasa kekhawatiran, jangan-jangan kakaknya punya hutang pada temannya ini dan sekarang dia datang untuk menagih hutang. Begitu pikir Hasna."Oh, begitu. Ada yang bisa saya bantu? Maaf Mas Iqbal tidak ada di rumah."Fauzan mengangguk pelan. "Aku hanya ingin tahu bagaimana kabar ibumu. Aku tahu bahwa apa yang terjadi dengan Iqbal pasti bagi kalian."Hasna memandang pria itu dengan sedikit rasa waspada. Ia memang pernah mendengar nama Fauzan dari Iqbal, tapi mereka tak pernah bertemu sebelumnya. Tentu saja, setelah semua yang terjadi dengan kakaknya, ia sulit untuk langsung mempercayai siapa pun, terutama orang yang datang tiba-tiba tanpa diduga.H

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 151. Jalan terjal kehidupan Keluarga Iqbal.

    POV Author. Jalan Terjal Kehidupan keluarga Iqbal."Makan dulu Bu." Hasna menyuapi ibunya–Wina dengan telaten.Nasi putih dengan tekstur sedikit lembek dan sayur Sop ayam. Biasanya ibunya akan sangat suka dengan menu satu ini. Tapi hari ini Bu Wina seperti tak ada nafsu makan."Bu, lagi ya." Bu Wina menggeleng. Hasna menghela napas."Ya sudah sekarang minum obatnya, ya." Hasna bergegas menuju ke kamar ibunya, membuka laci nakas tempat ia menyimpan obat.Setelah kejadian Bu Wina jatuh stroke, Hasna memilih resign dari kantor dan fokus di rumah mengurus ibunya.Ia membawa Wina kembali ke rumah lamanya. Sedangkan Bu Maryam dan Bapaknya pindah dari rumah itu, tinggal tak begitu jauh dari rumah Bu Wina."Ini Bu obatnya." Setelah selesai mengurusi ibunya, Hasna membawa ibunya ke depan teras rumah, udara pagi yang sejuk, juga sinar matahari pagi bagus untuk kesehatan ibunya."Hasna buka warung dulu ya." Bu Wina hanya mengangguk. Sebenarnya Bu Wina masih bisa bicara walau ada sedikit terb

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 150. Jebakan untuk Om Martin.

    "Halo Sayang, aku sekarang bagi diperjalanan pulang ke Jakarta." Aku mengabari Tyas melalui sambungan telepon."Iya Mas hati-hati. Gimana tadi ketemu sama Pak Bambang?""Ketemu Sayang.""Terus?""Nanti aku ceritakan di rumah ya. Assalamualaikum."Panggilan selesai. Aku fokus mengemudi dengan karena jalan berbelok-belok dan berbatu.Aku kembali ke Jakarta dengan menggenggam luka. Kesaksian Pak Bambang, tentu memberi titik terang sekaligus memberikan luka. Betapa Martin sangat jahat. Padahal Papa sudah sangat percaya padanya.Ternyata dia tega mengkhianati kepercayaan Papa. Sungguh ini sakit sekali."Ya Allah Pa. Lihat kan Pa, orang yang selalu Papa bela mati-matian, orang selalu menjadi diri diantara hubungan kita. Ternyata dia adalah orang yang sangat busuk! Brengsek! Awas saja Kau Martino, aku pastikan kau akan mendekam di balik jeruji besi untuk waktu yang sangat lama," geramku, sambil memukul stir mobil beberapa kali.Aku berhasil keluar dari jalan desa, kini melewati jalanan yang

DMCA.com Protection Status