Share

Bab 95. Kemarahan Amel

Author: Tifa Nurfa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Hallo Yas," ucap Amel di seberang sana. Suara Amel terdengar berbeda di telingaku.

"Iya Mel, hallo, ada apa? Kok tumben telpon malam-malam gini?" tanyaku basa basi, padahal sebenarnya perasaanku sudah tak enak.

"Nggak perlu basa basi Yas! Gue cuma mau bilang kalau gue kecewa sama Lo! Teman yang kukira ngedukung gue, ternyata justru menusuk Gue dari belakang."

Degh!

Kata-kata Amel sungguh bagai belati tajam yang menusuk jantung ini.

Aduh, ini pasti Abian sudah mengatakan sesuatu pada Amel.

Duh, Abian, kenapa sih nggak ngerti banget, sudah berkali-kali aku katakan jangan bilang apapun dulu sama Amel, sebelum aku sendiri yang mengatakan padanya.

Aku meremas jemariku. Mendadak jantungku berdegup tak karuan, merasa tidak enak sama Amel.

"Ehm, Mel, dengerin aku dulu Mel, ini nggak seperti yang kamu pikirkan, aku bisa jelasin semuanya–"

"Halah bulshit! Nggak perlu Lo jelasin apapun. Di depanku kamu mendukungku, tapi dibelakangku ternyata Lo sebaliknya. Benar-benar munafik! Aku nggak nyang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 96. Harus bagaimana?

    Sepanjang hari aku tidak fokus bekerja di kantor. Pikiranku kembali tertuju pada Amel.Aku harus ketemu Amel. Ya, aku harus jelaskan semuanya, kalau aku, tidak seperti yang dia pikirkan.Saat jam makan siang nanti, aku putuskan untuk datang ke tempat kerja Amel.Kembali aku menatap layar laptopku.Baru saja aku ingin fokus bekerja, tiba-tiba saja sering ponsel, tanda panggilan masuk, mengagetkanku.Nomer baru tak di kenal, memanggil.Siapa ya yang menelpon?Walau dengan perasaan ragu, aku beranikan diri untuk menggulir tombol hijau di layar."Hallo, Assalamualaikum, Tyas kamu lagi sibuk ya Nak?" tanya suara seorang perempuan dari seberang sana. Aku mengenal suara ini."Ta–Tante Suryani?""Lho kok Tante!""Eh, ehm, i–iya maksud Tyas, Mama. Kok tahu nomer Tyas?""Ya tau dong! Tinggal minta sama Abi.""Oh iya ya."Aku menggaruk pelan pelipisku yang tak gatal. Tentu saja itu sangat mudah, tinggal minta sama Abian."Ehm ada apa Ma, tumben telpon Tyas, ada apa Ma?""Nggak ada apa-apa, cuma

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 97. Segera Tunangan.

    Aku mengikuti langkah Abian dengan perasaan berkecamuk di dalam dada.Begitu sampai di restoran, terlihat Tante Suryani sudah duduk dengan anggun menunggu.Abaya berwarna hitam dengan hijab lebar warna senada. Kaca mata dengan list emas bertengger di wajahnya, menambah cantik penampilan wanita yang sudah berumur tak lagi muda, tapi masih terlihat begitu anggun dan cantik."Akhirnya Kalian sampai, pasti di jalan macet ya?" tanyanya dengan senyum merekah di bibir."Iya Ma, maaf ya sudah menunggu lama." Aku meraih punggung tangannya dan menciumnya takzim. Tante Suryani pun langsung memelukku hangat, mencium kedua pipiku. Aku yang sudah lama kehilangan sosok Mama, diperlakukan sedemikian hangat tentu saja membuat hatiku senang."Nggak apa-apa. Makasih lho, walaupun kamu sibuk, tapi masih menyempatkan untuk datang makan siang sama-sama. Yuk duduk yuk!"Aku dan Abian pun duduk. Restoran dengan dekorasi bernuansa jawa, duduk lesehan dengan meja yang tak begitu tinggi. Ornamen kayu jati, men

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 98. Bertemu Amel.

    "Ehm, jadi kalian sudah siap nih? Kalau gitu Mama akan langsung hubungi–""Ma! Nanti kami pikirkan waktu yang tepat ya Ma, Tyas nggak mau terburu-buru," cegatku.Tante Suryani terdiam beberapa saat, netranya menelisik menatapku."Oh, ya sudah kalau begitu. Cuma saran Mama, kalau memang sudah saling cocok lebih baik di segerakan. Nggak baik juga terlalu mengulur waktu, takut jadi fitnah nanti," ucap Tante Suryani kemudian dengan gurat kecewa d wajahnya. "I–iya Ma."Sekali lagi aku melirik Abian, dia tersenyum jahil padaku. Dia pasti senang merasa punya pembela.Lalu bagaimana dengan aku? Aku harus ketemu Amel. Nggak mungkin aku menikah dengan Abian, sedangkan ada sahabatku yang terluka, sedih dan menderita karena cintanya harus kandas."Permisi! Silakan, Pak Bu!" Tiba-tiba seorang pramusaji datang membawa nampan berisi makanan kami."Oh ya, terimakasih ya Mbak!" ucap Tante Suryani ramah."Sudah lengkap semua ya Ibu, Pak, pesanannya?" Sang pramisaji mengecek semua makanan yang ada di m

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 99. Butuh waktu untuk sendiri

    "Mel! Cukup! Aku nggak kayak gitu!""Lalu kayak gimana?! Memang itu kenyataannya!" ucapnya sengit. Benar-benar seperti bukan Amel.Aku menggeleng tak percaya."Aku nggak nyangka pemikiran Lo seperti itu sama gue Mel! Gue kecewa sama Lo!"Aku memilih untuk berbalik badan dan pergi dari tempat ini. Percuma aku datang dengan niat baik untuk meluruskan semua ini, ternyata Amel sudah berubah. Aku sudah tak mengenalinya lagi.Sakit sekali hati ini ya Allah.Aku berjalan cepat keluar gedung agensi dengan menahan tangis. Netra ini sudah memanas, begitu aku memasuki mobil, tumpah sudah air mataku. Aku tak mampu lagi menahan desakan air mata ini.Aku tekan-tekan dada ini, rasanya sesak sekali."Ibu nggak apa-apa?" tanya Riyan sambil melirikku dari kaca spion mobil."Saya nggak apa-apa. Kita langsung pulang sekarang ya."Riyan yang duduk di depan kemudi mengangguk dan perlahan mobil mulai bergerak keluar pelataran gedung.Aku menyeka air mataku. Masih terngiang ucapan Amel yang sangat menyakitka

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 100. di Semarang.

    "Tyas! Alhamdulillah kamu sudah sampai! Gimana kabar kamu Sayang?" Sambutan Tante Fira begitu hangat begitu aku sampai di rumah nenek. Tante Fira adalah adik bungsu Mama, dia yang tinggal di rumah nenek dan mengurus nenek yang sudah sepuh."Ayo sini masuk! Zaki, tolong kamu bantu bawa koper Tyas, bawakan masuk ke ke dalam kamar tamu," titah Tante Fira pada Zaki putra sulungnya. Tadi Zaki juga yang menjemputku di stasiun."Iya Ma.""Sini duduk, dulu, Nenek masih istirahat di kamar. Sebentar Tante buatkan teh ya biar hangat.""Terimakasih banyak Tante. Maaf jadi merepotkan.""Iya, sama-sama, kamu kan jarang main kemari. Nenek pasti senang sekali liat kamu datang."Aku mengikuti langkah kaki Fira ke dapur."Gimana kabar Tante dan nenek?""Alhamdulillah semuanya baik, sehat. Nenek Alhamdulillah sehat, ya walaupun masih begitu keadaannya. Tapi masih bisa diajak komunikasi." Nenekku memang sudah stroke. Tante Fira begitu telaten mengurus nenek.Ibuku hanya dua bersaudara dengan Tante Fira,

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 101. Bertemu teman kecil.

    Mentari terbit, diiringi suara kicauan burung, suasana tenang dan udara yang dingin. Sungguh sangat berbeda dengan Jakarta di sini terasa sangat damai. Dan sunyi.Aku hirup udara pagi yang sangat sejuk, mengeratkan kardigan warna hitam yang melekat di tubuhku.Kemudian mulai melangkah kaki, aku ingin sekedar berjalan-jalan berkeliling desa hari ini. Dulu waktu aku masih SD, aku sering berlibur kemari saat liburan sekolah tiba. Bersama Mama, kami menghabiskan waktu liburan sepanjang 2-3 pekan.Papa akan mengantar kami kemari, kemudian menjemput kami ketika liburan usai."Mari Mbak!" sapa seorang warga yang sudah siap dengan topi caping di kepalanya. Sepertinya hendak ke sawah atau ladang."Oh iya, mari Bu!"Mayoritas warga di sini memang bertani. Dan mereka semuanya sangat ramah, tak segan bertegur sapa ketika berpapasan dengan orang lain. Aku kembali melanjutkan langkah. Hingga tanpa sadar aku telah sampai di ujung desa. Dimana hamparan sawah sangat luas membentang, di depanku kini a

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 102. mengenang masa kecil

    "Kenapa ini bisa ada sama kamu?" tanyaku masih tidak percaya dengan apa yang ada dalam genggamanku saat ini. Ini adalah anting bentuk kupu-kupu milikku dulu sewaktu aku masih kecil.Anting ini hilang ketika aku mengikutinya cari ikan di sungai. Anting ini anting kesayanganku, aku dulu sampai menangis karena mencari benda itu tak kunjung ketemu juga, sampai akhirnya aku kembali ke Jakarta. "Sudah Sayang, anting itu nanti Mama belikan yang baru, sudah jangan sedih terus," ucap Mama kala itu menghiburku yang masih terus menangis. Anting itu pemberian Nenek dari Papa, beliau membelikannya khusus untukku, barang itu pun di desain khusus untukku, Nenek memesannya di sebuah toko mas terbesar kala itu, jadi tak ada lagi anting model seperti itu."Setelah hari itu kita mencari ikan, dua hari kemudian kamu balik ke Jakarta, aku setiap hari datang ke sungai itu mencari benda kesayanganmu itu," tuturnya.Aku menatapnya lamat-lamat. Aku cukup terharu mendengarnya. Mencari benda sekecil ini tentu

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 103. Ada Apa di rumah?

    "Tyas!""Ananda!"Kami saling tatap dengan ekspresi sama terkejutnya. Aku tak menyangka dunia sesempit ini, aku bertemu lagi dengan wanita yang merebut suamiku. Mendadak ingatan tentang bagaimana dia dulu tengah bersama dengan Iqbal di dalam sebuah kamar hotel. Kalau itu status Mas Iqbal masih bergelar suamiku."Tak ada kerjaan lain kamu selain meminta duit padaku?" tanya Yusuf dengan nada tak suka.Amanda yang masih terkejut melihatku kini segera menguasai keadaan."Cepatlah! Aku nggak mau berlama-lama. Aku mau pergi. Sumpek aku, nggak di sini nggak di Jakarta, harus ketemu dia lagi, dia lagi!" ucapnya menatapku.Yusuf menatapku dan Amanda dengan heran. Mungkin dia tak menyangka aku dan Amanda saling kenal.Kalian saling kenal?""Ya. Udah ah, mana cepetan, aku mau pergi nih!" pinta Amanda setengah memaksa."Nggak! Aku nggak ada uang! Dari dulu yang ada di otakmu cuma uang, uang dan uang!" sentak Yusuf.Amanda tampak kesal, ia menghentakkan kakinya lalu berlalu begitu saja meninggal

Latest chapter

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 148. Ending.

    "Pergi dari sini aku bilang! Pergi!" Sentak Iqbal dengan suara menggelegar."Oke, oke, aku tak akan mengambil Rayyan darimu. Tapi satu hal yang ingin aku sampaikan. Bagaimanapun aku ini adalah ayahnya. Jadi aku bisa sewaktu-waktu kemari untuk menengoknya. Kau tak bisa melarangku, kalau itu terjadi maka aku akan membawanya pergi jauh darimu."Ucapan Juna terdengar seperti ancaman bagi Iqbal."Oke! Tapi jangan pernah kau katakan kau adalah ayahnya. Tunggu sampai saatnya tiba. Saat dia bisa mengerti semua keadaan ini."Juna mengangguk kemudian pergi.Dalam keheningan malam, Iqbal duduk sendiri di kamar Rayyan, memandangi anak itu yang tertidur pulas. Sekarang Rayyan mulai mau menginap di rumah itu dan tidur bersama Iqbal. Tentu saja itu sesuatu yang sangat membahagiakan bagi Iqbal."Aku telah mencintaimu sejak hari pertama aku melihatmu di dunia ini," bisiknya lirih. "Sekarang dan sampai kapanpun ... tidak ada yang bisa mengubah itu." Iqbal mengelus pelan rambut lebat bocah yang tengah

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 157. Kenyataan Menyakitkan.

    Iqbal menunggu dengan penuh rasa penasaran. Jantungnya berdegup kencang.Dan Hasilnya ... TIDAK COCOK. Rayyan bukan darah dagingnya.Iqbal tercengang. Dunia seakan runtuh seketika. Hatinya hancur. Ia tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Semua yang selama ini ia kira adalah kenyataan hidupnya, ternyata hanyalah ilusi. Amanda–wanita yang ia nikahi, ternyata telah menipunya. Namun yang lebih menyakitkan lagi, Rayyan anak yang selama ini ia anggap sebagai bagian dari dirinya, anak itu ternyata bukan anak kandungnya.Wajah Iqbal mendadak pucat. Ia masih seperti mimpi. Mimpi buruk yang membuatnya seperti kehilangan sebagian dari hidupnya.Meski ia berpisah lama dengan Rayyan karena dia di penjara, tapi dalam hatinya selalu menyakini bahwa Rayyan adalah permata hatinya. Dan sampai kapanpun dia tak merasa sendiri sebab ia punya anak. Tapi ternyata kenyataan berkata lain. Iqbal menggeleng, beberapa kali ia mengusap kasar wajahnya. Masih tak bisa terima dengan apa yang dikatakan dokter, tapi

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 156. Tes DNA.

    Setelah menjalani masa hukuman di penjara selama beberapa tahun, Iqbal kembali ke dunia luar dengan segunung tantangan yang menantinya. Fauzan yang telah menjamin kebebasan untuk Iqbal. Iqbal tak pernah menyangka, orang yang dulu ia tolong, kini telah sukses dan bahkan bisa menolongnya keluar dari penjara. Iqbal sangat berterimakasih pada Fauzan.Bayangan suram masa lalunya membayang-bayangi langkahnya, tapi ia mencoba menghapus semuanya, memulai lembaran baru. Fauzan menjemput Iqbal dengan mobil miliknya. Begitu sampai di halaman rumah Iqbal terkejut Hasna tengah sibuk melayani beberapa pembeli."Hasna," ucap Iqbal dengan senyum tersungging di bibirnya.Bergegas ia turun dari mobil untuk menemui ibunya. Beberapa langkah sebelum sampai di teras toko, ia melirik ke arah pintu rumahnya. Harusnya ada ibunya yang menyambut kepulangannya di sana. Mendadak hatinya gerimis, mengingat kini ibunya sudah tidak ada lagi.Dulu ibunya adalah satu-satunya orang yang selalu ada mendukungnya. Wala

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 155. Akhir kisah sang Pelakor

    Amanda duduk duduk di tepi ranjang kecil yang suram, memandangi jendela yang menghadap ke gang sempit di sudut kota Semarang.Diluar kehidupan kota samar-samar terdengar, namun jiwa wanita itu terasa hampa. Tubuhnya lemah, wajahnya pucat dengan tatapan matanya kosong. Sisa kehidupan yang dulu penuh hingar bingar kini hanya menyisakan sebuah penyesalan yang tak tertahankan."Aku muak dengan semua kelakuanmu! Kamu hadapi semua ini sendiri! Aku nggak mau tahu! Ini kan buah dari semua perbuatanmu!" sentak Yusuf sore itu sebelum memutuskan untuk pergi ke Jakarta.Yusuf yang menjadi kakak tiri Amanda, merasa sudah capek menghadapi berbagai model orang yang datang menagih hutang pada Amanda.Yusuf seolah menjadi ATM bagi Amanda, seenaknya dia meminta kakaknya untuk membayar hutang-hutangnya.Yusuf pun merasa capek. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi dan berusaha bersikap masa bodoh dengan Amanda. Karena semakin di turuti keinginannya, Amanda semakin menjadi. Seolah makin banyak saja orang

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 154. Iqbal Bebas

    Salah satu perawat yang tinggal tak begitu njauh dari rumah Hasna datang tergopoh, ia langsung mengecek kondisi tubuh Bu Wina yang dingin."Maaf, Ibu Wina sudah tidak ada," ucap perempuan itu lirih."Innalilahi wa Inna ilaihi Roji'un." Beberapa orang tetangga yang sudah datang turut berduka.Sedangkan Hasna masih tak sadarkan diri."Panggilkan Bapakya Hasna, cepat!" seru salah satu tetangga memberi titah pada tetangga lainnya. Laki-laki yang diberi perintah itu pun bergegas lari ke rumah Bapaknya Hasna, yang tinggal tak jauh dari rumah itu bersama Bu Maryam."Astaghfirullah, ada apa, Hasna! Hasna!" Laki-laki paruh baya itu datang, ia syok melihat Wina istri pertamanya telah berpulang. Dan Hasna masih terbaring pingsan.Dalam hati kecilnya ia sangat sedih, meski semasa hidup dan tinggal bersama Wina ia kerap kali berbeda pendapat, kerap kali bertengkar, tapi perjalanan waktu yang di lalui bersama, tentu menyimpan sejuta kenangan bersama juga bersama anak-anak mereka."Yang sabar Pak! I

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 153. Kepergian Bu Wina.

    Pagi-pagi sekali Hasna sudah bersiap untuk pergi menemui Iqbal."Mbak Santi, tolong titip Ibu sebentar ya. Akan saya usahakan cepat pulang." Hasna meminta bantuan tetangga untuk menjaga ibunya sebentar, selama dia pergi."Iya Hasna, tenang aja. Saya akan di sini sampai kamu pulang.""Terimakasih banyak Mbak Santi.Hasna pun berangkat dengan memakai motor matic second yang dibelinya, untuk di pakai setiap kali berbelanja mengisi tokonya.Saat tiba di Lapas, seketika Hasna merasakan atmosfer yang berat. Rasa rindu, marah, kecewa, dan kesedihan bercampur aduk menjadi satu di dalam dadanya. Saat Iqbal muncul di ruang kunjungan, Hasna melihat perubahan besar dalam diri kakaknya. Wajahnya tirus, tubuhnya semakin kurus, rambutnya sedikit berantakan, dan ada bayangan kelam di matanya."Hasna ..." Iqbal memanggil namanya dengan suara serak, seakan-akan ia tak percaya adiknya benar-benar datang.Hasna duduk di depannya, diam sejenak. Suasana canggung terasa di antara mereka. "Aku datang karen

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 152. Tawaran Bantuan.

    "Selamat sore, Mbak Hasna," sapa pria itu.Hasna sedikit terkejut. Ke apa laki-laki itu bisa tahu namanya. Dari gelagatnya dia seperti tidak berniat untuk membeli sesuatu di toko."Sore, Pak. Ada yang bisa saya bantu?""Saya teman lama Iqbal. Namaku Fauzan. Saya baru dengar tentang kejadian yang menimpa keluargamu."Hasna terdiam sejenak. Ada rasa kekhawatiran, jangan-jangan kakaknya punya hutang pada temannya ini dan sekarang dia datang untuk menagih hutang. Begitu pikir Hasna."Oh, begitu. Ada yang bisa saya bantu? Maaf Mas Iqbal tidak ada di rumah."Fauzan mengangguk pelan. "Aku hanya ingin tahu bagaimana kabar ibumu. Aku tahu bahwa apa yang terjadi dengan Iqbal pasti bagi kalian."Hasna memandang pria itu dengan sedikit rasa waspada. Ia memang pernah mendengar nama Fauzan dari Iqbal, tapi mereka tak pernah bertemu sebelumnya. Tentu saja, setelah semua yang terjadi dengan kakaknya, ia sulit untuk langsung mempercayai siapa pun, terutama orang yang datang tiba-tiba tanpa diduga.H

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 151. Jalan terjal kehidupan Keluarga Iqbal.

    POV Author. Jalan Terjal Kehidupan keluarga Iqbal."Makan dulu Bu." Hasna menyuapi ibunya–Wina dengan telaten.Nasi putih dengan tekstur sedikit lembek dan sayur Sop ayam. Biasanya ibunya akan sangat suka dengan menu satu ini. Tapi hari ini Bu Wina seperti tak ada nafsu makan."Bu, lagi ya." Bu Wina menggeleng. Hasna menghela napas."Ya sudah sekarang minum obatnya, ya." Hasna bergegas menuju ke kamar ibunya, membuka laci nakas tempat ia menyimpan obat.Setelah kejadian Bu Wina jatuh stroke, Hasna memilih resign dari kantor dan fokus di rumah mengurus ibunya.Ia membawa Wina kembali ke rumah lamanya. Sedangkan Bu Maryam dan Bapaknya pindah dari rumah itu, tinggal tak begitu jauh dari rumah Bu Wina."Ini Bu obatnya." Setelah selesai mengurusi ibunya, Hasna membawa ibunya ke depan teras rumah, udara pagi yang sejuk, juga sinar matahari pagi bagus untuk kesehatan ibunya."Hasna buka warung dulu ya." Bu Wina hanya mengangguk. Sebenarnya Bu Wina masih bisa bicara walau ada sedikit terb

  • Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri    Bab 150. Jebakan untuk Om Martin.

    "Halo Sayang, aku sekarang bagi diperjalanan pulang ke Jakarta." Aku mengabari Tyas melalui sambungan telepon."Iya Mas hati-hati. Gimana tadi ketemu sama Pak Bambang?""Ketemu Sayang.""Terus?""Nanti aku ceritakan di rumah ya. Assalamualaikum."Panggilan selesai. Aku fokus mengemudi dengan karena jalan berbelok-belok dan berbatu.Aku kembali ke Jakarta dengan menggenggam luka. Kesaksian Pak Bambang, tentu memberi titik terang sekaligus memberikan luka. Betapa Martin sangat jahat. Padahal Papa sudah sangat percaya padanya.Ternyata dia tega mengkhianati kepercayaan Papa. Sungguh ini sakit sekali."Ya Allah Pa. Lihat kan Pa, orang yang selalu Papa bela mati-matian, orang selalu menjadi diri diantara hubungan kita. Ternyata dia adalah orang yang sangat busuk! Brengsek! Awas saja Kau Martino, aku pastikan kau akan mendekam di balik jeruji besi untuk waktu yang sangat lama," geramku, sambil memukul stir mobil beberapa kali.Aku berhasil keluar dari jalan desa, kini melewati jalanan yang

DMCA.com Protection Status