"Mas!"
Suara teriakan Damaira masih terdengar hingga keluar rumah. Tapi, Negan tak peduli, dia lebih baik keluar rumah dan mencari udara segar ketimbang di rumah.Negan mengerang karena kesal dalam mobil.'Susah juga punya istri cantik, andai orang-orang itu tahu, kalau Damaira itu hanya seorang pelayan toko, tak berpendidikan, dan dari kampung, apa mereka akan tetap mengaguminya. Menyebalkan!' monolog Negan.Dalam perjalanan Negan menghubungi Sita, menanyakan wanita itu melakukan kunjungan di mana, lalu menyusulnya.Sesampainya di klinik, Negan langsung mencari keberadaan Sita. Dia butuh pelampiasan atau sekedar mengobrol dengan teman yang nyaman untuk diajak bicara."Masih lama giliran kita?" tanya Negan dengan nada dingin.Sita yang mendengar sedikit syok, tidak biasanya Negan bersikap seperti itu.'Mungkin sedang ada masalah,' batin Sita."Sepertinya, Pak. Dokternya belum selesai praktek dan saya urutan no…" Sita menjeda kalimatnya lalu menghRasa hati seperti ada yang hilang ketika berpisah dengan Sita, Negan sendiri tak paham apa itu, sekedar rasa nyaman? Entahlah!Negan melajukan kendaraannya menuju Klinik yang dimaksud dengan gamang.Dalam perjalanan, Negan masih tak percaya dengan apa yang terjadi.Sepertinya dia tidak terlalu kuat mendorong istrinya, Negan sempat berpikir bahwa itu hanyalah akal-akal istrinya, tapi Ibunya bukanlah orang yang bisa diajak bekerja sama oleh Damaira.Negan mengerang kesal, tak tahu mengapa suasana hatinya masih memburuk.Setelah sampai di Klinik, Negan langsung mencari dimana keberadaan sang istri. Dari kejauhan Negan memindai kondisi istrinya, cukup memprihatinkan. 'Apa aku terlalu kuat mendorongnya? Ah salah dia sendiri membuat masalah,' monolog Negan dalam hati.Negan mendekat ke arah brankar, Laras menatap kesal padanya, lalu memberi beberapa pukulan di bahu."Kalau kamu sudah tak menyukainya karena dia tak berguna, setidaknya kamu ceraikan saja di
Setelah Negan mendekati mobil tersebut ternyata mobil The Moonlight Bakery."Dinda?" gumam Negan.Dari pintu terdengar Dinda yang sedikit berteriak berbicara dengan istrinya yang entah berada di mana, Negan pun memasuki rumah."Kamu, Din! Aku pikir siapa pagi-pagi datang bertamu," seru Negan."Oh, Mas. Aku mengantar kruk untuk Ira." Negan hanya ber-oh saja."Beli apa, Mas? Aku juga bawa sarapan untuk kalian." Dinda menyiapkan makanannya yang dia bawa, ayam bakar lengkap dengan lalapan dan ongseng buncis bercampur bakso dan sosis."Cuma beli nasi uduk. Mewah sekali makanannya yang kamu bawa!" seru Negan."Jarang-jarang aku kemari, khusus aku bawakan untuk sahabatku yang sedang teraniaya," sindir Dinda dengan tangannya yang masih sibuk menyiapkan minuman.Dalam hati Negan mengumpat, mendengar sindiran dari Dinda."Kamu sudah dari tadi?" Akhirnya Negan mengalihkan perhatian dengan bertanya hal lain."Belum, paling 10 menit mungkin. Maaf
"Hebat kamu, Ra. Stok sabarmu banyak," kata Dinda sepeninggalan Laras.Damaira hanya tersenyum sebagai jawaban."Kamu belum cerita kenapa kamu bisa sampai seperti ini?" tanya Dinda.Damaira bercerita bagaimana kejadian yang sebenarnya. Dinda membulatkan mata sempurna bercampur emosi yang meluap.Menurut Dinda hal itu sudah termasuk KDRT, terlebih belakang ini, Negan memang sudah sering bermain tangan.Melihat emosi Dinda yang meletup-letup, Damaira urung menceritakan perihal hatinya yang tak tenang akhir-akhir ini, tentang kedekatan suaminya dengan wanita lain.Tak terasa waktu sudah tengah hari, setelah memastikan Damaira memakan makan siang dan meminum obatnya, Dinda segera menuju ke The Moonlight Bakery."Hati-hati ya, Din. Terima kasih!""Sama-sama, Ra. Bye!" Damaira melambaikan tangan pada Dinda.Sembari menunggu Dinda sampai di Toko Roti, Damaira menyalakan televisi. Entah mengapa tiba-tiba hatinya merasa resah, tapi dia segera menepis semua
"Astaga! Apa yang telah ku lakukan," gumam Negan.Negan berjongkok, lalu memeluk tubuh Damaira seraya mengucapkan kata maaf."Maafkan aku, Ra. Maafkan aku. Jangan bicara seperti itu." "Pamali."Untuk beberapa waktu, Negan membiarkan istrinya tergugu dalam pelukannya. Setelah dirasa Damaira cukup tenang, Negan kembali berbicara."Ayo bersihkan lukamu." Negan menggendong Damaira ke atas ranjang.Dengan telaten pria itu melepas dan membersihkan luka istrinya, kemudian kembali menutupnya dengan perban."Apa ini sakit sekali?" tanya Negan seraya menutup luka dengan perban rekat. Damaira menggeleng."Masih jauh lebih sakit di sini, Mas!" Damaira menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak, dia pun kembali menangis.Negan berlutut di depan Damaira, memegang kedua tangan istrinya, lalu menatap wajah ayu yang tertunduk itu."Maafkan aku, Ra. Aku terlalu lelah hari ini." Negan beralasan untuk menutupi kebohongannya.Negan berdiri lantas duduk
"Pak Negan!"Seruan itu mengalihkan perhatian Negan, begitu juga dengan Damaira, tapi dia enggan untuk menoleh dan memilih menunggu reaksi suaminya.Entah itu sebuah kebetulan atau memang sebuah takdir, untuk Damaira sendiri dia tak suka dengan situasi seperti ini, begitu pula dengan Negan.Sita!Orang yang memanggil nama Negan dengan suara renyah adalah anak buahnya–Sita, tampak sekali binar kebahagiaan di mata wanita itu saat tak sengaja bertemu dengannya.Dalam hati Negan mengumpat, entah ini keberuntungan atau kesialan untuknya, dia berpikir sejenak apa yang harus dilakukan mengingat dia sedang bersama Damaira.Sedangkan Damaira terus melirik pada Negan, dia bukanlah wanita bodoh yang tak tahu keriangan dalam seruan Sita memanggil nama suaminya. Sangat terdengar jelas, seperti orang menang undian."Oh, kamu, Ta!" seru Negan. Lalu melirik ke arah Damaira.Ekspresi wajah Damaira berubah datar dan tak seceria tadi.Entah Sita tak sadar dengan keb
Mendengar pertanyaan dari istrinya, jantung Negan bagai genderang yang ditabuh.Negan menarik nafas pelan untuk menetralkan detak jantungnya dan kegugupannya."Mau tanya apa? Kenapa serius sekali?" Damaira tersenyum."Mas ada hubungan apa dengan Sita?"Uhuk! Uhuk! Uhuk!Negan terbatuk karena salivanya sendiri.Damaira jelas bisa melihat kegugupan suaminya, dia hanya ingin tahu sejauh mana hubungan Negan dengan anak buahnya itu."Kenapa sampai tersedak? Saking kagetnya dengan pertanyaanku?" tanya Damaira."Apaan sih, Ra? Ya jelas aku kaget. Pertanyaanmu ada-ada saja. Aku dan Sita nggak ada hubungan apa-apa.""Tapi jelas sekali dari gestur dan cara bicara Sita padamu, Mas.""Ya kalau itu urusan dia, bukan urusanku. Yang penting kami tidak memiliki hubungan apapun. Kamu juga lihat kan sikapku bagaimana, aku tak menanggapi wanita itu," ucap Negan setenang mungkin.Memang benar untuk saat ini dia dan Sita memang tidak memiliki hubungan apa-apa,
Dengan pikiran yang berkecamuk, Sita sedang berusaha menekan perasaannya, agar tak meluap-luap. Oleh sebab itu, dia menjeda kalimat yang ingin dikatakan olehnya.Dia begitu bimbang antara bicara yang sebenarnya atau tidak, khawatir akan berimbas ke depannya."Hanya apa, Sita? Aku tak memiliki banyak waktu, Sita. Jangan bermain-main apalagi mengulur waktuku," tekan Negan."Aku hanya cemburu dengan kemesraan Mas Negan dengan Mbak Ira," ucap Sita dengan lantang."Apa? Cemburu?" Sita mengangguk, tapi tak berani menatap Negan."Kamu sehat kan, Ta?""Aku sangat sehat, Mas," jawab Sita yang tak mengerti maksud Negan.Padahal yang dimaksud oleh Negan adalah waras. Sita benar-benar dalam keadaan waras dan sadar atau tidak mengatakan hal seperti itu.Negan menarik tangan yang berada di genggaman Sita. Tak dapat dipungkiri jantungnya berdebar kencang, entah karena sentuhan tangan wanita itu atau pernyataannya, Negan tak mengerti Mana yang benar.Negan khaw
Akhirnya Damaira dan Negan sampai di rumah selepas maghrib setelah bermacet-macetan di jalanan ibu kota."Gila, semakin lama semakin parah macet dimana-mana," gerutu Negan."Kalau naik mobil benar-benar melelahkan, sama sekali nggak bisa bergerak. Berbeda kalau menggunakan motor, bisa selip sana-sini," imbuh Negan dengan kesal.Semenjak mengendarai mobil, Neganemang lebih sering menggerutu soal kemacetan.Damaira terkekeh, lalu berkata, "Seperti itulah jalanan di ibu kota tercinta kita, Mas. Kalau begitu, kami naik mobil saja, Mas.""Gengsilah! Masa manajer naik motor. Nanti kalau tiba-tiba klien minta diantara bagaimana? Kamu ada-ada saja, Ra.""Kan aku hanya memberi usulan, Mas."Damaira membuka sabuk pengaman, lalu mengambil kantong plastik yang berisi makan dan beberapa keperluan dapur.Negan tiba-tiba berbaik hati membeli semua itu. Jujur itu membuat hatinya tidak tenang. Damaira sudah berusaha untuk mengusir pikiran buruk itu, namun tak jug