Setelah Negan mendekati mobil tersebut ternyata mobil The Moonlight Bakery.
"Dinda?" gumam Negan.Dari pintu terdengar Dinda yang sedikit berteriak berbicara dengan istrinya yang entah berada di mana, Negan pun memasuki rumah."Kamu, Din! Aku pikir siapa pagi-pagi datang bertamu," seru Negan."Oh, Mas. Aku mengantar kruk untuk Ira." Negan hanya ber-oh saja."Beli apa, Mas? Aku juga bawa sarapan untuk kalian."Dinda menyiapkan makanannya yang dia bawa, ayam bakar lengkap dengan lalapan dan ongseng buncis bercampur bakso dan sosis."Cuma beli nasi uduk. Mewah sekali makanannya yang kamu bawa!" seru Negan."Jarang-jarang aku kemari, khusus aku bawakan untuk sahabatku yang sedang teraniaya," sindir Dinda dengan tangannya yang masih sibuk menyiapkan minuman.Dalam hati Negan mengumpat, mendengar sindiran dari Dinda."Kamu sudah dari tadi?"Akhirnya Negan mengalihkan perhatian dengan bertanya hal lain."Belum, paling 10 menit mungkin. Maaf"Hebat kamu, Ra. Stok sabarmu banyak," kata Dinda sepeninggalan Laras.Damaira hanya tersenyum sebagai jawaban."Kamu belum cerita kenapa kamu bisa sampai seperti ini?" tanya Dinda.Damaira bercerita bagaimana kejadian yang sebenarnya. Dinda membulatkan mata sempurna bercampur emosi yang meluap.Menurut Dinda hal itu sudah termasuk KDRT, terlebih belakang ini, Negan memang sudah sering bermain tangan.Melihat emosi Dinda yang meletup-letup, Damaira urung menceritakan perihal hatinya yang tak tenang akhir-akhir ini, tentang kedekatan suaminya dengan wanita lain.Tak terasa waktu sudah tengah hari, setelah memastikan Damaira memakan makan siang dan meminum obatnya, Dinda segera menuju ke The Moonlight Bakery."Hati-hati ya, Din. Terima kasih!""Sama-sama, Ra. Bye!" Damaira melambaikan tangan pada Dinda.Sembari menunggu Dinda sampai di Toko Roti, Damaira menyalakan televisi. Entah mengapa tiba-tiba hatinya merasa resah, tapi dia segera menepis semua
"Astaga! Apa yang telah ku lakukan," gumam Negan.Negan berjongkok, lalu memeluk tubuh Damaira seraya mengucapkan kata maaf."Maafkan aku, Ra. Maafkan aku. Jangan bicara seperti itu." "Pamali."Untuk beberapa waktu, Negan membiarkan istrinya tergugu dalam pelukannya. Setelah dirasa Damaira cukup tenang, Negan kembali berbicara."Ayo bersihkan lukamu." Negan menggendong Damaira ke atas ranjang.Dengan telaten pria itu melepas dan membersihkan luka istrinya, kemudian kembali menutupnya dengan perban."Apa ini sakit sekali?" tanya Negan seraya menutup luka dengan perban rekat. Damaira menggeleng."Masih jauh lebih sakit di sini, Mas!" Damaira menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak, dia pun kembali menangis.Negan berlutut di depan Damaira, memegang kedua tangan istrinya, lalu menatap wajah ayu yang tertunduk itu."Maafkan aku, Ra. Aku terlalu lelah hari ini." Negan beralasan untuk menutupi kebohongannya.Negan berdiri lantas duduk
"Pak Negan!"Seruan itu mengalihkan perhatian Negan, begitu juga dengan Damaira, tapi dia enggan untuk menoleh dan memilih menunggu reaksi suaminya.Entah itu sebuah kebetulan atau memang sebuah takdir, untuk Damaira sendiri dia tak suka dengan situasi seperti ini, begitu pula dengan Negan.Sita!Orang yang memanggil nama Negan dengan suara renyah adalah anak buahnya–Sita, tampak sekali binar kebahagiaan di mata wanita itu saat tak sengaja bertemu dengannya.Dalam hati Negan mengumpat, entah ini keberuntungan atau kesialan untuknya, dia berpikir sejenak apa yang harus dilakukan mengingat dia sedang bersama Damaira.Sedangkan Damaira terus melirik pada Negan, dia bukanlah wanita bodoh yang tak tahu keriangan dalam seruan Sita memanggil nama suaminya. Sangat terdengar jelas, seperti orang menang undian."Oh, kamu, Ta!" seru Negan. Lalu melirik ke arah Damaira.Ekspresi wajah Damaira berubah datar dan tak seceria tadi.Entah Sita tak sadar dengan keb
Mendengar pertanyaan dari istrinya, jantung Negan bagai genderang yang ditabuh.Negan menarik nafas pelan untuk menetralkan detak jantungnya dan kegugupannya."Mau tanya apa? Kenapa serius sekali?" Damaira tersenyum."Mas ada hubungan apa dengan Sita?"Uhuk! Uhuk! Uhuk!Negan terbatuk karena salivanya sendiri.Damaira jelas bisa melihat kegugupan suaminya, dia hanya ingin tahu sejauh mana hubungan Negan dengan anak buahnya itu."Kenapa sampai tersedak? Saking kagetnya dengan pertanyaanku?" tanya Damaira."Apaan sih, Ra? Ya jelas aku kaget. Pertanyaanmu ada-ada saja. Aku dan Sita nggak ada hubungan apa-apa.""Tapi jelas sekali dari gestur dan cara bicara Sita padamu, Mas.""Ya kalau itu urusan dia, bukan urusanku. Yang penting kami tidak memiliki hubungan apapun. Kamu juga lihat kan sikapku bagaimana, aku tak menanggapi wanita itu," ucap Negan setenang mungkin.Memang benar untuk saat ini dia dan Sita memang tidak memiliki hubungan apa-apa,
Dengan pikiran yang berkecamuk, Sita sedang berusaha menekan perasaannya, agar tak meluap-luap. Oleh sebab itu, dia menjeda kalimat yang ingin dikatakan olehnya.Dia begitu bimbang antara bicara yang sebenarnya atau tidak, khawatir akan berimbas ke depannya."Hanya apa, Sita? Aku tak memiliki banyak waktu, Sita. Jangan bermain-main apalagi mengulur waktuku," tekan Negan."Aku hanya cemburu dengan kemesraan Mas Negan dengan Mbak Ira," ucap Sita dengan lantang."Apa? Cemburu?" Sita mengangguk, tapi tak berani menatap Negan."Kamu sehat kan, Ta?""Aku sangat sehat, Mas," jawab Sita yang tak mengerti maksud Negan.Padahal yang dimaksud oleh Negan adalah waras. Sita benar-benar dalam keadaan waras dan sadar atau tidak mengatakan hal seperti itu.Negan menarik tangan yang berada di genggaman Sita. Tak dapat dipungkiri jantungnya berdebar kencang, entah karena sentuhan tangan wanita itu atau pernyataannya, Negan tak mengerti Mana yang benar.Negan khaw
Akhirnya Damaira dan Negan sampai di rumah selepas maghrib setelah bermacet-macetan di jalanan ibu kota."Gila, semakin lama semakin parah macet dimana-mana," gerutu Negan."Kalau naik mobil benar-benar melelahkan, sama sekali nggak bisa bergerak. Berbeda kalau menggunakan motor, bisa selip sana-sini," imbuh Negan dengan kesal.Semenjak mengendarai mobil, Neganemang lebih sering menggerutu soal kemacetan.Damaira terkekeh, lalu berkata, "Seperti itulah jalanan di ibu kota tercinta kita, Mas. Kalau begitu, kami naik mobil saja, Mas.""Gengsilah! Masa manajer naik motor. Nanti kalau tiba-tiba klien minta diantara bagaimana? Kamu ada-ada saja, Ra.""Kan aku hanya memberi usulan, Mas."Damaira membuka sabuk pengaman, lalu mengambil kantong plastik yang berisi makan dan beberapa keperluan dapur.Negan tiba-tiba berbaik hati membeli semua itu. Jujur itu membuat hatinya tidak tenang. Damaira sudah berusaha untuk mengusir pikiran buruk itu, namun tak jug
Ting! Pintu lift terbuka di lantai satu, rupanya di sana ada Sita yang menunggu lift itu terbuka. Wanita itu tersenyum ramah pada Negan dan Andi, lalu masuk ke dalam lift."Pagi Pak Andi. Pagi Pak Negan," sapa Sita pada keduanya."Pagi, Neng Sita," balas Andi. Sedangkan Negan hanya tersenyum tipis.Hanya keheningan yang tercipta di dalam lift tersebut, hingga mereka sampai di lantai yang dituju.Sita keluar begitu saja tanpa kata-kata untuk sekedar basa-basi.Negan tetap bersikap santai, walau sebenarnya ada sedikit kekecewaan dalam dirinya.Pagi ini Negan memberikan briefing seperti biasa. Jujur saja, Negan merasa sedikit gelisah karena Sita terlihat biasa saja dan santai."Sita, apa kamu memiliki kendala lagi?" Negan mencoba memancing Sita untuk bicara.Sita pun menyebutkan beberapa kendala yang sedang dia hadapi."Kamu harus lebih baik lagi, mengingat bulan ini adalah bulan ke tiga kamu di sini, sebagai penentuan lulus probation atau tida
"Apa maunya wanita itu, membuat kepalaku sakit saja," kesal Negan.Setelah melakukan panggilan yang kesekian kalinya, barulah Sita mengangkat panggilan tersebut."Kamu di mana?" tanya Negan.Sita menyebutkan sebuah apotek yang menjadi area, setelah itu dia akan datang ke rumah sakit daerah."Memangnya ada apa, Mas?" tanya Sita pura-pura tidak tahu maksud Negan."Aku ingin bicara denganmu," jawab Negan.Sita tersenyum penuh kemenangan. Lalu kembali berkata, "Setelah ini aku akan makan siang dulu, mau makan siang bersama?"Negan menolak mentah-mentah tawaran Sita, sebab dia ada janji makan siang dengan salah satu kliennya besama dengan anak buahnya yang lain.Sore harinya Negan menyusul Sita ke sebuah Klinik.Melihat Negan datang, Sita hanya bersikap acuh tak acuh, sengaja mempermainkan hati pria itu.Setelah selesai bertemu dengan klien pun, Sita seperti menghindari Negan."Ayo kita bicara lebih dulu," ucap Negan setelah berhasil meraih tan
Empat bulan kemudian Isa dan Dina akhirnya menikah, setelah si kembar lahir kedunia dua bulan yang lalu.Keduanya memang sengaja mengambil waktu lebih lama, agar keluarga Damaira fokus lebih dulu pada si kecil Narendra dan Naela. Kembar yang begitu menggemaskan, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, sama seperti Damaira dan Damaisa.Saat ini Isa sedang berada di depan penghulu dan juga Negan sebagai wali dalam pernikahannya dengan Dina. Dina sendiri masih menunggu di ruang rias yang tersedia tak jauh dari tempatnya berada.Deg-degan itu sudah pasti, entah sudah berapa kali pria datar itu menghela nafas untuk menetralkan kegugupan.Penghulu mulai melakukan serangkaian prosesi. Negan dan Isa berjabat tangan, prosesi ijab qabul di mulai.Dengan satu tarikan nafas akhirnya Damaisa Kurniawan telah menjadikan Findina Langit Senja binti Surya Cakrawala sebagai istrinya.Suasana haru tercipta, apalagi ketika pengantin wanita di bawa ke ruangan tersebut. Ucapan selamat dan doa terbaik diuc
“Ibu benar mau aku menikah? Dengan siapapun wanita pilihanku?” tanya Isa dengan wajah serius.Lestari diam sejenak sebelum menjawab.“Kamu masih ingin menikah dengan Dina?” tanya Lestari.“Iya, kalau Ibu memberi restu.”Lestari menghembuskan nafas pelan.“Kamu tidak ada wanita lain?”“Belum ada, Bu. Kalau Ibu menginginkan wanita lain, mungkin butuh waktu lebih lama.”“Kamu sungguh-sungguh menyukai wanita itu?”Dalam guratan wajah Isa masih tersirat sedikit keraguan.“Mintalah dulu petunjuk pada sang Pemilik Hati, Sa. Ibu tidak mau kalau kamu memiliki maksud tertentu menikahi Dina, seperti balas dendam.”Isa masih diam, mencoba membuka lembar demi lembar memori mengapa dia ingin menikahi Dina.“Kalau kamu sudah mendapatkan kemantapan hati ingin menikahi Dina karena untuk beribadah dan mencintainya, Ibu akan restui,” ujar Lestari.Isa justru bergelung dengan hatinya sendiri, antara maju atau mundur.“Baik, Bu. Isa akan pikirkan baik-baik dan juga minta petunjuk sama Tuhan.” Benar itu ad
Satu tahun kemudian.Kebahagiaan demi kebahagiaan semakin terlimpah di keluarga Mahesa dan Damaira. Sakit dan luka di masa lalu perlahan hanya menjadi sebuah butiran yang terhempas karena tiupan angin.Setelah beberapa bulan lalu Mahesa dan Damaira pergi ke Jerman untuk bulan madu, tak lupa mengajak anak-anak untuk turut serta. Sekarang Wanita itu telah berbadan dua.Bukan, tapi tiga. Ya, Damaira hamil anak kembar. Karena faktor keturunan, hamil anak kembar sangat mungkin terjadi.Di sisi lain, di kota Makassar, Nindi dan Dion juga tengah merasakan kebahagiaan yang sama. Nindi akhirnya hamil, bahkan beberapa bulan lebih dulu dari Damaira.Kabar itu diberikan langsung oleh Nindi pada Damaira. Rezeki memang unik, Tuhan akan memberikan di waktu yang tepat. Di saat semua permasalahan hati di masa lalu selesai, akan tubuh cinta yang baru.Tak kalah membahagiakan Isa juga telah resmi membuka kantor perusahaan sendiri di Jakarta. Karyawannya masih terdiri dari beberapa orang. Pria itu semaki
Beberapa minggu berlalu pernikahan Nindi dan Dion pun sudah terlaksana. Meski hanya sederhana keduanya terlihat bagaimana.Di hari Minggu yang cerah itu, Nindi dan Dion berkunjung ke rumah Mahesa, dengan harapan keluarga itu berada di rumah Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah Keysha. Nindi benar-benar bertekad ingin berbaikan dengan anak itu. Dia ingin sekali mendapatkan maaf dari bocah berusia 12 tahun itu.Ya, kurang lebih 12 tahun Nindi meninggal Keysha. Nindi pikir semuanya akan baik-baik saja, ternyata Tuhan memiliki takdir yang sudah ditetapkan untuk mereka.“Oh, Mbak Nindi dan Mas Dion, apa kabar kalian? Selamat ya atas pernikahannya. Kami senang mendengar kabar tersebut.”Damaira dan Mahesa menyambut kedatangan sepasang pengantin yang baru saja rujuk itu.“Kabar baik, Ira. Terima kasih. Maaf kami tidak mengadakan acara apapun.”“Jadi–” Nindi menjeda kalimatnya dan melihat ke arah suaminya, Dion pun mengangguk dan tersenyum.“Jadi, kedatangan kami kemari untuk bertemu deng
Pertanyaan yang seperti memojokkan Citra, membuat dia sejenak berpikir untuk mencari kalimat yang tepat dan mematahkan tuduhan pria itu.“Apa aku ada hak menolak perjodohan ini?”Citra justru bertanya, bukan menjawab pertanyaan Ardi.“Kenapa kamu bertanya seperti itu?” tanya Ardi seraya menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.“Kamu mau jawaban jujur atau jawaban yang menyenangkan hatimu?” tanya Citra.Sepasang anak manusia itu terus saling melempar pertanyaan tanpa ada yang mau menjawab.“Jujur.”“Baiklah kalau begitu aku tidak akan sungkan,” kata Citra. Ardi pun mempersilakan Citra untuk mengatakan segala unek-uneknya.“Aku justru beranggapan Kak Ardi-lah yang menolak perjodohan ini. Kenapa? Seperti yang sudah sedikit aku singgung tadi, kamu tak pernah bersikap baik kepadaku, menyapaku pun hampir tidak pernah, ketika kita berpapasan lebih banyak kamu seperti menganggapku orang asing, kita tidak saling kenal, padahal aku selalu tersenyum padamu sebagaimana junior kepada seniornya.”
“Mbak, apa di depan atau di sekitar sini ada Pak Negan?” tanya seorang dokter kepada perawat.“Sebentar saya lihat dulu, dok.”“Kalau misal ada bilang, suruh ke ruangan, dokter Maulana mencari,” kata dokter Maulana.“Baik, dok.”Perawat itu keluar dari ruangan kemudian mengedarkan pandangan mencari Negan.Negan cukup cukup terkenal di karangan dokter, perawat, orang-orang penting di rumah sakit, dan juga marketing yang lainnya. Apalagi setelah pria itu mengalami kecelakaan namanya making disebut-sebut.“Nah itu dia si duda keren,” monolog perawat itu setelah melihat keberadaan Negan.“Selamat siang menjelang sore Mas Negan,” sapa perawat itu.“Eh, Iya, Mbak. Ini masih siang bolong,” balas Negan. Wanita itu terkekeh pelan.“Mas Negan dicari sama dokter Maulana, ditunggu di ruangannya.”Negan mengernyitkan keningnya, kemudian bertanya, “ada apa ya, Mbak?”“Kurang tahu Mas, Mas datang saja ke ruangan beliau.”“Terima kasih Mbak informasinya.”“Sama-sama Mas, mari.” Negan mengangguk horma
Pagi ini Mahesa disibukan dengan serangkaian pekerjaan, padahal saat ini waktu subuh baru saja berlalu dan matahari belum terbit. Beberapa hari ini pria itu sedikit kurang tidur. Setelah menikah entah mengapa rezeki terus mengalir tiada henti. Proyek sana-sini.“Ini, Mas.” Damaira memberi secangkir kopi sebagai penyemangat lagi.“Terima kasih, Sayang.” Mahesa menarik tangan istrinya, kemudian memberi kecupan hangat sebagai doping.Damaira selalu saja diberi kejutan dengan sikap manis Mahesa. Pria itu benar-benar membuatnya seperti ratu yang spesial.Tak ingin kalah, Damaira pun membalas serangan Mahesa. Sebulan bersama pria itu membuat hidupnya semakin berwarna.“Kalau begitu aku keluar dulu, masak.” Mahesa mengangguk.Damaira menyerah beberapa hal tentang kerumahtanggaan seperti bersih-bersih, laundry, dan lain sebagainya, kecuali masak.Memasak baginya harus dilakukan sendiri, agar kelak anak-anak dan suaminya selalu merindukan masakannya.Meski tinggal bersama mertua, sudah pasti
Tak hanya Indra yang meluapkan emosi pada Nindi tapi juga Linda. Nindi terpojok sebagai tersangka. Janda itu menangis tersedu. Indra seakan belum puas dan terus memarahi anaknya.Ketegangan itu masih terus terjadi hingga bel rumah itu berbunyi mengalihkan perhatian semua orang yang ada di dalam rumah itu.Dengan kesal Indrawan membuka pintu, melihat siapa yang datang sontak membuat pria paruh baya itu kembali naik darah.“Ini biang keroknya datang, dasar pria tak bertanggung jawab, brengsek!” Indra langsung memaki Dion yang tak tahu apa-apa.Pria itu hanya mengerutkan kedua alisnya, mencoba menelaah apa yang sebenarnya terjadi.“Ada apa, Yah? Siapa biang kerok.” Linda dan Nindi datang menyusul Indra ke ruang tamu.“Ngapain kamu datang ke sini? Bosan hidup, hah?” Sama halnya dengan suaminya, Linda pun langsung menghardik Dion.Nindi sendiri masih berusaha menenangkan diri setelah mendapat amarah dari kedua orang tuanya.Dion menatap iba pada mantan istrinya, entah apa yang baru saja te
Isa tak juga menjabat tangan Dina dan hanya terus menatapnya.“Kenapa hanya menatapku seperti itu?” Dina kembali angkat suara.“Ayo kita berjabat tangan dan kita kembali seperti dulu.” Dengan segenap jiwa dan hatinya Dina menahan sakit. Wanita itu terus memberi sugesti positif pada dirinya sendiri bahwa pasti rasa sakit itu hanya akan menyelimuti berlangsung untuk beberapa waktu saja. Asalkan mengalihkan semuanya pada pekerjaan dan hal lainnya pasti akan segera sirna dengan sendirinya.Dina tersenyum samar dan mulai menarik tangannya. Dia sungguh tidak mengerti kemauan pria yang ada di depannya.Dina menarik nafas dengan maksud menarik ingusnya agar tidak keluar. Dia menahan tangis sekuat tenaga.“Ya sudah ayo kita pulang. Orang-orang pasti menganggapku orang gila karena duduk di sini berjam-jam.Dina meraih tangan Isa dan menarik pria itu agar segera beranjak dari duduknya. Tapi Isa justru menahan tangan Dina.“Ayo kita menikah!” seru Isa.Ucapan Isa sontak membuat Dina membulatkan