Setelah menemui Negan, Nindi menyusun rencana yang lain, sebab dia melihat ada keraguan pada diri pria itu.“Aku tak bisa mengandalkan pria itu, aku harus segera bertindak. Untung aku berhasil mendapatkan nomor Mahesa,” monolog Nindi.Setelah bertanya ke sana ke mari akhirnya Nindi berhasil mendapatkan nomor Mahesa. Bodohnya dia nomor itu masih tak berubah sejak dia mengenal pria itu belasan tahun yang lalu.Wanita itu menyeringai, kemudian mengirim sebuah pesan untuk mantan suaminya, beserta foto-foto kebersamaan Damaira dan Negan yang dia ambil di restoran yang ada di sebuah mall kemarin.Karena perbedaan waktu yang cukup jauh, antara Jakarta dan Jerman, Nindi harus bersabar menunggu reaksi dari Mahesa.Nindi membuka-buka status di aplikasi chat tersebut, dia baru melihat ada status baru dari mantan suaminya-Dion.Pria itu mengungkapkan kebahagiaannya yang sebentar lagi akan memiliki momongan.Pria yang selalu berkata, “Tidak apa-apa, Sayang. Tidak punya anak pun kita akan tetap bah
Nindi yang tak mendapat respon dari Mahesa jelas merasa kesal, wanita itu ingin menghubungi tapi dia berulah sadar jika nomornya telah di blokir.“Apa-apaan ini? Kenapa nomorku malah diblokir?”“Mahesa!” Pekik Nindi dengan kesal, dia bahkan menghentakkan kedua kakinya seperti anak kecil yang tantrum.Lelah mengerang dan menghentakkan kaki, Nindi berjongkok lalu memegang kepala bagian belakang dengan kedua tangannya, frustasi.“Sial! Sial! Sial!” Nindi terus merutuki dirinya sendiri.Mahesa benar-benar sudah menolak dirinya, tanpa basa-basi.“Apa yang harus aku lakukan?” monolog Nindi.Rencana Nindi gagal, bahkan sampai Mahesa pulang pun Negan tak juga menghubunginya.Negan sudah memutuskan untuk tidak bermain-main atau mengusik kehidupan Damaira.Pria itu sudah melepas Damaira walau masih dalam tahap berusaha. Negan tak mau egois, cukup masa lalu menjadi pengingat kesalahannya.Untuk apa Negan
Keysha menoleh ke arah calon ibunya, kemudian berjalan mendekat ke arah Damaira.Damaira memandang ke arah Mahesa, meminta persetujuan pria itu untuk mengambil peran. Mahesa mengangguk.“Bangunlah, Mbak Nindi.”Wanita itu bangun dan menatap Damaira dengan sengit. Dia merasa posisinya sebagai ibu telah tergantikan, karena Keysha lebih menurut dengan ucapan Damaira. Sekali memanggil saja Keysha sudah langsung berjalan ke arah Damaira.“Keysha, setidaknya kamu harus menyapa ibu kandungmu, walau hanya sekedar mencium punggung tangannya,” Damaira mencoba menasihati Keysha.“Tapi Mom, dia tidak pantas untuk jadi ibuku, dia sudah membuangku,” Keysha membantah ucapan Damaira.“Baiklah. Mama tidak akan memaksa, mungkin kamu butuh waktu.” Damaira membelai lembut kepala Keysha.Damaira kembali memandang ke arah Nindi.“Untuk beberapa waktu ini, lebih baik Mbak Nindi jangan mengganggu Keysha, biarkan dia berpikir dulu–.”
Waktu begitu cepat berlalu, hari pernikahan Damaira dan Mahesa semakin dekat, tapi pria bernama Damaira Kurniawan baru saja menginjak kaki di tanah air setelah sebulan berkelana di negeri industri, Jerman.Damaira kesal karena Isa tak bisa diandalkan untuk membantunya mempersiapkan pernikahan, untunglah dia masih memiliki Dewa, adik yang baik hati dan tanpa pamrih.Damaira dan Ezra telah menunggu kedatangan pria sombong dan dingin itu di bandara sejak lima menit yang lalu.Pengumuman pesawat yang ditumpangi oleh Isa baru saja landing, berkumandang keseluruhan penjuru bandara. Masih butuh waktu 15-30 menit hingga bisa bertemu dengan pria itu.Damaira sudah tidak sabar untuk menghajar saudara kembarnya itu, apalagi Isa tiba di Indonesia hampir tengah malam saat seharusnya sudah mulai tertidur lelap.“Papi masih lama ya, Ma?”“Bisa jadi, kamu dengar sendiri tadi pesawat baru saja mendarat.” Ezra mengangguk lalu kembali memasang earphone kesayangan ke telinga untuk menghalau bosan dan ngan
Sementara Ersa berjalan-jalan dengan ayah dan saudara tirinya, Damaira kembali melihat daftar yang harus ia kerjakan untuk persiapan pernikahannya.“Sudah berapa persen persiapanmu?” tanya Isa.“Masih banyak yang belum ter-handle. Sepertinya aku harus wira-wiri Jakarta-Purwokerto.”“Untuk urusan itu biar aku saja, kamu fokus di sini, nanti aku dan Dewa akan mengurus yang di Purwokerto. Calon pengantin pamali sering pergi-pergi,” ujar Isa.Damaira mengangguk paham, beruntung sekali dirinya memiliki saudara-saudara yang baik padanya.Pada akhirnya Damaira tidak jadi bermalas-malasan.Dering ponselnya mengalihkan perhatian Damaira. Mahesa menghubungi, pria itu mengajak Damaira untuk memilih hantaran yang akan dibawa saat pernikahan nanti.Satu jam kemudian, Mahesa datang menjemput calon istrinya.“Masih lelah, Sa?” tanya Mahesa.“Lumayan, Bang. Lelah juga dua puluh jam di pesawat. Maafkan aku tidak bisa menemani kalian hari ini.”“Tidak masalah, lebih baik kamu beristirahat, memulihkan t
Di lantai 2 Ezra menyampaikan kegelisahannya tentang ayah kandungnya kepada Isa. Dia menceritakan secara detail tentang apa yang dikatakan oleh Dina.Isa mendengarkan dengan seksama, ini dia mulai memahami, jika apa yang dilihatnya tadi pagi dan penilaiannya terhadap Negan, bukanlah hanya sebuah asumsi.“Aku khawatir dengan ayah, Papi. Aku sudah meminta Tante Dina untuk menghubungimu jika terjadi sesuatu pada ayah.”“Tapi tahu kekhawatiranmu, Ezra. Kita sama-sama berdoa semoga tidak akan terjadi apa-apa dengan ayahmu.”“Tolong ajak Ayah ke dokter, Papi.”“Papi tidak bisa janji dalam waktu dekat, Ezra. Ingat pernikahan mamamu hanya tinggal menghitung hari.” Ezra mengangguk paham.Tak ingin menimbulkan kecurigaan, setelah selesai berbincang mengenai Negan, dua pria berbeda generasi itu kembali turun ke lantai 1.“Apa yang kalian bicarakan? Kenapa kelihatannya serius sekali?” tanya Damaira.“Rahasia lelaki, Ma,” jawab Ezra lalu nyengir kuda.“Jadi sekarang main rahasia-rahasiaan nih sama
Hari pernikahan Damaira hanya tinggal seminggu lagi. Hari ini Damaira dan Ezra akan berangkat ke Purwokerto. Demi keamanan keduanya menaiki moda transportasi kereta api.Sedangkan Isa akan menyusul esok harinya dengan menggunakan mobil dan membawa barang-barang keperluan pernikahan.Saat ini rumah Damaira masih berkumpul banyak orang, ada Dinda dan Zivan, Naya dan keluarga kecilnya, dan juga Negan, Dina, serta Celine.Di rumah itu baru saja diadakan doa untuk kelancaran pernikahan Damaira dan Mahesa.Mereka masih berkumpul untuk membicarakan teknis orang-orang yang akan datang ke Purwokerto menghadiri pernikahan itu.Akhirnya tercapai kesepakatan kapan mereka akan berangkat ke Purwokerto dan siapa saja.“Jadi Mama dan Ezra nggak akan datang bersama kami?” tanya Celine memastikan.“Iya, Mama dan Ezra akan berangkat nanti malam, Celine.”“Apa aku juga boleh ikut berangkat nanti malam?”“Tidak, Celine!”Bukan Damaira yang menjawab melainkan Finnegan Cakrawala-ayahnya.“Nanti kamu hanya
Ezra tak sengaja melihat ayahnya menyusul ibunya ke teras belakang.Pria kecil itu perlahan mengikuti langkah ayahnya. Dia tak langsung menyapa ketika kedua orang tuanya duduk bersama.Ezra hanya mengamati dan mencuri dengar apa yang mereka bicarakan. Terkesan tidak sopan memang, tapi anak kecil itu sangat penasaran.Dari awal hingga akhir Esra mendengar pembicaraan kedua orang tua kandungnya. Dia yang ikut terharu pun akhirnya tak kuasa menahan diri untuk tidak mendekat ke arah kedua orang tuanya.“Papa, Mama.” Ezra menyeru memanggil kedua orang tuanya. Tanpa permisi pria kecil itu ikut menghambur memeluk keduanya meski tangannya tak cukup.Damaira dan Negan segera melepaskan pelukan dan kompak memeluk anaknya.Baik Damaira maupun Negan merasakan hal yang sama. Ternyata seperti itu rasanya berdamai dengan masa lalu dan juga diri sendiri. Lega! Beban terasa hilang dari pundak, isi tempurung kepala pu