Keysha menoleh ke arah calon ibunya, kemudian berjalan mendekat ke arah Damaira.
Damaira memandang ke arah Mahesa, meminta persetujuan pria itu untuk mengambil peran. Mahesa mengangguk.“Bangunlah, Mbak Nindi.”Wanita itu bangun dan menatap Damaira dengan sengit. Dia merasa posisinya sebagai ibu telah tergantikan, karena Keysha lebih menurut dengan ucapan Damaira. Sekali memanggil saja Keysha sudah langsung berjalan ke arah Damaira.“Keysha, setidaknya kamu harus menyapa ibu kandungmu, walau hanya sekedar mencium punggung tangannya,” Damaira mencoba menasihati Keysha.“Tapi Mom, dia tidak pantas untuk jadi ibuku, dia sudah membuangku,” Keysha membantah ucapan Damaira.“Baiklah. Mama tidak akan memaksa, mungkin kamu butuh waktu.” Damaira membelai lembut kepala Keysha.Damaira kembali memandang ke arah Nindi.“Untuk beberapa waktu ini, lebih baik Mbak Nindi jangan mengganggu Keysha, biarkan dia berpikir dulu–.”Waktu begitu cepat berlalu, hari pernikahan Damaira dan Mahesa semakin dekat, tapi pria bernama Damaira Kurniawan baru saja menginjak kaki di tanah air setelah sebulan berkelana di negeri industri, Jerman.Damaira kesal karena Isa tak bisa diandalkan untuk membantunya mempersiapkan pernikahan, untunglah dia masih memiliki Dewa, adik yang baik hati dan tanpa pamrih.Damaira dan Ezra telah menunggu kedatangan pria sombong dan dingin itu di bandara sejak lima menit yang lalu.Pengumuman pesawat yang ditumpangi oleh Isa baru saja landing, berkumandang keseluruhan penjuru bandara. Masih butuh waktu 15-30 menit hingga bisa bertemu dengan pria itu.Damaira sudah tidak sabar untuk menghajar saudara kembarnya itu, apalagi Isa tiba di Indonesia hampir tengah malam saat seharusnya sudah mulai tertidur lelap.“Papi masih lama ya, Ma?”“Bisa jadi, kamu dengar sendiri tadi pesawat baru saja mendarat.” Ezra mengangguk lalu kembali memasang earphone kesayangan ke telinga untuk menghalau bosan dan ngan
Sementara Ersa berjalan-jalan dengan ayah dan saudara tirinya, Damaira kembali melihat daftar yang harus ia kerjakan untuk persiapan pernikahannya.“Sudah berapa persen persiapanmu?” tanya Isa.“Masih banyak yang belum ter-handle. Sepertinya aku harus wira-wiri Jakarta-Purwokerto.”“Untuk urusan itu biar aku saja, kamu fokus di sini, nanti aku dan Dewa akan mengurus yang di Purwokerto. Calon pengantin pamali sering pergi-pergi,” ujar Isa.Damaira mengangguk paham, beruntung sekali dirinya memiliki saudara-saudara yang baik padanya.Pada akhirnya Damaira tidak jadi bermalas-malasan.Dering ponselnya mengalihkan perhatian Damaira. Mahesa menghubungi, pria itu mengajak Damaira untuk memilih hantaran yang akan dibawa saat pernikahan nanti.Satu jam kemudian, Mahesa datang menjemput calon istrinya.“Masih lelah, Sa?” tanya Mahesa.“Lumayan, Bang. Lelah juga dua puluh jam di pesawat. Maafkan aku tidak bisa menemani kalian hari ini.”“Tidak masalah, lebih baik kamu beristirahat, memulihkan t
Di lantai 2 Ezra menyampaikan kegelisahannya tentang ayah kandungnya kepada Isa. Dia menceritakan secara detail tentang apa yang dikatakan oleh Dina.Isa mendengarkan dengan seksama, ini dia mulai memahami, jika apa yang dilihatnya tadi pagi dan penilaiannya terhadap Negan, bukanlah hanya sebuah asumsi.“Aku khawatir dengan ayah, Papi. Aku sudah meminta Tante Dina untuk menghubungimu jika terjadi sesuatu pada ayah.”“Tapi tahu kekhawatiranmu, Ezra. Kita sama-sama berdoa semoga tidak akan terjadi apa-apa dengan ayahmu.”“Tolong ajak Ayah ke dokter, Papi.”“Papi tidak bisa janji dalam waktu dekat, Ezra. Ingat pernikahan mamamu hanya tinggal menghitung hari.” Ezra mengangguk paham.Tak ingin menimbulkan kecurigaan, setelah selesai berbincang mengenai Negan, dua pria berbeda generasi itu kembali turun ke lantai 1.“Apa yang kalian bicarakan? Kenapa kelihatannya serius sekali?” tanya Damaira.“Rahasia lelaki, Ma,” jawab Ezra lalu nyengir kuda.“Jadi sekarang main rahasia-rahasiaan nih sama
Hari pernikahan Damaira hanya tinggal seminggu lagi. Hari ini Damaira dan Ezra akan berangkat ke Purwokerto. Demi keamanan keduanya menaiki moda transportasi kereta api.Sedangkan Isa akan menyusul esok harinya dengan menggunakan mobil dan membawa barang-barang keperluan pernikahan.Saat ini rumah Damaira masih berkumpul banyak orang, ada Dinda dan Zivan, Naya dan keluarga kecilnya, dan juga Negan, Dina, serta Celine.Di rumah itu baru saja diadakan doa untuk kelancaran pernikahan Damaira dan Mahesa.Mereka masih berkumpul untuk membicarakan teknis orang-orang yang akan datang ke Purwokerto menghadiri pernikahan itu.Akhirnya tercapai kesepakatan kapan mereka akan berangkat ke Purwokerto dan siapa saja.“Jadi Mama dan Ezra nggak akan datang bersama kami?” tanya Celine memastikan.“Iya, Mama dan Ezra akan berangkat nanti malam, Celine.”“Apa aku juga boleh ikut berangkat nanti malam?”“Tidak, Celine!”Bukan Damaira yang menjawab melainkan Finnegan Cakrawala-ayahnya.“Nanti kamu hanya
Ezra tak sengaja melihat ayahnya menyusul ibunya ke teras belakang.Pria kecil itu perlahan mengikuti langkah ayahnya. Dia tak langsung menyapa ketika kedua orang tuanya duduk bersama.Ezra hanya mengamati dan mencuri dengar apa yang mereka bicarakan. Terkesan tidak sopan memang, tapi anak kecil itu sangat penasaran.Dari awal hingga akhir Esra mendengar pembicaraan kedua orang tua kandungnya. Dia yang ikut terharu pun akhirnya tak kuasa menahan diri untuk tidak mendekat ke arah kedua orang tuanya.“Papa, Mama.” Ezra menyeru memanggil kedua orang tuanya. Tanpa permisi pria kecil itu ikut menghambur memeluk keduanya meski tangannya tak cukup.Damaira dan Negan segera melepaskan pelukan dan kompak memeluk anaknya.Baik Damaira maupun Negan merasakan hal yang sama. Ternyata seperti itu rasanya berdamai dengan masa lalu dan juga diri sendiri. Lega! Beban terasa hilang dari pundak, isi tempurung kepala pu
Hari yang dinanti-nanti akhirnya tiba. Pernikahan Damaira dan Mahesa hanya tinggal menunggu jam.Begitu banyak rintangan untuk Mahesa bisa sampai di Purwokerto. Dia sempat mengalami musibah di jalan, untunglah semua dalam keadaan baik-baik saja, walaupun Mahesa harus sampai di Purwokerto sedikit mundur.Perkiraan Mahesa dan rombongan akan sampai di Purwokerto pada siang hari, hari sebelumnya, tapi mau tak mau malam hari baru tiba di Purwokerto.Suasana juga mengharu biru ketika Finnegan Cakrawala dengan segala kerendahan hati bersimpuh di hadapan kedua orang tua Damaira meminta maaf atas segala kesalahan yang telah dia perbuat selama mengenal keluarga mantan istrinya itu.Darmawan yang sangat membenci Negan pun luluh dan dengan tulus memaafkan mantan menantunya itu.“Ayah memaafkanmu, Gan. Dengan tulus Ayah memaafkan semua kesalahanmu. Tolong kamu juga maafkan semua kesalahan Ayah,” kata Darmawan malam itu dengan mata berkaca.“Ayah tidak salah, Negan yang salah, Ayah tidak perlu mint
Terima kasih untuk antusias teman-teman pembaca semua.Author terharu banyak dari kalian benar-benar menantikan adanya kelanjutan novel ini, sekali lagi terima kasih. Author senang sekali, nggak nyangka kalau novel ini bakal sepanjang ini. Novel ini tidak akan sampai ke titik ini jika tanpa kalian semua.Kisah Damaira, Negan, dan Mahesa memang sudah selesai. Tapi jangan khawatir, karena Author di sini sedang mempersiapkan sesion 2 yang akan membahas kisah orang-orang yang berada di sekitar mereka.Sudah tidak sabar? Terus ikuti kelanjutannya, tunggu updatenya esok hari, ya...Lope lope sekebon untuk reader sekalian... Author tanpa kalian hanya remahan rengginang di dalam kaleng biskuit xxx (jangan sebut merk).Sekali lagi terima kasih dan mohon maaf karena tiba-tiba tamat.
Dina terlihat gugup mendengar pertanyaan dari Isa. Tapi gadis itu segera mengendalikan diri.“Habisnya Bang Isa ganteng, ya aku perhatiin, gratis ini,” jawab Dina dengan santai, lalu berjalan meninggalkan Isa yang melongo mendengar ucapan gadis itu.Tanpa sadar senyum Isa pun terukir samar, lalu menggeleng.“Siapa gadis itu?” tanya seorang wanita yang tiba-tiba muncul di dekat Isa.“Bukan urusanmu!” jawab Isa lalu mengambil makanan ringan untuk sekedar mengganjal perutnya.“Kamu masih dingin saja jadi manusia,” ucap wanita itu.Isa acuh dan kembali melahap makanannya.“Aku lihat dia juga datang di pernikahan Dinda, aku cukup penasaran, sepertinya dia dekat denganmu,” wanita itu masih terus mengajak Isa berbicara.“Dia mantan adik ipar Ira,” jawab Isa.Wanita itu memperhatikan Dina yang berjalan menuju ke arah mantan suami Damaira dan kedua anaknya.“Pantas saja kalian akrab!” seru wanita itu.“Memangnya ada masalah?” tanya Isa.“Tidak!” jawab wanita itu singkat.“Temani aku makan, aku