Selamat membaca.Melihat seorang wanita cantik dan muda menangis, membuat keluarga yang begitu Sania rindukan itu mendekatinya dengan perasaan bingung."Anda baik-baik saja Nona?"Mereka jelas khawatir, tetapi mengapa hari Sania terasa sangat sakit? Mungkinkah karena yang sedang mencemaskannya adalah keluarganya, ataukah musuhnya."Kalian terlihat sangat baik." puji Sania, mencoba untuk tersenyum. "Putri kalian pasti akan merasa sangat bangga." lirih Sania sembari tersenyum."Iya, tentu saja."Mereka peduli. Apakah karena Sania menggunakan gelang mahal?"Ah, ini … aku ingin memberikan kalian ini.""Apa ini?"Mereka mengerutkan kening mereka saat menerima gelang tangan Sania. Kemudian mata Sania dan ibunya bertemu, "untuk putrimu." pancing Sania. "Kau akan memberikannya pada putrimu? Ini adalah jadiah dan juga berkat."Sania ingin memastikan sesuatu."Tentu." ucap ibunya.Setelahnya keduanya berpisah, yang lainnya dengan perasaan senang. Namun yang satunya malah pergi dengan perasaan b
Selamat membaca.Beberapa saat kemudian, Luke terlihat sedang mengosok pipinya yang merah karena ulah Sania. Juga karena dirinya yang sengaja menggoda Sania dalam situasi seperti ini."A-aku tidak bermaksud memukulmu, aku hanya, sedikit takut pada apa yang baru saja kau lakukan." terang Sania, menyalahkan Luke atas semua tindakannya barusan.Tidak benar tapi Sania juga tidak salah, kini ia menatap pipi Luke sigkat. Terlihat jelas kalau Sania merasa sangat bersalah sekarang.Tetapi Luke malah tersenyum aneh pada Sania. Lalu bertanya, "jadi, istriku takut pada suaminya?" tanya Luke, ia menatap Sania dalam-dalam.Minder, tetapi juga tersipu malu. Sania mencoba menjaga jarak dari Luke, agar ia tidak semakin tenggelam dalam mata bersinar milik Luke."A-aku tidak takut, tetapi tadi itu sedikit berbahaya." ucap Sania."Aku bisa menahan hasratku." Balas Luke.Namun Sania tak percaya. Dan malah bergumam, "mana ada hasrat yang bisa di tahan seorang pria? Dan jika ada, semua hanyalah kebohongan
Selamat membaca.Aneh, tetapi lucu untuk di lihat. Setidaknya itulah yang dipikirkan saat ini tentang Luke. Lalu Sania terpikirkan sesuatu, dan Yap. Sania mengecup pipi Luke singkat. Dan benar, air mata Luke berhenti. Berganti dengan tatapan aneh. "Jangan-jangan dia marah padaku lagi?" tanya Sania membatin."Kau menciumku?" tanya Luke."Hah?" Sania mengerutkan keningnya. "Kenapa? Tidak boleh? Kau, 'kan, suamiku." Tutur Sania sembari tersenyum. Ia mengedipkan matanya beberapa kali pada Luke.Imut dan mengemaskan. Itulah yang Luke pikirkan sekarang tentang Sania."Ya, tentu saja." ucap Luke.***Tengah hari telah lewat, dan mobil mereka akhirnya berhenti di sebuah Cafe yang di pinggir jalan.Tak disangka-sangka, Luke langsung disambut dengan sangat hormat di setibanya ia di cafe bernuansa klasik dengan piano dan lampu-lampu gantung elegant. Dan oh, jangan lupakan lilin yang diletakan di atas meja sebagai hiasan.Sania terpukau, tapi hanya sementara. "Tuan, Anda ingin memesan tempat VIP
Selamat membaca."Anak?" Sania tersenyum berdesis. Tapi Luke terlihat begitu serius saat menatapnya. "Aku masih cukup kuat untuk memberukannya jika kau mau." sambung Luke.Namun ekspresi Sania tidak menunjukan ketertarikan, atau rasa senang sedikit pun. "Lihatlah hubungan kita, kau, tidak boleh asal mengatakan itu Luke." jelas Sania."Kenapa tidak?""Bagaimana kalau aku memanfaatkan apa yang baru saja kau katakan?" tanya Sania lagi. Malah terdengar seperti wanita tak baik-baik, yang menggunakan anak demi harta. "Aku masih membencimu beberapa saat yang lalu—"Namun belum sempat melanjutkan ucapannya. Luke malah menambahi, "kita masih baik-baik saja. Dan jika kau menginginkan seorang anak maka akan ku berikan, bahkan jika kakek menentangnya.""Ini bukan soal anak Luke." "Lantas apa, tanggung jawab?" Luke terlihat marah sekarang. "Aku akan bertagung jawab jika kau menginginkannya Sania, aku akan membuatnu bahagia sesuai janjiku.""Kau berlebihan.""Aku rela melakukan apapun untuk part
Selamat membaca.Perusahaan Nagatama, adalah perusahaan yang didirikan oleh keluarga Conan dan dijalankan dari generasi ke generasi. Sangat terkenal, dan sangat populer.Bahkan, untuk seorang pekerja magang sekalipun. Menginjakan kaki mereka ke dalam gedung ini adalah sebuah anugrah, karena sekali kau masuk, maka kau akan keluar dengan pilihan. Kebanggaan atau kematian, untungnya pilihan kedua sering tak di ekspos untuk kepentingan perusahaan.Dan sekarang, Sania berada di antara orang-orang sibuk berkeliaran dengan wibawa. Di bawa sinar lampu terang, yang membuat siapa saja lupa kalau hari ini sudah malam jika tidak melihat ke arah jam dinding yang sangat besar.Sania terpukau selama beberapa saat. "Kami tidak pernah melihat Anda! Anda siapa?" tanya salah satu Satpam, ia melihat Sania dengan tatapan merendahkan.Pasalnya, Pakaian dan keadaan Sania sekarang. Seperti seorang yang tersesat aja."Ah, saya Sania. Pekerja baru disini."Dia terlihat ingin tertawa saat mendengar jawaban Sani
Selamat membaca.Pukul 04:00 dini hari. Sania terlihat keluar dari perusahaan sembari menepuk pundaknya dengan mengepalkan tangannya. Badannya terlihat lemas, matanya terlihat lelah. "Kau aman kan?" tanya Lisa sembari menyenggol Sania. Sania tersenyum sebagai jawaban, sebelum mereka berpisah begitu saja. Bahkan Sania tak bisa mengajak Lisa makan bersama karena mulutnya terasa seperti tertahan oleh sesuatu.Dret!Dret!Ponsel Sania bergetar, ketika ia ingin singgah untuk makan mie hangat."Halo?""Kau masih masuk bekerja, tidak kusangka kau begitu serakah?!" "Ini?"Sania menjauhkan pinselnya dari telinganya untuk melihat nomor yang tidak di kenal, dengan suara wanita yang sangat elegant."Siapa?""Cantik, namun sedikit bodoh. Aku jadi benar-benar menginginkanmu sebagai menantuku, dan apa yang aku inginkan. Akan aku dapatkan."Menantu. Itu berarti. "Oh selamat malam nyonya, apakah ini adalah ibu Luke?" tanya Sania penasaran."Benar. Kau sangat pandai menebak, ah. Satu lagi apa kau su
Selamat membaca.Sania mengerjap-gerjapkan matanya, mencari kesadarannya kembali setelah dipukul habis habisan karena melawan untuk dibawa oleh bawahan Luke Conan. Suaminya sendiri—meski pernikahan mereka terbilang main-main, tetapi mereka tetap berstatus sebagai suami istri.Gelap.Sania mencoba untuk berjalan meraba-raba, dan memastikan di mana dia berada sekarang. Salam kondisi ketakutan dan kesakitan, Sania sadar kalau ini bukanlah penjara atau ruangan khusus. Ini hanya…Ketika lampu dinyalakan. "Kamar? Tidak, ini adalah apartment mewah di lantai paling tinggi!" tebak Sania. Bruk!Kaki Sania akhirnya menyerah, begitu juga dengan tubuh Sania. Luka akibat benturan dan pukulan pada tubuh Sania, mungkin membuat luka dalam. Yang rasanya sangat menyakitkan.'aku, ingin pulang. Hugo.'Hiksss… Sania akhirnya tak bisa membendung air matanya. Merintih, menangisi akhir dari takdirnya.Tap!Tap!Tap!Suara pintu terbuka, diikuti oleh munculnya seseorang yang tidak lain adalah Luke Conan.Dia
Selamat membaca.Suara yang begitu kuat, seakan terjadi sesuatu dalam ruangan pasien bernama Sania Allegra. Membuat para dokter cemas, tapi mereka ragu."Sudahlah, kita periksa saja apa yang terjadi."Para bodyguard saling menganggukan kepala mereka, sebelum membuka pintu dan…."Tuan?!"Sania dan Luke menolehkan kepala mereka ke arah pintu, meski posisi mereka saat ini adalah saling memelutkan selang infus pada leher masing-masing."Keluar!" perintah Luke dengan suaranya yang lantang. "AKU BILANG KELUAR SEKARANG JUGA!""Ba-baik."Mereka tidak mengerti dengan jalan pikiran Luke, karena jelas-jelas saja Sania mencoba untuk membunuh Luke meski mereka tahu kalau Luke tak mungkin kalah oleh Sania yang baru saja sadar dan masih berada dalam pengaruh obat.Tapi, tetap saja membuat mereka gila.BRAK!PRANGGG!Kepala Sania membentur meja tamu, dan Luke berdiri sembari melempar selang infus yang membuat lehernya memiliki tanda keunguan."Tidak tahu terima kasih!" bentak Luke.Dia lalu menarik S