Pagi ini Aisyah sudah sibuk di dapur membuat makanan untuk suami barunya, dengan di bantu oleh pembantu Aisyah menyiapkan makanan.
Namun dia heran karena Kanti istri pertama tuan Salman tak keluar untuk menyiapkan makanan."Bi kemana mbak Kanti" tanya Aisyah pada pembantu di rumah itu."Non seperti biasanya Nona Kanti akan bangun siang" ucap Pembantu."Lalu yang melayani Tuan Salman" tanya Aisyah."Tak ada karena tuan tak pernah sarapan, bahkan selama pernikahan mereka tak pernah tidur bersama" ucap Pembantu yang bernama Bi Ani itu.Tuan Salman keluar dari kamarnya, berjalan kearah meja makan duduk di kursi yang selalu dia duduki."Sedang apa kamu di dapur Ais" tanya tuan Salman keheranan karena Aisyah membawa makanan yang akan dihidangkan."Aku sedang memasak tuan" jawab Aisyah mengambilkan nasi ke piring suaminya itu."Mau makan pakai apa tuan" tanya Aisyah.Tuan Salman tersentak kaget karena selama ini tidak ada yang melayaninya seperti ini."Ayam sama sayur aja" sahut tuan Salman tak percaya kalau Aisyah tak seperti Kanti.Aisyah hanya mengangguk dan berdiri di samping suaminya, menunggunya hingga selesai makan."Ais kenapa tak makan" tanya tuan Salman yang melihat Aisyah hanya berdiri di sampingnya."Tidak tuan di rumah saya dulu perempuan tak boleh makan kalau suaminya belum selesai makan" sahut Aisyah."Mulai sekarang kamu duduk dan makan bersamaku jangan samakan rumah ini dengan rumahmu yang dulu" perintah tuan Salman.Aisyah duduk dan mengambil nasi ke piringnya,"Makanlah yang banyak anggap saja ini rumah kamu, jadi kamu bebas di rumah ini" ujar tuan Salman.Aisyah mengangguk patuh.Saat tuan Salman hendak masuk ke mobil, Kanti datang untuk meminta uang."Mas mana uang untukku" teriaknya dengan suara yang cempreng.Tuan Salman hanya sabar tak banyak bicara, dia mengambil delapan lembar uang merah dari dompetnya, menyerahkannya kepada Kanti.Tanpa berterima kasih Kanti langsung pergi dari hadapan tuan Salman, dan menyisakan Aisyah yang sedari tadi berdiri di belakang Kanti.Tuan Salman mengambil delapan lembar uang merah yang sama dan memberikannya kepada Aisyah."Tidak tuan saya tidak meminta uang" ucap Aisyah sambil menolak tangan tuan Salman."Lantas kamu mau apa" tanya tuan Salman keheranan melihat sikap Aisyah."Salim" jawab Aisyah dengan malu.Tuan Salman tak mengerti perkataan Aisyah, karena merasa tuan Salman tak kunjung menyodokan tangan.Aisyah langsung meraih tangan tuan Salman dan menciumnya dengan takzim.Tanpa di sangka tuan Salman mencium kening Aisyah,Namun dengan kesadaran penuh tuan Salman langsung memalingkan wajah."Maaf Ais" gumam tuan Salman merasa malu.Sesampainya di kantor tuan Salman terus membayangkan wajah Aisyah yang cantik.Bahkan nama Aisyah pun terus teringat di benak tuan Salman.'Sungguh Aisyah aku tak akan merasa menyesal sudah menikahimu' batin tuan Salman sambil sesekali tersenyum.Waktu istirahat tiba, tuan Salman berjalan keluar tujuannya mencari makan diluar karena di kantornya tak memiliki kantin.Namun langkahnya terhenti tatkala melihat seorang wanita yang membuatnya tak Fokus bekerja."Ais mau apa kamu kesini" tanya tuan Salman sambil melihat tangan Aisyah yang menenteng paper bag.'Apa sikap Kanti menular ke Aisyah' batin tuan Salman."Ini tuan makanan buat anda" sahut Aisyah.Tuan Salman tersentak kaget saat mendengarnya, karena ini pertama kalinya dia di bawakan makanan oleh istrinya."Kita makan di ruanganku saja" perintah tuan Salman sambil mempersilahkan Aisyah untuk masuk."Maaf Ais aku mengira kalau kau sama dengan Kanti yang setiap hari selalu belanja" ucap Tuan Salman merasa bersalah.Aisyah menyiapkan makanan agar tuan Salman bisa langsung makan."Maaf tuan aku tak tau makanan kesukaan anda" ucap Aisyah lemah lembut."Apa kamu tau Ais, aku sangat bahagia menikah denganmu kamu beda dengan Kanti" sahut tuan Salman.Aisyah hanya tersenyum,"Tuan apa aku bisa pergi ke perpustakaan" tanya Aisyah dengan ragu ragu."Pergilah Ais tak perlu bertanya dulu padaku" jawab tuan Salman sambil melanjutkan makannya."Tapi tuan sekarangkan Ais sudah jadi istri tuan jadi kalau mau apa apa Ais harus bertanya dulu bagaimana baiknya" jelas Aisyah."Ya" ucap Tuan Salman.Setelah selesai makan, Aisyah langsung sigap membersihkan kotak nasi bekas tuan Salman."Tuan saya akan pulang tapi akan mampir dulu ke perpustakaan" tanya Aisyah sambil meraih tangan Tuan Salman dan menciumnya."Aku pamit Asalamualikum tuan" sahut Aisyah sambil berjalan meninggalkan ruangan tuan Salman."Waalaikumsalam" jawab tuan Salman saat Aisyah sudah keluar dari ruangannya.Tuan Salman merasa kalau dirinya sangat beruntung sekali memiliki istri seperti Aisyah yang bisa mengerti keadaannya dan kondisinya.Beda dengan Kanti yang tak pernah mengurusnya bahkan untuk menyiapkan makan pun tak pernah Kanti lakukan.***Di dalam perpustakaan terdapat Aisyah yang sedang memilih buku Novel untuk dibacanya, itulah Hoby Aisyah membaca dan menulis cerita.Sehingga Aisyah tak pernah meminta uang untuk jajan kepada Abinya dulu, karena Aisyah diam diam menghasilkan uang dari hasil menulis Novelnya.Aisyah mencari buku Novel yang di keluarkan di tahun ini, supaya Aisyah lebih tau dan paham tentang Novel."Aisyah" ucap seorang lelaki yang pernah singgah di hati Aisyah.Aisyah menoleh kearah suara itu."Rizwan" gumam Aisyah."Ay kamu sedang apa disini" tanya Rizwan mantan kekasih Aisyah dulu.Aisyah mengambil Novel dari rak yang besar."Bukan urusanmu" jawab Aisyah ketus, karena dia tau kalau diladenin malah akan menambah luka saja."Oh ya aku lupa kalau kamu sudah menikah" ledeknya kepada Aisyah.Aisyah masih terlihat sabar mendengar mantannya mengoceh tentang dirinya."Kembalilah padaku Ay, aku janji tak akan menduakanmu lagi" ucap Rizwan sedikit memohon kepada Aisyah."Kamu kira pernikahan itu main main Ris, tidak aku tidak akan meninggalkan suamiku hanya karna lelaki seperti kamu" bantah Aisyah.Aisyah berjalan melewati Rizwan yang masih berdiri mematung."Aku tau kamu hanya seorang selir Ay" ucap Rizwan sedikit berteriak, sehingga banyak mata yang menatap mereka."Kembalilah padaku Ay, jika bersamaku kamu tak akan pernah di sebut selir Ay" sahut Rizwan menggenggam tangan Aisyah.Dengan cepat Aisyah menepis tangan Rizwan untuk tak menyentuhnya."Terserah kamu Ris karena aku tak tertarik dengan penawaran kamu itu" ucap Aisyah."Jika terus seperti ini kamu itu perusak rumah tangga orang lain Ay" ujar Rizwan lagi.Tanpa memperdulikan lagi Aisyah gegas pergi dari sana, masuk mobil dan langsung pulang ke rumah baru suaminya.'Apa aku sama saja seperti seorang pelakor' batin Aisyah.Air mata Aisyah tak bisa di bendung lagi, ia menanggis sesegukan di dalam mobil.Supir yang melihatnya pun tak bisa apa apa. Hanya melihat dari arah kaca spion saja."Pulang pak" perintah Aisyah pada Pak supirMobil melaju dengan kecepatan sedang, Aisyah sesekali menghapus air matanya yang masih keluar.Kasihan Aisyah menjadi wanita yang di pandang sebelah mata oleh kebanyakan warga dan tetangganya.***Malam ini mata Tuan Salman tak bisa terpejam, entah karena kamar ini terlalu panas baginya.Dia berjalan ke luar kamarnya Niatnya hanya untuk menghirup udara segar malam hari.Namun langkahnya terhenti tat kala melihat Aisyah sedang duduk di sofa sambil meminum segelas Air putih."Ais kamu belum tidur" tanya Tuan Salman sambil mendekatinya.Tuan Salman menjatuhkan bobotnya ke sofa sebelah Aisyah."Belum tuan saya tidak bisa tidur" jawabnya sambil menyeruput air minum yang masih di tangannya."Tuan kenapa belum tidur apa Tuan mau minum" tanya Aisyah yang menyadari suaminya belum tidur juga."Tidak Ais aku juga tak bisa tidur" jawab tuan Salman.Setelahnya mereka tak saling bicara hanya keheningan yang menemani keduanya.Kanti yang menyadari kalau suaminya menemui Aisyah malam malam, tak terlalu menghiraukannya karena jujur Kanti tak suka dengan tuan Salman, dia hanya butuh uangnya saja. Sehingga dia bersikap acuh dan cuek kepada tuan Salman.Aisyah berdiri dari duduknya."Maaf tuan saya pamit tidur duluan" sahut Aisyah yang masih berdiri menunggu persetujuan dari suaminya."Tunggu Ais, apa aku bisa tidur di kamarmu malam ini" tanya tuan Salman ragu takut di tolak Aisyah."Tentu tuan itu juga kamar anda" jawab Aisyah mempersilahkan suaminya.Tuan Salman berjalan duluan kearah kamar di susul oleh Aisyah dengan rasa cemas dan binggung di dalam hati Aisyah, dia takut tuan Salman bermacam macam padanya tapi di sisi lain Aisyah juga harus pasrah karena tuan Salman adalah suaminya."Ais tidurlah di kasur biar saya tidur di Sofa" ucap tuan Salman yang menyadarkan Aisyah dari lamunannya."T-tidak tuan kenapa harus di sofa kasur ini juga cukup untuk kita berdua" ucap Aisyah terbata bata.Tuan Salman mencari selimut di lemari mengambilnya dan menaruhnya di atas Sofa."Tenanglah Ais aku tak akan menyentuhmu kalau kamu belum siap, aku ngerti Ais pasti sulit menerima lelaki yang sudah beristri untuk jadi pendamping hidupmu" ujar tuan Salman mengingatkan Aisyah.Aisyah menjatuhkan bobotnya di bibir ranjang."Apa kamu percaya Ais, 3 tahun menikah dengan Kanti aku tak pernah mendapat nafkah Bathin darinya, bahkan dia pun tak pernah mendapatkannya dariku" ucap tuan Salman seperti penyesalan untuknya.Aisyah masih duduk di tepi ranjang."Tuan apa anda tak mau tidur dengan saya" ucap Aisyah ragu.Tuan Salman menatap Aisyah dengan mata yang tak bisa di artikan."Apa kau bertanya atau menggodaku Ais" tanya tuan Salman."Tidak tuan maksud saya, tidurlah bersama saya di kasur kalau tidur di Sofa nanti badan anda sakit" ucap Aisyah gelagapan karena di salah artikan oleh tuan Salman.Tuan Salman bangkit dan berjalan ke arah ranjang."Ais kamu pikir saya sudah tua, sehingga harus tidur disini" ucapnya ketus."Tidak tuan, maaf" ucap Aisyah menyesal karena mengatakan itu."Tidurlah Ais, apa kau akan bergadang seperti kelelawar" ucap tuan Salman ketus."Iya tuan" Aisyah membaringkan tubuhnya di samping Tuan Salman."Tuan apa Ac nya terlalu dingin biar saya hangatkan sedikit" ucap Aisyah yang melihat tuan Salman seperti kedinginan."Iya Ais terserah kamu saja" ucap Tuan Salman sambil memunggungi Aisyah.Tuan Salman sudah berjanji untuk tak menyentuh Aisyah, dari janji nya itu dia tak berani menyentuh Aisyah.Pagi ini Aisyah bangun, tapi ada tangan besar dan kekar sedang memeluknya dan itu menjadikan tubuh ramping Aisyah terasa pegal pegal.Aisyah melihat pada tangan suaminya yang sekarang tengah memeluk nya."Tuan bangun tuan" ucap Aisyah karena tangan tuan Salman memeluk tubuh Aisyah erat layaknya guling.Tangan Aisyah menepuk nepuk tangan tuan Salman."Ada apa Aisyah" ucap tuan Salman yang masih ngantuk."Tangan anda tuan" ucap Aisyah.Tuan Salman yang menyadari tangannya ada di atas tubuh Aisyah, langsung tersentak kaget dan melepaskan pelukannya."Maaf Aisyah saya gak sengaja" ujar tuan Salman."Tidak papa tuan" ucap Aisyah tenang.Aisyah bangkit dari ranjang."Cepat bangun tuan sekarang tuan ada rapat jadi harus berangkat pagi ke kantor" sahut Aisyah mengingatkan suaminya."Iya Ais saya sudah bangun" ucap tuan Salman.Aisyah dengan cepat ke kamar mandi mengambil wudhu dan melaksanakan sholat 2 rakaatnya.Saat Aisyah akan melaksanakan sholat nya dia di hentikan oleh tuan Salman."Biar
"Ini pasti tidak benar" gumam Kanti, matanya masih sibuk melihat benda pipih di tangannya."Ini pasti gak mungkin" ucap Kanti lagi sambil meneteskan air mata.Entah harus sedih atau bahagia, Tapi Kanti tak merasakan keduanya dia hanya gelisah dan tak tau bagaimana keluar dari masalah ini."Mbak" sahut Aisyah yang melihat Kanti berdiri mematung."Aisyah" jawab Kanti sedikit kaget karena melihat adik madunya sudah berdiri di ambang pintu."Mbak kenapa kok nangis" tanya Aisyah karena melihat air mata Kanti yang membasahi pipinya.Aisyah berjalan ke arah Kanti.Dengan sigap Kanti menyembunyikan benda pipih yang dari tadi di pegangnya."Mau apa kamu kesini Ais" tanya Kanti gugup karena takut Aisyah tau masalahnya."Tidak mbak aku cuman mau melihat mbak karena mbak tadi nangis, mbak ga papa kan" tanya Aisyah memastikan kalau Kanti baik baik saja."Aku tak papa pergilah dari sini aku mau sendiri" usir Kanti halus pada Aisyah.Karena merasa Malu Aisyah pun pergi dari kamar Kanti."Mbak Kanti
Aisyah sibuk di dapur menyiapkan makanan untuk suaminya.Pagi ini Aisyah merasa tak enak badan, sejak subuh tadi badannya hangat dan merasa sedikit pusing.Aisyah duduk di kursi meja makan, memijit keningnya yang semakin terasa pusing.Aisyah mengambil air minum meminumnya hingga tandas.Aisyah menidurkan kepala di meja makan karena pusing."Ais kamu kenapa" tuan Salman khawatir karena melihat Aisyah menidurkan kepalanya di atas meja."Tuan" suara Aisyah parau memanggil tuan Salman."Kamu kenapa Ais" khawatir tuan Salman."Tuan kepala saya pusing" ucap Aisyah.Tuan Salman menyentuh kening Aisyah dan benar saja kening nya panas karena Aisyah demam.Tuan Salman langsung memangku Aisyah untuk membawa nya ke kamar nya.Tuan Salman membaringkannya Aisyah di ranjang kamarnya.Tuan Salman terlihat khawatir pada kondisi Aisyah sekarang."Bibbiiii" teriak Tuan Salman pada pembantu pribadinya.Dengan sigap pembantu tuan Salman langsung berada di ambang pintu."Ada apa tuan" tanya pembantu itu s
Kanti duduk di meja Rias, pagi ini dia akan mengutarakan tentang kehamilannya itu kepada suaminya.Kanti berjalan ke arah kamar Tuan Salman, ada rasa takut di diri Kanti karena takut nya Tuan Salman tak akan menerimanya.TokkTokk"Boleh aku masuk mas" ucap Kanti sambil mengetuk pintu beberapa kali."Masuklah" teriak tuan Salman dari dalam.Tuan Salman melihat ke arah Kanti yang baru datang dia tak sangka istri pertama nya itu datang ke kamar nya."Ada perlu apa" tanya tuan Salman saat Kanti sudah duduk di pinggir Ranjangnya."aku mau bicara serius mas" ucap Kanti gugup karena takut jika suaminya itu tak percaya."Bicara apa" jawab tuan Salman ketus karena ia tak mau jika banyak bicara dengan Kanti maka akan menambah masalah lagi."Aku hamil mas, aku hamil anak kamu" ujar Kanti gugup, dia hanya menundukkan Wajahnya di hadapan tuan Salman.Tuan Salman tersenyum kecut tapi dalam hati nya dia tertawa terbahak bahak."Anak aku, memang kapan kita melakukan hal itu Kanti" tanyanya sambil te
"Jaga diri baik baik nak, kamu pasti merasa kecewa karena permintaa ibu" ucap ibu Ayu mengusap kepala Aisyah yang dibalut dengan hijab."Tidak buu jangan begitu, Aisyah ngerti kok gimana perasaan ibu" ucap Aisyah."Kalau begitu ibu pulang dulu ya, dan ingat lusa kamu dan Salman harus datang ke rumah, Iqbal akan pulang dari luar negri" ucap ibu Ayu berpamitan dengan putra dan menantunya."Ya Bu" ucap Aisyah dan Tuan Salman.Aisyah mengangguk mengiyakan permintaan ibu mertuanya.***Kanti sedang berada di cafe tempat paforitnya."Kira kira ibu sudah bicara belum ya" gumamnya sambil menyeruput minuman yang di pesannya."Hey Kanti ya" ucap seorang Wanita cantik menyapa Kanti."Hay dinar ya yang satu kampus dulu kan"Sahut Kanti pada wanita berambut panjang itu."Ya loe masih ingat ternyata, sendirian aja suami loe dimana Kanti" tanya Dinar yang langsung duduk di kursi samping Kanti."Suami gue lagi sibuk Din" jawabnya."Lama kita gak ketemu kan, gimana kabar loe sekarang" tanya Dinar."Kab
Di rumah besar kediaman keluarga Imran Alfarizki, yang memiliki hampir puluhan pembantu dan beranggota keluargakan 7 orang.Di rumah itu semua orang sedang sibuk mempersiapkan kepulangan anak kedua dari istri ketiganya tuan besar Imran Alfarizki yang bernamakan Iqbal Alfarizki itu.Setelah hampir 5 tahun tak bertemu, keluarga besar itu menyiapkan kepulangannya dengan sangat meriah, menyiapkan makanan dan minuman untuk menjamunya, membersihkan kamar tidurnya.Iqbal selalu di perlakukan bak raja di sebuah istana,"Lihat apa kamar Iqbal sudah siap" teriak seorang wanita Cantik keturunan Inggris dan Indo itu.Dengan mata yang biru dan perawakan yang langsing bak gitar biola, membuat dia terlihat masih seperti gadis padahal untuk umurnya sudah memasuki kepala empat."Sudah madam Rose" jawab salah satu pembantu yang masih membawa alat alat pembersih.Madam Rose dia adalah ibunya Iqbal, istri ketiganya tuan besar Imran Alfarizki.Hanya dialah yang paling tuan Imran sayangi dari ketiga istrin
Di kediaman Imran Alfarizki house,Seorang lelaki sedang duduk memandangi halaman rumahnya yang luas dia sesekali membayangkan wajah Aisyah yang sedang tersenyum."Iqbal" sahut madam Rose yang membuyarkan lamunan Iqbal tentang Aisyah."What mommy" tanya Iqbal."Tolong belikan mommy mangga muda yang ada di toko buah depan gang sana, bisa gak" sahut madam Rose sambil menyodorkan uang lima puluh ribu pada Iqbal."What no mommy I shy" sahut Iqbal merasa malu jika harus membeli mangga padahal pembantu juga cukup banyak."Malu? Tolonglah Iqbal mommy ini sedang ngidam ini juga kan adik kamu" ucapnya sedikit manja pada putra sulungnya."Iya mommy " ucapnya sambil berjalan pergi meninggalkan mommynya.Iqbal berjalan di jalanan yang cukup ramai, dia melihat ke sekitar mencari tukang mangga muda yang biasanya berjualan disini.Akhirnya Iqbal menemukan juga tukang mangga muda pesanan mommynya, namun cukup jauh dari kediaman Alfarizki."1 kg pak" ucapnya."Baik den" sahut tukang mangga itu.Iqbal
Pagi ini terasa dingin karena cuaca yang kurang mendukung, Jam di dinding sudah menunjukan pukul 7 pagi. Tetapi Aisyah dan tuan Salman masih tertidur karena hangatnya selimut yang menutupi tubuh mereka.Para pembantu tak berani membangunkannya karena takut menganggu dan takut tuan Salman marah karena sudah lancang membangunkannya.Alarm di kamar Aisyah berbunyi, sehingga membangunkan mereka yang masih berada di alam mimpi.Mata Aisyah terbuka dia melihat jam Alarm yang ada di atas nakas, sengaja Aisyah menyetel alarm karena dia akan melaksanakan sholat Dhuha supaya Aisyah tak lupa."Astagfirulloh sudah siang" gumam Aisyah sambil terburu buru bangun.Aisyah melihat suaminya yang masih tertidur."Tuan bangun sudah siang" ucap Aisyah sambil menepuk pelan pipi suaminya itu.Mata tuan Salman terbuka dia tersenyum saat melihat Aisyah yang masih memakai piyama."Bangun tuan sudah pukul 7 pagi" ucap Aisyah lagi.Tuan Salman langsung bangkit dari tidurnya."Apa kesiangan, sekarang ada meeting
Persiapan sudah banyak yang di lakukan untuk pernikahan Kenan dan Nindi sayangnya pernikahan itu tidak bisa di batalkan apa lagi mereka semua sudah melakukan persiapan.Kenan yang saat ini merasa sangat di rugikan dia menyesal karena melakukan hal itu."Bagaimana aku bisa melewati ini semua, Arghh aku bingung" kesal Kenan.Namun saat ini orang tua Nindi datang ke sana, mereka merasa sangat bersalah apa lagi saat ini Nindi ketahuan tengah mengandung dengan seorang laki laki yang tak lain adalah tetangga orang tuanya.Mereka datang guna meminta maaf pada Kenan karena pernikahannya harus batal."Maafkan kami tuan" ucap orangtua Nindi yang saat ini merasa sangat bersalah atas putri nya."Saya tidak menyangka kalau Nindi akan seperti itu" ucap Kenan namun dalam hati nya dia merasa sangat bahagia apa lagi dia bisa menikah dengan Mira."Maafkan kami karena pernikahan nya harus batal" ucap papah Nindi."Baiklah kami akan terus melanjutkan pernikahan ini Kenan akan aku nikah kan dengan Mira" u
"Aku menghamili Mira" sahut Kenan.Semua keluarga yang ada di sana langsung menatap pada Mira dan Kenan, mereka terkejut bukan main apa lagi selama ini kenan tidak pernah berbohong."Tapi aku tidak hamil" geram Mira."Sejak kapan" tanya tuan Imran."Aku khilaf" ucap Kenan."Tuan berhenti bicara yang bukan bukan" geram Mira."Menikah lah dengan aku" ucap Kenan."Aku tidak mau" ucap Mira."Ada apa ini" tanya Ibu ayu."Aku bersalah kak" ucap Kenan menatap pada Ibu ayu."Ya salah apa" tanya Ibu ayu yang masih bisa tahan pada apa yang Kenan bicarakan itu."Aku tidak mau kalau hal itu terjadi kasihan keluarga Nindi sudah mempersiapkan semuanya" ucap mamah Laras."Tapi tidak mungkin aku menikah dengan dia" ucap Kenan."Kenan kamu yang mau sama Nindi kan" sahut Mamah Laras."Ya tadinya tapi setelah aku membuka mata aku, rasanya aku muak dengan Nindi" ucap Kenan yang dahulu menjadi kan Nindi sebagai pelampiasan dari Mira.Namun selama mereka bersama tak ada apa pun yang terjadi, hanya saja mer
Velisya semakin gelisah apa lagi tidak ada reaksi sedikit pun dari Rasyid dan dirinya."Apa obatnya memang tidak bereaksi ya, atau jangan jangan minuman itu di minum oleh Mira dan Paman Kenan, Astaga bodoh sekali kamu Vey" geram Velisya.Velisya menatap pada pembantu yang datang ke sana."Bi apa kamu melihat Mira" tanya Velisya."Tadi sepertinya ke ruang main" ucap pembantu itu."Oh baiklah" ucap Velisya."Ada apa" tanya Rasyid."Tidak ada aku hanya tidak melihat Mira saja" ucap Velisya."Paling dia mengurus anaknya" ucap Rasyid."Ya" ucap Velisya.Sedangkan di dalam kamar saat ini Kenan sudah benar benar terpengaruh oleh obat yang Velisya masukan pada minuman itu.Kenan menatap pada Mira yang kegerahan di bawahnya itu.Kenan tidak terlalu merasakan panas hanya saja hasrat dia yang semakin menggebu gebu ingin segera di tuntaskan."Hah kenapa Mira malah memeluk aku" gumam Kenan."Tuan ahh panas" keluh Mira."Maafkan aku Mira" ucap Kenan.Namun sesuatu hal yang aneh terasa oleh Kenan, d
Satu bulan kemudian...Acara pernikahan Velisya sudah tiba saat ini semua keluarga sudah bersiap untuk menyambut keluarga Rasyid.Kenan saat ini sedang mencari dasi yang ada di tas, tapi sayang tidak dia temukan dasi itu."Mira" sahut Kenan."Ya tuan" ucap Mira yang saat ini sudah di dandani dengan sangat cantik.Mira datang ke sana, Kenan merasa sangat terpana pada kecantikan Mira yang sangat natural itu."Dasi" ucap Kenan.Mira mengambil tas Kenan yang ada di atas ranjang, Mira memberikan dasi yang dia simpan di kantong yang paling kecil."Ini tuan mau aku pasangkan" tanya Mira."Boleh" ucap Kenan.Mira memasang dasi Kenan, Mira tentu saja tak akan lupa kalau beberapa hari lagi adalah pernikahan Kenan dengan Nindi.Walaupun hatinya begitu sakit hanya saja dia tidak mungkin melakukan apa pun apa lagi sekarang mereka sudah bercerai."Malam ini kita nginap saja di sini" ucap Kenan."Ya baiklah" ucap Mira."Kanaya aman" tanya Kenan."Aman" ucap Mira.Namun saat ini Mira akan merencanaka
Aisyah dan tuan Salman menunggu di depan ruangan UGD yang saat ini tengah memeriksa seorang pasien yang pingsan di tengah jalan.Aisyah mengendong bayi perempuan itu dia langsung mendekap bayi itu saat tau kalau bayi itu adalah bayi dari orang yang sudah tak dia temui selama satu tahun lamanya."Aisyah bayinya sejak tadi menangis" ucap tuan Salman."Aku akan kasih asi" ucap Aisyah yang langsung di hentikan oleh tuan Salman, saat ini tuan Salman menggeleng tidak memberikan ijin pada Aisyah untuk memberikan asi pada bayi yang tidak dia kenal."Kenapa" tanya Aisyah."Aku akan beli susu formula yang itu cuman milik Reynan" ucap tuan Salman."Baiklah jangan lama" sahut Aisyah."Ya" ucap tuan Salman.Tuan Salman langsung membeli kan dot dan susu formula yang ada di apotek rumah sakit itu.Bahkan tuan Salman juga di bantu oleh suster untuk membuat susunya, bahkan tuan Salman juga harus merendam beberapa menit dot itu di air yang hangat.Katanya supaya kumannya hilang, tuan Salman melakukan n
Kenan datang ke arah ruang tamu yang sejak tadi ada Nindi di sana, Nindi hanya diam saja di sana tanpa bicara apa pun."Kamu ini ngapain sih, kenapa suruh dia ke sini lagi" ucap Nindi."Aku gak tau" ucap Kenan ketus bahkan tanpa ekspresi sedikit pun."Usir saja dia" ucap Nindi."Gak mungkin, aku butuh pembantu" ucap Kenan yang langsung pergi masuk ke dalam kamarnya.Namun saat dia akan masuk dia menatap pada Nindi yang masih ada di ruang tamu itu."Jalan keluarnya ada di sana" sahut Kenan menunjuk pada pintu utama.Nindi kesal dia langsung pergi dari sana meninggal kan Kenan dengan kekesalan yang sangat dalam pada Kenan."Arghh aku benci pada Mira itu" geram Nindi.Kenan mengambil bantal yang ada di kamarnya dia tau kalau di kamar Mira hanya ada satu bantal.Kenan menuju ke arah sana dia langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.Dan sayangnya saat ini Mira tidak memakai pakaiannya karena dia baru saja mandi, hanya handuk saja yang membalut tubuh Mira yang putih dengan gurat
Di sebuah cafe yang sangat besar itu saat ini Mamah Laras tengah bertemu dengan Nindi teman Kenan."Bagaimana penawaran aku" tanya mamah Laras saat sudah mengiming imingi Nindi, harta kalau Nindi mau menikah dengan Kenan.Mamah Laras menatap pada Nindi yang saat ini tengah berpikir."Saat kamu meminta aku untuk meracuni pikiran Kenan aku lakukan tapi kamu tidak memberikan aku uang" ucap Nindi."Ya maka dari itu kamu mau kan menikah dengan Kenan, aku yakin setelah menikah harta Kenan akan jadi milik kamu" ucap Mamah Laras."Tapi" Nindi Ragu."Apa lagi kalau gak mau terserah aku bisa cari wanita yang lebih cantik dari kamu" ucap Mamah Laras."Ya baiklah aku mau" ucap Nindi."Aku akan atur rencananya" ucap Mamah Laras."Aku ikut saja" ucap Nindi."Besok kamu datang ke rumah Kenan ini alamatnya dia pindah tadi" ucap Mamah Laras."Ya baiklah" ucap Nindi.Pagi ini Mira di jemput oleh mobil yang lumayan bagus saat ini dia akan pergi dari sana meninggalkan Arman dan Neni yang selama ini memba
PlakkTamparan mendarat di pipi Mamah Laras, pelakunya adalah Ibu ayu yang sudah sangat emosi itu."Aku tekankan sekali lagi anak yang Mira bawa itu bukan anak dia tapi itu anak yang dia pungut" ucap Ibu ayu yang langsung menangis sesenggukan."Hah" semua keluarga tercengang mendengar hal itu.Ibu Ayu hanya bisa menangis saja karena dia merasa sangat marah pada Mamah Laras yang bahkan sudah menghina ibu kandungnya."Urusan kehidupan mu Laras" sahut Madam Rose yang langsung membawa Ibu Ayu untuk pergi dari sana."Ayo ayu" ucap Madam Rose."Ya" ucap Ibu ayu.Saat ini tuan Imran merasa kalau ucapan Ibu ayu mungkin saja benar apa lagi selama ini Ibu Ayu tidak berani bicara kan hal itu masalah Jaya sudah berpuluh puluh tahun yang lalu."Aku kecewa pada mu" ucap tuan Imran."Mas ayu berbohong" ucap mamah Laras."Berbohong bagaimana aku lebih percaya pada Ayu dari pada kamu, lihat sejak tadi kamu yang memulai perdebatan itu aku sadar akan hal itu Laras jadi aku mohon kamu untuk tidak ikut ca
"Beneran Mom saat ini Mira akan menggugat cerai paman, aku membenarkan hal ini sih apa lagi paman kasar pada Mira, bahkan paman bilang kalau Mira adalah penghianat" ucap Velisya yang tengah bercerita pada Mommy nya itu tentang Mira dan Kenan."Benarkah" tanya Madam Rose yang penasaran."Ya maka dari itu aku meminta Daddy membatalkan gugatan cerai" ucap Velisya."Dengan jaminan kamu menikah dengan Rasyid" tanya madam Rose."Ya" ucap Velisya."Baiklah kamu hebat jika melakukan hal ini tapi sayang apa kamu yakin akan menikah dengan Rasyid" tanya Madam Rose."Sebenarnya aku gak suka dengan hal ini tapi Mom apa aku bisa melawan Daddy apa lagi Daddy pasti akan memaksa" ucap Velisya."Pendapat kamu tentang Rasyid itu seperti apa" tanya madam Rose."Tampan, baik, kaya" ucap Velisya."Yang lain" tanya Madam Rose."Ada sih mungkin Pak Rasyid itu tegas, suka marah marah, om om, ketus, kalau bicara suka ngawur, gak ada yang aku suka Mom" ucap Velisya."Dari hal kecil tak ada yang kamu suka" tanya