Share

Saling Sindir

last update Last Updated: 2024-11-13 20:47:11

Sudah tiga hari Utary dirawat di rumah sakit. Perlahan-lahan keadaannya semakin membaik. Dan kabar baiknya jika tidak ada perubahan maka esok hari Utary diperbolehkan pulang.

Saat ini Rajendra sedang menyuapi Utary makan. Sementara Livia duduk sedikit jauh dari mereka.

Ia memerhatikan dengan perasaan tidak karuan. Ada rasa cemburu, sedih dan kecewa yang muncul di saat bersamaan.

Rajendra dengan lembut dan telaten menyuapi Utary. Lelaki itu memastikan setiap suapan akan memberi wanita yang dicintainya kekuatan penuh.

Kapan ia akan memperoleh perlakuan yang seperti itu dari Rajendra? Bahkan Livia yakin sekalipun dirinya mengidap kanker ganas Rajendra tetap abai padanya.

Tiba-tiba ponsel Rajendra berbunyi menginterupsi mereka.

Pria itu menghentikan suapannya pada Utary lalu mengeluarkan ponsel dari saku. Ketika melihat nama yang tertera di layar ekspresinya berubah serius.

"Tar, aku jawab sebentar ya," izinnya pada sang kekasih. Kemudian mengalihkan pandangan pada Livia. "Liv, suapi Utar
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Silent Heart
Yaaah belum ketahuan ya. Kalo Livia periksa dan ternyata baik-baik aja, berarti masalahnya ada di Rajendra. Setelah itu bisa dipastikan deh anak Utary bukan anak Rajendra.
goodnovel comment avatar
vpi
Di cerita ini pelakor yg di elu2kan & di sanjung2…sedangkan istri sah di hina,di sakiti di dzolimi…astagfirullah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Penasaran

    Di antara banyak pasien yang menanti, ada Livia yang duduk di ruang tunggu poli kandungan. Tangannya agak gemetar, pikirannya kalut, namun di satu sisi ada segenggam kecil harapan yang ia pegang. Jika saja ia bisa memberi anak mungkin Rajendra akan sedikit memandang padanya atau menganggapnya ada.Tudingan Utary tentang dirinya yang mandullah yang mendorong Livia datang ke tempat ini. Ia ingin memeriksakan kesehatannya pada dokter. Ia ingin tahu kondisi yang sebenarnya.Setelah cukup lama, perawat memanggil nama Livia dan menyuruhnya masuk ke ruangan dokter.Livia duduk di hadapan sang obgyn dengan perasaan canggung. Ia tidak tahu harus mulai dari mana. Sampai kemudian dokterlah yang mengajaknya bicara duluan."Ibu Livia, ada yang bisa saya bantu, Bu?""Saya ... Saya ingin memeriksakan kondisi kesehatan saya, Dok." Livia bicara sedikit terbata-bata. "Saya sudah dua tahun lebih menikah tapi belum memiliki anak."Dokter mengangguk paham. "Suami Ibu mana?""Saya sendiri, Bu, dia nggak ik

    Last Updated : 2024-11-14
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Diam-Diam Khawatir

    "Hazel, Ryuga!" seru Livia terkejut menyaksikan kedatangan keduanya."Ibu Liviaaa. Aku kangen ibuuuu!" Hazel langsung memeluk pinggang Livia meluapkan perasaannya.Livia membungkuk untuk membalas pelukan Hazel. "Ibu juga kangen Hazel, Sayang. Maafin ibu ya belum bisa datang ke rumah."Sementara Rajendra dan Utary hanya diam menyaksikan interaksi keduanya."Livia, maaf, Hazel yang memaksa saya untuk datang ke sini. Katanya kangen sama Ibu Livia," kata Ryuga setelah Livia mengajaknya duduk di ruang tamu.Rajendra mendengkus pelan sambil membatin kesal, 'Dasar modus, bilang aja lo yang kangen, pake alasan anak lo segala'.Lalu Rajendra segera mendorong kursi roda Utary keluar dari rumah, mengajaknya ke beranda seperti yang perempuan itu inginkan."Nggak apa-apa, Ryuga. Saya juga kangen sama Hazel," ujar Livia sambil menggenggam tangan Hazel yang duduk di sebelahnya."Oh iya, yang di kursi roda tadi siapa?" tanya Ryuga. Ia rasa baru kali ini melihat perempuan hamil di kursi roda tersebut.

    Last Updated : 2024-11-14
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Keputusan Sepihak

    Di sepanjang perjalanan menuju rumah Ryuga, Hazel tidak berhenti bersenandung riang. Anak itu begitu gembira bertemu dengan Livia."Lihat sendiri kan Hazel senang banget ketemu sama kamu," ujar Ryuga yang sedang menyetir.Livia tersenyum kecil. Ia bisa merasakan betapa bahagianya Hazel. Terlebih dengan melihat binar yang tidak ada habisnya di wajah anak itu.Senyum kecilnya itu melebar ketika Livia menyadari betapa anak itu menyayanginya dan sebaliknya. Keberadaan anak itu mengusir rasa tidak nyaman dan kegelisahan dalam hatinya. "Saya juga senang kembali ketemu dengan Hazel." Livia berkata pelan sambil memandang Hazel yang bersenandung menatap pemandangan di luar jendela. "Dia ceria banget ya?"Ryuga menganggukkan kepalanya dan menatap sang putri melalui spion. "Hazel akan mudah dekat dan selalu gembira dengan orang yang dia suka. Dan kamu adalah orangnya." Ryuga menutup ucapannya dengan menatap Livia bersama senyumnya.Kebersamaannya dengan Ryuga dan Hazel membuat Livia menemukan k

    Last Updated : 2024-11-15
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Jadi Kamu Yang Mau Menggantikannya?

    "Livia, nggak usah," larang Ryuga lantaran merasa tidak enak hati. Ia belum bisa melupakan bagaimana dinginnya sikap Rajendra padanya. Apalagi nanti jika Livia mengurus Hazel di rumah Rajendra. "Biar Hazel tinggal dengan Bibi saja. Saya nggak mau merepotkan kamu. Dia sudah terbiasa setiap saya pergi tinggal dengan pembantu kami."Livia memberi Ryuga tatapan lembut. Ia berusaha meyakinkan pria itu. "Nggak apa-apa, Ryuga. Saya nggak repot. Bagi saya Hazel bukan lagi sekadar murid tapi sudah saya anggap sebagai anak kandung sendiri. Saya malah senang bisa lama-lama bersama Hazel. Kamu tahu sendiri kan saya nggak punya anak?" Ada senyum getir di bibir Livia saat mengucapkannya yang membuat Ryuga menjadi trenyuh.Ryuga menarik napasnya. Lelaki itu masih terlihat ragu yang tidak bisa disembunyikan dari wajahnya. "Bagaimana dengan Rajendra? Saya nggak mau merusak hubungan kalian. Saya nggak mau dia salah paham dan kamu yang jadi pelampiasannya."Livia membisu untuk sesaat menyadari kekhawati

    Last Updated : 2024-11-15
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Obat

    Livia terperangah mendengar perkataan Rajendra yang keras dan selalu menyinggung hatinya. Namun ia putuskan untuk mengalah. Tidak ada gunanya berdebat dengan Rajendra karena ia akan selalu kalah."Terserah kamu, Ndra, kamu boleh berpikir apa pun tentang saya," ucap Livia tetap tenang.Namun Rajendra belum puas juga. Lelaki itu melipat kedua tangannya di depan dada. "Jangan pura-pura, Livia. Aku tahu alasan kamu yang sebenarnya. Kamu jadikan anak itu agar kamu terus dekat dengan Ryuga kan? Apa masih nggak cukup juga aku menerima semua ini? Sekarang kamu juga membawa-bawa anaknya juga?"Kesabaran Livia hampir habis sampai di sini. "Kamu ngerti nggak sih apa itu empati? Kalau kamu nggak bisa menghargai niat baik saya, setidaknya jangan rendahkan saya seperti itu."Rajendra mengambil langkah mendekat, mengikis jarak di antara mereka. Ditatapnya Livia dengan sorot mata penuh amarah."Kamu pikir kamu siapa, Livia? Kamu tinggal di sini dan makan dari uangku. Dan kamu masih punya keberanian u

    Last Updated : 2024-11-16
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Curiga

    Pagi ini Livia sedang sibuk di dapur. Hazel yang juga bangun saat Livia bangun tadi datang mendekat sambil memeluk bonekanya."Bu Livia, aku bantu ya," ujar anak itu dengan riang.Livia mengulas senyum lembut lalu menjawab, "Boleh-boleh saja, tapi Hazel hanya boleh bantu yang ringan-ringan saja ya, seperti mengambil piring atau sendok.""Iya, Bu." Hazel membantu Livia dengan hati-hati setiap kali wanita itu memberinya instruksi.Tak lama kemudian Rajendra muncul di dapur dengan wajah dinginnya. Ia memerhatikan interaksi Livia dan Hazel tanpa sepotong kata pun.Hazel yang melihat kehadiran Rajendra menyapa lelaki itu. "Om Ndra, aku bantu Ibu Livia masak. Aku pintar kan, Om?" serunya riang.Pada awalnya Rajendra berniat mengabaikan. Namun ada sesuatu dalam cara Hazel memandangnya, serta kepolosan dan keceriaannya yang mengingatkan Rajendra pada masa kecilnya sendiri.Rajendra lantas berdeham dan bertanya, "Kamu bantu apa?" lidahnya kelu.Hazel memperlihatkan sendok serta garpu yang ia p

    Last Updated : 2024-11-16
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Kode

    "Ibu Livia, tadi aku dengar Tante jahat itu teleponan tapi bisik-bisik," lapor Hazel ketika Livia sedang menyiapkan menu makan siang."Tante Utary, Sayang, bukan Tante jahat," koreksi Livia sambil tersenyum."Iya Tante itu maksudnya, Bu. Kenapa sih dia teleponan bisik-bisik? Emang bakalan dengar ya, Bu?"Untuk sesaat Livia membisu, berusaha menenangkan pikirannya yang mendadak dipenuhi tanda tanya. Hazel memang anak kecil, tapi terkadang perkataannya tidak bisa diabaikan begitu saja.Livia berusaha menjelaskan dengan santai meski ia merasakan dadanya berdebar. "Kadang orang berbisik-bisik biar nggak ada yang mendengar omongan mereka, Sayang.""Berarti rahasia?" tanya Hazel penasaran."Betul sekali, Hazel. Kadang orang dewasa juga punya alasan sendiri kenapa harus merahasiakan sesuatu," ujar Livia sambil membelai rambut Hazel. "Udah yuk, bantu Ibu mengantar makan siang untuk Tante Utary ke kamarnya.""Kenapa Ibu yang mengantar? Tante itu kan punya tangan dan kaki yang lengkap, dia bisa

    Last Updated : 2024-11-16
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Dilema

    Hari-hari terus berlalu. Dan tidak ada yang berubah dari hubungan Livia dan Rajendra. Utary masih terus tinggal bersama mereka. Bahkan sekarang usia kandungannya sudah berada di bulan ke sembilan. "Liiiv! Mana juice-nya? Kok lama banget sih?" teriak Utary yang sedang nonton TV di ruang keluarga. Ditemani oleh Rajendra yang duduk di sebelahnya.Di ruang belakang, Livia menghela napas. Tangannya menuang juice ke gelas tapi pikirannya tidak berada di tempat itu. Sudah sembilan bulan lamanya ia hidup dengan penuh ketegangan. Utary semakin manja dan selalu memerintahnya tanpa henti.Livia melangkah membawa juice yang diinginkan Utary ke ruang keluarga. Ia mendapati Utary sedang tertawa-tawa sambil menonton acara komedi. Di sebelahnya Rajendra tidak berkata apa-apa namun tatapan tajamnya tertuju pada Livia yang baru saja tiba."Ini juice-nya," kata Livia sembari meletakkan gelas di atas meja tepat di hadapan Utary."Lama banget bikinnya," gerutu Utary sambil meraih gelas itu dan menyesapn

    Last Updated : 2024-11-17

Latest chapter

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Rindu Pijitan Livia

    Livia sedang duduk di kursi sambil menyusui Gadis. Peristiwa beberapa jam yang lalu masih melekat di benaknya.Rajendra memang sudah pergi, tapi barang-barang yang ia bawa masih ada di depan rumah. Lelaki itu meninggalkannya walau Livia dengan frontal menolak.Sambil terus memberi Gadis asupannya, satu ingatan muncul di kepala Livia. Ketika Rajendra membuang foto USG Gadis dan menganggapnya sebagai sampah. Dari sanalah rasa muaknya pada Rajendra muncul yang memicunya untuk bangkit dari cengkeraman dan penindasan laki-laki itu."Liv, itu di depan kenapa banyak barang-barang bayi? Kamu belanja lagi untuk Gadis?" suara Langit yang baru saja tiba menggilas habis lamunan Livia. Livia menoleh dan menemukan wajah heran Langit."Tadi Rajendra ke sini. Dia membawa barang-barang untuk Gadis seperti yang kamu lihat.""Terus kenapa masih ada di luar? Dia nggak membantu sekalian untuk memasukkannya ke dalam rumah?" tanya Langit lagi begitu ingat keadaan Livia yang tidak mungkin membawa barang-bar

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Sedihnya Hati Rajendra

    Setelah dua hari berada di rumah sakit, hari ini Livia diizinkan pulang.Sejak pergi dari rumah Rajendra, Livia tinggal di rumah yang dicarikan Langit. Rumah itu berbentuk panjang ke belakang. Rencananya setelah melahirkan dan pulih Livia akan menjadikan bagian depannya sebagai toko. Ia akan menjual hasil rajutannya di sana."Welcome home, Sayang," ucap Livia yang menggendong Gadis begitu mereka masuk ke dalam rumah.Bayi berumur tiga hari itu terlelap dalam gendongannya.Livia melangkah pelan dan hati-hati memasuki rumah tempat ia dan putrinya memulai kehidupan baru. Aroma segar dari pewangi ruangan menyeruak ke dalam penciumannya.Langit berjalan di belakang Livia membawa tas dan perlengkapan yang mereka bawah dari rumah sakit. "Hati-hati, Liv, jangan banyak gerak dulu," kata Langit lembut sambil meletakkan tas. Ia menatap Livia yang masih tampak lelah. Tapi senyum di wajahnya menunjukkan kebahagiaan.Livia mengamati ruang depan rumah yang nantinya akan disulap menjadi toko. Bebera

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Ternyata Begini Rasanya

    Rajendra tersentak mendengar perkataan Livia. Hatinya tersayat-sayat.Om Rajendra, bukan Ayah atau Papa.Sebutan itu memisahkannya dari Gadis, darah dagingnya sendiri.Langit menggeser diri ke pojok ruangan dan memalingkan wajah. Ia mencoba tidak terlibat dalam ketegangan antara Livia dan Rajendra. ia sadar diri, ini bukanlah ranahnya untuk ikut campur.Rajendra menatap bayi kecil itu dengan perasaan sedih. "Livia, aku nggak minta banyak. Aku cuma mau menggendong Gadis sekali aja, biar dia tahu kalau aku adalah ayahnya."Livia membalas tatapan Rajendra dengan sorot dingin. "Kamu bilang kamu ayahnya. Lupa apa yang kamu lakukan dulu? Kamu menuduh saya selingkuh. Kamu menolak anak ini sebagai darah dagingmu. Lalu sekarang kamu datang mengaku-ngaku sebagai ayahnya setelah saya melewati semuanya sendirian?"Rajendra tidak berani membalas kata-kata Livia ketika perempuan itu menghakiminya. Selama beberapa detik mereka terdiam. Hanya mata Rajendra yang menatap Gadis dengan pandangan sedih.

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Om Rajendra

    Rajendra cuma bisa berdiri di depan pintu ruang bersalin yang tertutup rapat. Perasaan tidak karuan menghantamnya dari segala arah.Ia menyandarkan punggungnya ke dinding dengan tangan terkepal erat. Tatapannya kabur, bukan karena ia rabun, tetapi karena menahan air mata agar tidak jatuh.Dirinya laki-laki. Pantang baginya untuk menangis, namun ini terlalu menyakitkan. Dirinya yang punya anak dan akan menjadi bapak, tetapi kenapa orang lain yang harus mendampingi istrinya?Di dalam ruangan bersalin terdengar samar suara Livia yang mengerang menahan sakit. Ingin rasanya Rajendra menerobos masuk ke dalam ruangan itu dan mengatakan bahwa dirinyalah yang berhak mendampingi Livia, bukan Langit. Lola kemudian mendekat. Disentuhnya bahu Rajendra dengan lembut. "Nggak usah sedih, Ndra. Jangan pernah lupakan, sakit yang kamu rasakan nggak ada apa-apanya dengan yang dirasakan Livia dulu.""Tapi ini kelewatan, Tante. Aku yang seharusnya berada di sana, bukan laki-laki lain," lirih Rajendra putu

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Melahirkan Bersamanya

    Napas Livia tertahan. Dadanya langsung sesak begitu melihat sosok yang telah ia coba lupakan berdiri tidak jauh dari tempatnya.Rajendra terlihat berbeda. Sosoknya lebih kurus dan wajahnya tampak lelah.Langit yang memerhatikan ekspresi Livia memegang tangannya dengan erat. "Kita pergi ke arah lain atau tunggu sampai mereka selesai?" tanyanya.Livia menggerakkan kepalanya ke arah Langit. "Kita hadapi saja. Mungkin sudah saatnya saya ketemu sama mereka.""Kamu yakin?"Livia mengangguk penuh keyakinan. Perutnya kembali ditendang dari dalam, membuatnya meringis kesakitan.Tangisan keras Randu tiba-tiba terdengar. Tangisan yang pernah mengisi hari-hari Livia. Membuat Livia tanpa sadar melangkah ke arah mereka. Dan Langit tidak sempat mencegah.Rajendra memandang ke sumber suara langkah yang menghampirinya. Kedua matanya refleks melebar ketika menyaksikan wanita yang selama ini ia cari ada di dekatnya. Seluruh badannya gemetar. Ia ingin melafalkan nama wanita itu tapi suaranya tercekat."L

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Melihatmu Dari Jauh

    Pertanyaan ibu tirinya tentang sang istri seolah melempar pukulan tidak kasat mata pada Rajendra.Livia. Nama itu membuat dadanya sesak. Ia menunduk, menghindari tatapan Lola padanya. Sedangkan Erwin yang masih berdiri dengan tangan berkacak pinggang mendengkus keras."Liv ... Livia--" Rajendra membuka mulut tetapi kata-katanya terhenti begitu saja."Kenapa, Ndra? Livia baik-baik aja kan?" Lola bertanya lagi dengan penuh rasa ingin tahu."Livia nggak di rumah, Tante," jawab Rajendra pada akhirnya dengan suara seperti bisikan.Lola terlihat kaget. "Maksud kamu apa? Livia ke mana? Kenapa nggak ada di rumah?"Rajendra telan salivanya. Ia mencoba mengumpulkan keberanian untuk menjawab. "Livia ... pergi, Tante. Waktu itu aku salah paham tentang dia. Dan akhirnya dia pergi dari rumah."Erwin yang mendengarkan keterangan Rajendra spontan menggebrak meja di hadapannya. "Apaan lu, Ndra? Cewek yang benar malah lu usir, yang nipu malah lu sayang-sayang. Otak lu ditaruh di mana, hah? Atau jangan-

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Lu Orang Memang Bego

    Akhirnya malam itu Rajendra membawa Randu kembali bersamanya. Sepanjang malam ia hampir tidak bisa tidur memikirkan keputusan besar yang yang telah diputuskannya.Membiarkan Randu tetap bersamanya sama artinya dengan berkomitmen ia akan mengurus, menjaga dan merawat anak itu. Ia akan menjadi bapak dari anak itu.Keesokan harinya Rajendra terbangun dengan kepala berat, sebab ia hanya tidur beberapa jam saja. Randu sudah terbangun lebih dulu. Anak itu mengoceh sendirian sambil mencolek-colek tangan Rajendra."Hai, kamu mau bangunin Papa ya?"Randu terus mengoceh tanpa tahu kekalutan hati Rajendra."Papa harus kerja hari ini. Di rumah ini nggak ada siapa-siapa. Papa juga belum sempat nyari pengasuh buat kamu. Dan kamu nggak mungkin Papa tinggalin sendiri di rumah."Rajendra menghela napas panjang memikirkan segala keruwetan itu. Ia tidak mungkin membawa Randu ke kantor. Para pegawainya pasti heboh. Ia juga tidak yakin mendapatkan pengasuh secepat ia mendapatkan Asih dulu."Coba kalau ada

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Ketika Hati Nurani Berbicara

    "Persetan dengan semuanya. Anak ini bukan anak gue. Gue nggak ada sangkut pautnya sama dia. Dia cuma bakal jadi beban buat gue. Masalah gue udah banyak, gue nggak mau nambah lagi." Itulah kesimpulan Rajendra setelah mempertimbangkan apakah akan meletakkan Randu ke panti asuhan.Randu membelokkan mobilnya ke apartemen. Ia akan mengambil perlengkapan Randu di sana seperti pakaian, selimut dan susu. "Shit!" makinya ketika sepatunya menginjak pecahan kaca besar yang hampir membuatnya tersandung.Sejak ngamuk waktu itu Rajendra membiarkan apartemennya porak poranda. Nggak ada gunanya juga dibersihkan.Ia menendang pecahan kaca di lantai dengan jengkel, yang membuat bunyi berderak, memecah keheningan apartemen. Tempat yang kacau balau tersebut lebih mirip dengan area perperangan ketimbang sebagai kediaman. Serpihan-serpihan kaca, potongan-potongan foto, dan barang yang berserakan di mana-mana menjadi reminder kemarahannya beberapa hari yang lalu.Rajendra membawa langkahnya menuju kamar u

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Rajendra Yang Hampir Gila

    Sudah tiga hari pasca operasi Randu dirawat di rumah sakit. Hari ini anak itu sudah boleh dibawa pulang. Tapi Rajendra masih bingung. Ia tidak tahu akan membawa Randu ke mana. Sebenarnya Rajendra bisa saja meninggalkan Randu di rumah sakit, tapi pasti pihak rumah sakit akan mencarinya karena data-data Rajendra sebagai orang tua Randu tercantum di sana.Rajendra memandang Randu yang terbaring di ranjang rumah sakit. Anak itu begitu kecil dan rapuh. Kalau ingin mengikuti keegoisan hatinya Rajendra bisa saja membuangnya di jalan."Mau gue bawa ke mana anak ini?" Rajendra bergumam dalam kebingungan. Ia sudah mencoba mencari Utary dengan menghubungi teman-teman perempuan itu. Namun tidak satu pun yang mengetahui keberadaan Utary. Atau mungkin mereka berbohong? Entahlah."Pak Rajendra," suara pelan seorang perawat mengeluarkan Rajendra dari lamunannya.Rajendra menoleh."Apa sudah ada yang akan menjemput atau mengantar Bapak dan Randu pulang ke rumah?"Rajendra termangu dalam keterdiaman.

DMCA.com Protection Status