Share

Begitu Sulit Untuk Memahamimu

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-13 18:21:31

Setibanya di rumah, Livia langsung menghempaskan tubuhnya ke sofa Badannya sungguh lelah, matanya ngantuk berat. Rasanya ingin tidur seharian. Saat tanpa sengaja pandangannya bertemu dengan tempat tidur yang besar dan empuk, Livia merasa ingin tidur di sana. Pasti nyaman sekali rasanya tidur di atas kasur empuk itu. Apalagi di saat sedang lelah-lelahnya seperti sekarang. Namun Livia tahu diri. Rajendra pasti marah jika tahu ia tidur di sana.

Matanya yang berat dan ngantuk ditambah lagi oleh hawa dingin dari AC di kamarnya membuat Livia langsung tertidur.

Rasanya baru sebentar Livia tertidur. Ia tersentak ketika ponselnya berbunyi. Perempuan itu menggeliat mencari-cari hp-nya dengan mata tertutup.

"Halo," sapanya tanpa melihat nama di layar.

"Livia, cepat ke rumah sakit."

Livia sontak membuka mata ketika menyadari telepon itu adalah dari suaminya.

"Eh, iya, Ndra. Kamu bilang apa?" Livia bertanya lantaran nyawanya belum terkumpul seutuhnya.

"Aku bilang cepat ke rumah sakit. Apa kamu
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Ching Ling
rajendra egois dia ngak mau cerai dari livia karna takut ortunya marah tu...
goodnovel comment avatar
ORTYA POI
Livia tetap cinta dari hati yang telah memberi dukungan semua kepada sang suami
goodnovel comment avatar
Silent Heart
Bener juga ya. Kenapa Rajendra gak mau nikahin Utary? . Apa karena (secara tidak langsung) mau menjadikan Livia sebagai satu-satunya? Wkwk. Ngehalu aja dulu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Saling Sindir

    Sudah tiga hari Utary dirawat di rumah sakit. Perlahan-lahan keadaannya semakin membaik. Dan kabar baiknya jika tidak ada perubahan maka esok hari Utary diperbolehkan pulang.Saat ini Rajendra sedang menyuapi Utary makan. Sementara Livia duduk sedikit jauh dari mereka.Ia memerhatikan dengan perasaan tidak karuan. Ada rasa cemburu, sedih dan kecewa yang muncul di saat bersamaan.Rajendra dengan lembut dan telaten menyuapi Utary. Lelaki itu memastikan setiap suapan akan memberi wanita yang dicintainya kekuatan penuh.Kapan ia akan memperoleh perlakuan yang seperti itu dari Rajendra? Bahkan Livia yakin sekalipun dirinya mengidap kanker ganas Rajendra tetap abai padanya.Tiba-tiba ponsel Rajendra berbunyi menginterupsi mereka.Pria itu menghentikan suapannya pada Utary lalu mengeluarkan ponsel dari saku. Ketika melihat nama yang tertera di layar ekspresinya berubah serius."Tar, aku jawab sebentar ya," izinnya pada sang kekasih. Kemudian mengalihkan pandangan pada Livia. "Liv, suapi Utar

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Penasaran

    Di antara banyak pasien yang menanti, ada Livia yang duduk di ruang tunggu poli kandungan. Tangannya agak gemetar, pikirannya kalut, namun di satu sisi ada segenggam kecil harapan yang ia pegang. Jika saja ia bisa memberi anak mungkin Rajendra akan sedikit memandang padanya atau menganggapnya ada.Tudingan Utary tentang dirinya yang mandullah yang mendorong Livia datang ke tempat ini. Ia ingin memeriksakan kesehatannya pada dokter. Ia ingin tahu kondisi yang sebenarnya.Setelah cukup lama, perawat memanggil nama Livia dan menyuruhnya masuk ke ruangan dokter.Livia duduk di hadapan sang obgyn dengan perasaan canggung. Ia tidak tahu harus mulai dari mana. Sampai kemudian dokterlah yang mengajaknya bicara duluan."Ibu Livia, ada yang bisa saya bantu, Bu?""Saya ... Saya ingin memeriksakan kondisi kesehatan saya, Dok." Livia bicara sedikit terbata-bata. "Saya sudah dua tahun lebih menikah tapi belum memiliki anak."Dokter mengangguk paham. "Suami Ibu mana?""Saya sendiri, Bu, dia nggak ik

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Diam-Diam Khawatir

    "Hazel, Ryuga!" seru Livia terkejut menyaksikan kedatangan keduanya."Ibu Liviaaa. Aku kangen ibuuuu!" Hazel langsung memeluk pinggang Livia meluapkan perasaannya.Livia membungkuk untuk membalas pelukan Hazel. "Ibu juga kangen Hazel, Sayang. Maafin ibu ya belum bisa datang ke rumah."Sementara Rajendra dan Utary hanya diam menyaksikan interaksi keduanya."Livia, maaf, Hazel yang memaksa saya untuk datang ke sini. Katanya kangen sama Ibu Livia," kata Ryuga setelah Livia mengajaknya duduk di ruang tamu.Rajendra mendengkus pelan sambil membatin kesal, 'Dasar modus, bilang aja lo yang kangen, pake alasan anak lo segala'.Lalu Rajendra segera mendorong kursi roda Utary keluar dari rumah, mengajaknya ke beranda seperti yang perempuan itu inginkan."Nggak apa-apa, Ryuga. Saya juga kangen sama Hazel," ujar Livia sambil menggenggam tangan Hazel yang duduk di sebelahnya."Oh iya, yang di kursi roda tadi siapa?" tanya Ryuga. Ia rasa baru kali ini melihat perempuan hamil di kursi roda tersebut.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Keputusan Sepihak

    Di sepanjang perjalanan menuju rumah Ryuga, Hazel tidak berhenti bersenandung riang. Anak itu begitu gembira bertemu dengan Livia."Lihat sendiri kan Hazel senang banget ketemu sama kamu," ujar Ryuga yang sedang menyetir.Livia tersenyum kecil. Ia bisa merasakan betapa bahagianya Hazel. Terlebih dengan melihat binar yang tidak ada habisnya di wajah anak itu.Senyum kecilnya itu melebar ketika Livia menyadari betapa anak itu menyayanginya dan sebaliknya. Keberadaan anak itu mengusir rasa tidak nyaman dan kegelisahan dalam hatinya. "Saya juga senang kembali ketemu dengan Hazel." Livia berkata pelan sambil memandang Hazel yang bersenandung menatap pemandangan di luar jendela. "Dia ceria banget ya?"Ryuga menganggukkan kepalanya dan menatap sang putri melalui spion. "Hazel akan mudah dekat dan selalu gembira dengan orang yang dia suka. Dan kamu adalah orangnya." Ryuga menutup ucapannya dengan menatap Livia bersama senyumnya.Kebersamaannya dengan Ryuga dan Hazel membuat Livia menemukan k

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Jadi Kamu Yang Mau Menggantikannya?

    "Livia, nggak usah," larang Ryuga lantaran merasa tidak enak hati. Ia belum bisa melupakan bagaimana dinginnya sikap Rajendra padanya. Apalagi nanti jika Livia mengurus Hazel di rumah Rajendra. "Biar Hazel tinggal dengan Bibi saja. Saya nggak mau merepotkan kamu. Dia sudah terbiasa setiap saya pergi tinggal dengan pembantu kami."Livia memberi Ryuga tatapan lembut. Ia berusaha meyakinkan pria itu. "Nggak apa-apa, Ryuga. Saya nggak repot. Bagi saya Hazel bukan lagi sekadar murid tapi sudah saya anggap sebagai anak kandung sendiri. Saya malah senang bisa lama-lama bersama Hazel. Kamu tahu sendiri kan saya nggak punya anak?" Ada senyum getir di bibir Livia saat mengucapkannya yang membuat Ryuga menjadi trenyuh.Ryuga menarik napasnya. Lelaki itu masih terlihat ragu yang tidak bisa disembunyikan dari wajahnya. "Bagaimana dengan Rajendra? Saya nggak mau merusak hubungan kalian. Saya nggak mau dia salah paham dan kamu yang jadi pelampiasannya."Livia membisu untuk sesaat menyadari kekhawati

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Obat

    Livia terperangah mendengar perkataan Rajendra yang keras dan selalu menyinggung hatinya. Namun ia putuskan untuk mengalah. Tidak ada gunanya berdebat dengan Rajendra karena ia akan selalu kalah."Terserah kamu, Ndra, kamu boleh berpikir apa pun tentang saya," ucap Livia tetap tenang.Namun Rajendra belum puas juga. Lelaki itu melipat kedua tangannya di depan dada. "Jangan pura-pura, Livia. Aku tahu alasan kamu yang sebenarnya. Kamu jadikan anak itu agar kamu terus dekat dengan Ryuga kan? Apa masih nggak cukup juga aku menerima semua ini? Sekarang kamu juga membawa-bawa anaknya juga?"Kesabaran Livia hampir habis sampai di sini. "Kamu ngerti nggak sih apa itu empati? Kalau kamu nggak bisa menghargai niat baik saya, setidaknya jangan rendahkan saya seperti itu."Rajendra mengambil langkah mendekat, mengikis jarak di antara mereka. Ditatapnya Livia dengan sorot mata penuh amarah."Kamu pikir kamu siapa, Livia? Kamu tinggal di sini dan makan dari uangku. Dan kamu masih punya keberanian u

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Curiga

    Pagi ini Livia sedang sibuk di dapur. Hazel yang juga bangun saat Livia bangun tadi datang mendekat sambil memeluk bonekanya."Bu Livia, aku bantu ya," ujar anak itu dengan riang.Livia mengulas senyum lembut lalu menjawab, "Boleh-boleh saja, tapi Hazel hanya boleh bantu yang ringan-ringan saja ya, seperti mengambil piring atau sendok.""Iya, Bu." Hazel membantu Livia dengan hati-hati setiap kali wanita itu memberinya instruksi.Tak lama kemudian Rajendra muncul di dapur dengan wajah dinginnya. Ia memerhatikan interaksi Livia dan Hazel tanpa sepotong kata pun.Hazel yang melihat kehadiran Rajendra menyapa lelaki itu. "Om Ndra, aku bantu Ibu Livia masak. Aku pintar kan, Om?" serunya riang.Pada awalnya Rajendra berniat mengabaikan. Namun ada sesuatu dalam cara Hazel memandangnya, serta kepolosan dan keceriaannya yang mengingatkan Rajendra pada masa kecilnya sendiri.Rajendra lantas berdeham dan bertanya, "Kamu bantu apa?" lidahnya kelu.Hazel memperlihatkan sendok serta garpu yang ia p

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Kode

    "Ibu Livia, tadi aku dengar Tante jahat itu teleponan tapi bisik-bisik," lapor Hazel ketika Livia sedang menyiapkan menu makan siang."Tante Utary, Sayang, bukan Tante jahat," koreksi Livia sambil tersenyum."Iya Tante itu maksudnya, Bu. Kenapa sih dia teleponan bisik-bisik? Emang bakalan dengar ya, Bu?"Untuk sesaat Livia membisu, berusaha menenangkan pikirannya yang mendadak dipenuhi tanda tanya. Hazel memang anak kecil, tapi terkadang perkataannya tidak bisa diabaikan begitu saja.Livia berusaha menjelaskan dengan santai meski ia merasakan dadanya berdebar. "Kadang orang berbisik-bisik biar nggak ada yang mendengar omongan mereka, Sayang.""Berarti rahasia?" tanya Hazel penasaran."Betul sekali, Hazel. Kadang orang dewasa juga punya alasan sendiri kenapa harus merahasiakan sesuatu," ujar Livia sambil membelai rambut Hazel. "Udah yuk, bantu Ibu mengantar makan siang untuk Tante Utary ke kamarnya.""Kenapa Ibu yang mengantar? Tante itu kan punya tangan dan kaki yang lengkap, dia bisa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16

Bab terbaru

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Mengulang Tes DNA

    Sembari menatap kosong ke arah landasan pacu Rajendra merasakan kahampaan yang mendalam. Suara pengumuman keberangkatan semakin jauh dari telinganya. Pikirannya bertambah kalut. Livia sudah pergi. Dan kali ini Rajendra mungkin sudah benar-benar kehilangannya. Livia tidak akan mau memaafkannya. Rajendra sudah menyia-nyiakan kesempatan yang diberi perempuan itu.Tatapan Rajendra kemudian jatuh pada Lunetta yang tertidur di pangkuannya. Jejak-jejak panjang air mata masih membayang di pipi gadis kecil itu. Tubuh mungilnya tampak kelelahan menghadapi drama panjang hari ini.Perasaan bersalah datang menghantam Rajendra. Apa yang telah ia lakukan pada Lunetta tadi? Membentak-bentaknya dan memarahinya, padahal anak tersebut tidak bersalah apa-apa. Yang salah adalah ibunya.Menarik napas panjang, Rajendra menenangkan diri. Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan kemudian kembali menatap Lunetta. Anak itu adalah tanggung jawabnya sekarang. Tapi benarkah anak itu adalah darah dagingnya? Apa jan

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Betapa Sakitnya Kehilangan

    Rajendra berlari keluar dari apartemennya dan terus berteriak-teriak memanggil nama Livia dan Gadis. Membuat orang-orang keheranan akan tingkahnya.Tanpa alas kaki Rajendra berdiri di lobi melihat ke sekelilingnya kalau saja ada Livia. Ia juga bertanya pada sekuriti namun pria penjaga keamanan itu mengatakan padanya bahwa sejak tadi bayak orang yang keluar masuk apartemen itu dan dia tidak terlalu memerhatikannya.Rajendra mengesah kecewa. Setelah puas mencari Livia dan tetap tidak menemukan sang istri, Rajendra kembali ke unit apartemennya. Kemungkinan sekarang Livia sedang dalam perjalanan ke bandara lalu pulang ke Indonesia. Ia harus bergegas ke bandara dan mencegah Livia pergi.Rajendra menemukan Lunetta sedang menangis ketika ia tiba di unitnya."Papa ... Aku lapar. Aku mau sarapan ..." Lunetta merengek saat melihat Rajendra muncul."Ambil aja apa yang ada di kulkas, Om buru-buru," kata Rajendra yang langsung masuk ke kamar.Rajendra akan mengambil kunci mobil di nakas. Tapi sesu

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Gone For Good

    Setelah Livia mengunci pintu kamar, tubuhnya lemas dan ia merosot ke lantai dengan punggung bersandar pada pintu. Tangisnya pecah dan tidak mampu lagi untuk ia tahan. Hatinya hancur berkeping-keping. Kehancurannya kali ini lebih parah dari kehancuran apa pun yang pernah ia rasakan.'Kenapa ini semua terjadi padaku?' pikir Livia sambil memeluk lututnya, membiarkan perasaan sakit menguasainya.Dari balik pintu, Livia mendengar Rajendra mengetuk dengan panik. Suaranya begitu penuh dengan permohonan. "Liv, aku mohon buka pintunya dulu. Kita bisa bicara baik-baik, Sayang "Livia menutup kedua telinganya dengan kedua telapak tangan. Ia tidak ingin mendengar apa pun dari Rajendra. Semua yang keluar dari mulut lelaki itu hanyalah dusta belaka.Kenangan demi kenangan mengenai pernikahan mereka mulai bermunculan di benak Livia bagaikan film yang diputar ulang. Janji-janji Rajendra, senyumnya yang menawan, caranya mencumbu, serta sentuhannya yang begitu lembut, saat ini terasa begitu palsu.Li

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Konfrontasi

    Suasana di ruangan itu mendadak mencekam. Pernyataan Sharon membuat Livia mengernyitkan dahinya dan menatap Rajendra dengan sorot penuh tanda tanya."Maksudnya apa, Ndra? Kenapa dia bilang kamu akan kabur dari dia?" tanya Livia dengan perasaan tidak enak.Rajendra tidak sanggup berkata sepatah kata pun, seperti ada gumpalan besar yang menyumbat tenggorokannya."Livia, aku bisa jelasin nanti. Kita bicara berdua, Sayang," ucap Rajendra akhirnya tanpa bisa menyembunyikan rasa panik di wajahnya.Mendengarnya, membuat Sharon tertawa kecil. "Dia memang selalu mengatakan itu, Liv. Nanti, sebentar, besok dan banyak lagi lainnya. Padahal dia hanya ingin lari dari masalah.""Masalah apa?" Livia menatap Sharon dengan tatapan menusuk. "Boleh aku bicara?" Sharon pura-pura meminta izin."Bicaralah," jawab livia tidak sabar."Oke. Tapi aku tidak tahu harus mulai dari mana." Lalu Sharon menatap Rajendra. "Aku harus mulai dari mana ya, Ndra? Apa semuanya harus kuceritakan?"Rajendra menggeram kesal n

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Aku Nggak Segan-Segan Membunuhmu

    Livia dan Rajendra mulai berbenah barang-barang mereka. Lusa mereka akan pulang ke Indonesia.Sebenarnya Livia masih ingin berada lebih lama di Ohio, tapi alasan yang disampaikan Rajendra membuatnya menyerah pada keinginan lelaki itu.Jauh di dalam hatinya Rajendra merasa bersalah. Uangnya masih banyak untuk biaya hidup di Ohio. Ia hanya ingin lari dari semua kenyataan ini. Ia tidak ingin Livia tahu fakta mengenai Lunetta yang merupakan darah dagingnya.Sementara itu Sharon terus mendesak. Lantaran Rajendra tidak mau menjawab panggilan darinya setiap kali Sharon menelepon, wanita itu memborbardirnya dengan pesan."Rajendra sayang, aku tidak bisa menunggu sampai enam hari lagi. Kepalaku semakin sering sakit. Dokter bilang aku harus dirawat di rumah sakit untuk sementara waktu. Bagaimana dengan Lunetta? Apa aku harus mengantarnya ke apartemenmu?"Rajendra mendengkus membaca pesan itu lalu dengan kasar menghentakkan jarinya di layar gawai."Aku bilang tunggu dulu. Enam hari lagi nggak la

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Kabar Bahagia

    Rajendra mengemudikan mobilnya pulang dengan perasaan kacau. Amplop hasil tes DNA tergelak di dashboard, seakan menjadi pengingat atas kesalahan dan kebohongan yang selama ini ia simpan. Wajah Sharon dan Lunetta terus berkelindan di pikirannya. Tapi bayangan Livia yang tersenyum lembut selalu muncul di atas segalanya.Setibanya di hunian mereka Livia ternyata sudah pulang. Perempuan itu tersenyum ceria."Ndra, kata dokter Justin progress aku sudah 95%. Sebentar lagi aku bisa jalan kayak kamu, Ndra.""Syukurlah, Sayang," jawab Rajendra sambil memaksakan sebuah senyuman sambil menahan kecamuk di dadanya."Tadi kamu jalan-jalan ke mana sama Gadis?""Aku ajak dia ke playground. Dia happy di sana. Sampai nggak mau pulang," dusta Rajendra."Iya ya, Nak?" Livia terkikik sambil menggelitik Gadis yang membuatnya tertawa.Rajendra menatap interaksi ibu dan anak itu yang begitu bahagia. Akankah kebahagiaan tersebut tetap ada setelah Livia tahu kenyataan yang sebenarnya? ***Malamnya Rajendra me

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Hasil Tes DNA Lunetta

    "Ndra, tahu nggak, dokter aku udah ganti lagi. Namanya dokter Justin. Dia yang bakal menangani aku sampai sembuh. Dia bilang sebentar lagi aku bisa berjalan."Baru saja Rajendra tiba di apartemen ia disambut oleh ocehan Livia yang tampak begitu ceria.Rajendra terdiam sesaat. Ini membuatnya bingung. Dokter Hailey bilang kesempatan Livia untuk berjalan normal lagi sangat kecil, tapi dokter Justin mengatakan sebaliknya. Apa ini bukan hanya untuk menambah semangat Livia saja?"Ndra, kok diam?" Livia mengguncang tangan Rajendra yang terpaku."Eh, iya, Sayang. Aku ikut senang." Rajendra tersenyum kikuk. "Aaa ... aku udah nggak sabar. Coba deh kamu lihat."Livia kemudian melangkah di hadapan Rajendra setapak demi setapak. Rajendra memerhatikannya. Livia memang masih pincang tapi tidak separah dulu."Gimana, Ndra?" tanyanya setelah melakukan 'pertunjukan' berjalannya di hadapan Rajendra."Hebat, Sayang. Pincangnya udah nggak terlalu kelihatan. Aku yakin ini memang nggak bakal lama." Raje

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Hari Terpanjang

    Rajendra bangun lebih cepat dari Livia. Ia lalu duduk di pinggir tempat tidur sambil menatap kosong ke arah jendela yang tirainya masih tertutup rapat.Livia masih pulas dalam tidurnya. Ekspresinya begitu tenang seolah tidak ada masalah yang membebani hidup mereka.Tapi lain halnya bagi Rajendra. Hari ini terasa bagaikan medan perang.Rajendra mengisi paru-parunya dengan udara baru lalu melangkah keluar kamar dengan hati-hati agar tidak membangunkan Livia.Ia melangkah ke dapur, menuang segelas air putih lalu meneguknya. Setelahnya ia duduk di kursi meja makan dengan kepala tertunduk.Pikirannya mengelana tentang tes DNA hari ini. Wajah Lunetta muncul tiba-tiba, disusul oleh tawa manis Gadis dan senyum lembut Livia. Skenario terburuk tentang bagaimana reaksi Livia jika semua ini terungkap terus mengejarnya.Mengusap wajah dengan kasar, Rajendra bangkit dari duduknya. Ia harus membantu Livia membuat sarapan untuk Gadis.Rajendra menyibukkan dirinya di dapur membuat mashed potato untuk

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Kesepakatan

    Rajendra membeku di bangku taman setelah Sharon pergi. Wajahnya tegang, sorot matanya kosong. Udara dingin semakin menusuk kulit tetapi tidak ia rasakan. Yang ada hanyalah suara-suara yang bergema di kepalanya dan menyiksa batinnya tanpa henti. 'Lunetta anak gue? Apa memang itu faktanya? Tapi kenapa bisa?' Rajendra mendengkus menertawakan kebodohannya sendiri. Bagaimana bisa ia seceroboh itu? 'Kalau memang semua ini benar, gue mesti ngapain?' Wajah lembut Livia melintas tepat di depan matanya. Livia telah melalui begitu banyak hal bersamanya. Tidak hanya rasa sakit fisik tapi juga luka batin yang mungkin saat ini belum sembuh sepenuhnya. Rajendra baru saja mendapat kepercayaan dari Livia. Lantas bagaimana ia harus menjelaskan semua ini pada Livia? Bagaimana caranya mengatakan pada Livia bahwa Sharon adalah mantannya dan mereka memiliki seorang anak gara-gara hubungan di masa lalu? Sungguh, Rajendra tidak sanggup untuk berterus terang. Rajendra tidak ingin kehilangan Livia. R

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status