Home / Rumah Tangga / Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan / Jadi Kamu Yang Mau Menggantikannya?

Share

Jadi Kamu Yang Mau Menggantikannya?

last update Last Updated: 2024-11-15 19:57:59

"Livia, nggak usah," larang Ryuga lantaran merasa tidak enak hati. Ia belum bisa melupakan bagaimana dinginnya sikap Rajendra padanya. Apalagi nanti jika Livia mengurus Hazel di rumah Rajendra. "Biar Hazel tinggal dengan Bibi saja. Saya nggak mau merepotkan kamu. Dia sudah terbiasa setiap saya pergi tinggal dengan pembantu kami."

Livia memberi Ryuga tatapan lembut. Ia berusaha meyakinkan pria itu. "Nggak apa-apa, Ryuga. Saya nggak repot. Bagi saya Hazel bukan lagi sekadar murid tapi sudah saya anggap sebagai anak kandung sendiri. Saya malah senang bisa lama-lama bersama Hazel. Kamu tahu sendiri kan saya nggak punya anak?" Ada senyum getir di bibir Livia saat mengucapkannya yang membuat Ryuga menjadi trenyuh.

Ryuga menarik napasnya. Lelaki itu masih terlihat ragu yang tidak bisa disembunyikan dari wajahnya. "Bagaimana dengan Rajendra? Saya nggak mau merusak hubungan kalian. Saya nggak mau dia salah paham dan kamu yang jadi pelampiasannya."

Livia membisu untuk sesaat menyadari kekhawati
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Karmila Mila
cerita ny kok malah membosankn,Livia cinta boleh goblok jangan ,udh tahu seperti itu msh aja bertahan ,lama2 bosen juga baca ny
goodnovel comment avatar
ORTYA POI
Rajendra seharusnya suka lihat anak kecil bahkan sudah mau punya anak sama Utary
goodnovel comment avatar
Jasmine
kok bisa blg bertele2 kl bacanya cuma bab awal sama bab 78? lagian otornya blg alurnya memang lambat. no offense
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Obat

    Livia terperangah mendengar perkataan Rajendra yang keras dan selalu menyinggung hatinya. Namun ia putuskan untuk mengalah. Tidak ada gunanya berdebat dengan Rajendra karena ia akan selalu kalah."Terserah kamu, Ndra, kamu boleh berpikir apa pun tentang saya," ucap Livia tetap tenang.Namun Rajendra belum puas juga. Lelaki itu melipat kedua tangannya di depan dada. "Jangan pura-pura, Livia. Aku tahu alasan kamu yang sebenarnya. Kamu jadikan anak itu agar kamu terus dekat dengan Ryuga kan? Apa masih nggak cukup juga aku menerima semua ini? Sekarang kamu juga membawa-bawa anaknya juga?"Kesabaran Livia hampir habis sampai di sini. "Kamu ngerti nggak sih apa itu empati? Kalau kamu nggak bisa menghargai niat baik saya, setidaknya jangan rendahkan saya seperti itu."Rajendra mengambil langkah mendekat, mengikis jarak di antara mereka. Ditatapnya Livia dengan sorot mata penuh amarah."Kamu pikir kamu siapa, Livia? Kamu tinggal di sini dan makan dari uangku. Dan kamu masih punya keberanian u

    Last Updated : 2024-11-16
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Curiga

    Pagi ini Livia sedang sibuk di dapur. Hazel yang juga bangun saat Livia bangun tadi datang mendekat sambil memeluk bonekanya."Bu Livia, aku bantu ya," ujar anak itu dengan riang.Livia mengulas senyum lembut lalu menjawab, "Boleh-boleh saja, tapi Hazel hanya boleh bantu yang ringan-ringan saja ya, seperti mengambil piring atau sendok.""Iya, Bu." Hazel membantu Livia dengan hati-hati setiap kali wanita itu memberinya instruksi.Tak lama kemudian Rajendra muncul di dapur dengan wajah dinginnya. Ia memerhatikan interaksi Livia dan Hazel tanpa sepotong kata pun.Hazel yang melihat kehadiran Rajendra menyapa lelaki itu. "Om Ndra, aku bantu Ibu Livia masak. Aku pintar kan, Om?" serunya riang.Pada awalnya Rajendra berniat mengabaikan. Namun ada sesuatu dalam cara Hazel memandangnya, serta kepolosan dan keceriaannya yang mengingatkan Rajendra pada masa kecilnya sendiri.Rajendra lantas berdeham dan bertanya, "Kamu bantu apa?" lidahnya kelu.Hazel memperlihatkan sendok serta garpu yang ia p

    Last Updated : 2024-11-16
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Kode

    "Ibu Livia, tadi aku dengar Tante jahat itu teleponan tapi bisik-bisik," lapor Hazel ketika Livia sedang menyiapkan menu makan siang."Tante Utary, Sayang, bukan Tante jahat," koreksi Livia sambil tersenyum."Iya Tante itu maksudnya, Bu. Kenapa sih dia teleponan bisik-bisik? Emang bakalan dengar ya, Bu?"Untuk sesaat Livia membisu, berusaha menenangkan pikirannya yang mendadak dipenuhi tanda tanya. Hazel memang anak kecil, tapi terkadang perkataannya tidak bisa diabaikan begitu saja.Livia berusaha menjelaskan dengan santai meski ia merasakan dadanya berdebar. "Kadang orang berbisik-bisik biar nggak ada yang mendengar omongan mereka, Sayang.""Berarti rahasia?" tanya Hazel penasaran."Betul sekali, Hazel. Kadang orang dewasa juga punya alasan sendiri kenapa harus merahasiakan sesuatu," ujar Livia sambil membelai rambut Hazel. "Udah yuk, bantu Ibu mengantar makan siang untuk Tante Utary ke kamarnya.""Kenapa Ibu yang mengantar? Tante itu kan punya tangan dan kaki yang lengkap, dia bisa

    Last Updated : 2024-11-16
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Dilema

    Hari-hari terus berlalu. Dan tidak ada yang berubah dari hubungan Livia dan Rajendra. Utary masih terus tinggal bersama mereka. Bahkan sekarang usia kandungannya sudah berada di bulan ke sembilan. "Liiiv! Mana juice-nya? Kok lama banget sih?" teriak Utary yang sedang nonton TV di ruang keluarga. Ditemani oleh Rajendra yang duduk di sebelahnya.Di ruang belakang, Livia menghela napas. Tangannya menuang juice ke gelas tapi pikirannya tidak berada di tempat itu. Sudah sembilan bulan lamanya ia hidup dengan penuh ketegangan. Utary semakin manja dan selalu memerintahnya tanpa henti.Livia melangkah membawa juice yang diinginkan Utary ke ruang keluarga. Ia mendapati Utary sedang tertawa-tawa sambil menonton acara komedi. Di sebelahnya Rajendra tidak berkata apa-apa namun tatapan tajamnya tertuju pada Livia yang baru saja tiba."Ini juice-nya," kata Livia sembari meletakkan gelas di atas meja tepat di hadapan Utary."Lama banget bikinnya," gerutu Utary sambil meraih gelas itu dan menyesapn

    Last Updated : 2024-11-17
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Kehilangan Utary

    Hari ini Rajendra ulang tahun tapi Livia belum menyampaikan selamat dalam bentuk apa pun padanya. Tahun lalu saat ia mengucapkannya Rajendra hanya mengacuhkannya. Begitu juga ketika Livia menyiapkan hidangan yang banyak dan lezat untuk merayakannya. Rajendra tidak sedikit pun menyentuh hidangannya. Malam itu Livia menangis sedih sambil meringkuk di Sofanya yang dingin.Hari ini Livia tidak menyiapkan apa-apa. Ia tahu apa pun bentuk usahanya tetap tidak akan dihargai. Tidak kue, tidak juga ucapan selamat apalagi hadiah."Ndra, hari ini saya mau pergi belanja bulanan. Stock semakin menipis jadi saya terpaksa meninggalkan Utary sebentar," kata Livia pagi itu sebelum suaminya berangkat kerja."Jadi susu, makanan dan vitamin aku gimana dong?" protes Utary yang juga ada di sana."Kamu tenang aja, saya akan siapkan semuanya sebelum pergi," ujar Livia."Perginya jangan lama-lama. Kandungan Utary tinggal menunggu hari," ucap Rajendra yang khawatir dan tidak tega kalau Utary harus tinggal sendi

    Last Updated : 2024-11-17
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Memikirkan Cara Untuk Bercinta

    Livia mengatur napasnya yang terengah-engah setelah kelelahan mencari Utary. Ia mulai cemas. Bagaimana kalau Rajendra marah? Seandainya tadi ia tidak ke dokter kandungan dulu sudah dipastikan ia tidak akan kehilangan Utary.Livia mencengkram ujung bajunya. Wajahnya pucat. Tangannya gemetar. Pikirannya kacau dan hatinya dipenuhi perasaan bersalah. Ia tahu persis bagaimana reaksi Rajendra terutama jika sudah berkaitan dengan Utary.Setelah mengumpulkan segenap keberaniannya Livia mengambil ponsel lalu menguatkan hati untuk menelepon Rajendra.Tangan kanan livia gemetar ketika menekan nomor Rajendra di layar ponselnya. Setiap detik yang berlalu terasa begitu lama. Jantungnya berdetak begitu kencang seolah akan lepas dari rongganya.Ketika nada sambung terdengar Livia nyaris saja membatalkan panggilan. Sayangnya ia terlambat."Apa lagi?" Terdengar suara Rajendra di seberang sana. Nadanya begitu dingin yang membuat Livia meremang.Livia meneguk ludah sambil mencoba menenangkan diri. "Ndra,

    Last Updated : 2024-11-17
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Bisa Minta Waktunya Sebentar?

    Setelah mengeringkan air matanya Livia baru sadar saat ini sudah senja. Ternyata sudah berjam-jam lamanya ia tertidur. Ia juga baru menyadari belum memasak apa pun untuk makan malam.Dengan tubuh yang masih terasa lemas Livia bangun dari sofa. Tatapannya tertuju ke arah jendela, menyaksikan langit senja yang merona jingga.Perasaan gusarnya telah mereda setelah tidur panjang. Namun kini muncul kekhawatiran lain. Ia belum menyiapkan apa-apa untuk makan malam. Sementara sebentar lagi Rajendra bisa saja pulang.Ia melangkah menuju dapur. Tangannya menyentuh meja dapur. Ketika ia hendak menyiapkan bahan-bahan Livia teringat Utary. Ia ingin tahu apa Utary sudah pulang dan menanyakan menu makan malam apa yang diinginkan perempuan itu malam ini.Livia meninggalkan dapur. Dengan tongkatnya ia menujukan langkah ke kamar Utary."Tary!" Livia memanggilnya namun tidak ada sahutan apa-apa. Begitu pun ketika Livia membuka pintu kamar. Ruangan tersebut berada dalam keadaan kosong melompong. Utary te

    Last Updated : 2024-11-18
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Malam Yang Istimewa

    Rajendra memutar badan dengan perlahan. Sepasang matanya menatap dingin ke arah Livia yang berdiri di ambang pintu dengan bertumpu pada tongkatnya."Apa?" tanya lelaki itu singkat dan datar, menunjukkan rasa tidak tertarik untuk melanjutkan percakapan.Livia menghela napasnya sedalam mungkin, mencoba untuk mengumpulkan keberanian. Ia menyusul Rajendra yang saat ini sedang duduk di tepi tempat tidur. Livia ikut duduk di sebelahnya lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam saku yang sudah ia persiapkan sebelumnya."Selamat ulang tahun, Ndra. Semoga segala keinginanmu terwujud menjadi kenyataan, bahagia selalu ya," ucap Livia sambil tersenyum lalu memasangkan arloji hadiah darinya ke pergelangan tangan Rajendra. Lelaki itu mendadak speechless. Ia menurunkan pandangannya saat merasakan sentuhan Livia di tangannya. Dipandangnya arloji yang kini melingkar di pergelangan tangannya. Desainnya simpel namun tampak elegan. "Ini untuk apa?" Rajendra bertanya dingin.Livia tidak tahu apa Rajendra pur

    Last Updated : 2024-11-18

Latest chapter

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 3

    "Yang benar aja kamu, Ndra. Nggak mungkin Gadis nikah sama Randu!" Begitu kata Erwin di saat Rajendra mengatakan tentang rencana menikahkan kedua anaknya."Aku dan Livia juga kaget, Pi. Tapi mau bagaimana lagi? Mereka berdua saling mencintai," ujar Rajendra pada Erwin."Kayak nggak ada orang lain aja." Erwin terlihat tidak setuju atas rencana pernikahan keduanya."Ya mau gimana lagi, Pi. Namanya juga cinta."Erwin terdiam. Ia kehilangan kata untuk menjawab kata-kata Rajendra."Pi, kita restui saja mereka. Jangan dipersulit," pinta Rajendra." Aku nggak ingin melihat anakku menderita apalagi kalau mereka sampai kawin lari."Erwin menghela napasnya lalu bertanya, "Sejak kapan mereka pacaran?""Sudah cukup lama, Pi. Livia yang punya firasat itu tapi aku nggak percaya. Sampai akhirnya keduanya mengaku."Erwin terdiam lagi seolah sedang memikirkan perkataan Rajendra. "Kamu nggak lupa siapa orang tua Randu kan, Ndra? Jangan lupa dia anak Utary dan nggak tahu siapa bapaknya.""Aku udah lupaka

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 2

    "Liv love, kamu ngeliat Gadis nggak?" tanya Rajendra setelah masuk ke ruangan Livia. Setelah semua yang terjadi Livia juga bekerja di kantor menjadi asisten pribadi Rajendra. Lagi pula anak-anak sudah besar."Paling pergi makan siang bareng Randu," jawab Livia sambil merapikan ikatan rambutnya."Makin hari mereka semakin dekat," komentar Rajendra."Iya. Aku pun ngeliatnya begitu." Livia menimpali. "Kamu ngerasa nggak sih, kalau hubungan mereka kayak udah nggak wajar?""Nggak wajar gimana?" Rajendra mengerutkan dahinya.Livia tampak ragu namun tak urung mengatakan. "Aku ngeliat mereka kayak orang lagi pacaran. Benar nggak?"Rajendra tertawa mendengarnya. "Kamu ada-ada aja, Sayang. Randu dan Gadis kan dari kecil sudah tumbuh bersama. Mereka itu kakak adik. Nggak mungkin mereka seperti yang kamu bilang."Livia terdiam. Yang dikatakan Rajendra ada benarnya. Tapi firasatnya berkata lain. Sebagai seorang ibu ia tahu persis ada yang berbeda dalam hubungan Randu dan Gadis. Cara Randu menatap

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 1

    Waktu terus berlalu tanpa bisa dihentikan. Setiap detik yang terlewati bagaikan anak panah yang melesat dengan cepat.Anak-anak sekarang sudah dewasa. Randu sudah bekerja sebagai salah satu staff di Kemenlu. Sedangkan Gadis melanjutkan kerajaan bisnis Rajendra bersama dengan Livia. Hubungan Gadis dengan Randu sangat dekat. Bahkan tidak bisa lagi dibilang sebagai kakak adik biasa. Tumbuh bersama sejak kecil dan melewatkan berbagai hal berdua membuat mereka saling terikat satu sama lain. Meski tidak ada pernyataan cinta yang terucap namun keduanya menyadari bahwa mereka berdua saling mencintai. Hanya saja mereka tidak menunjukkannya secara terang-terangan. Rajendra dan Livia menganggap keduanya saling menyayangi sebagai kakak dan adik. Tidak sedikit pun terbersit di pikiran mereka bahwa keduanya akan melewati batas itu."Dis, Abang pengen ngomong. Bisa nggak kita ketemuan makan siang nanti?" Itu pesan yang diterima Gadis dari Randu ketika ia sedang sibuk-sibuknya bekerja di kantor."Ha

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 376

    Rajendra membawa Livia dengan disupiri Geri setelah menitipkan anak-anak pada Bu Mimi. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak panik. Maklum saja, ini adalah untuk pertama kalinya Rajendra melewati semua momen kehamilan Livia, mulai dari morning sickness, masa-masa Livia tidak bisa makan apa pun, masa-masa betapa protektifnya Rajendra padanya, masa-masa kehamilan tua di mana Livia mulai merasa kesakitan di mana-mana dan tidak bisa tidur hingga saat ini tiba masanya untuk melahirkan."Sakit banget, Ndraaa ..." Livia merintih tidak tahan di atas pangkuan Rajendra."Iya, Sayang. Sabar sebentar ya. Nggak lama lagi kita nyampe di rumah sakit," kata Rajendra sambil mengelus-elus perut Livia. "Ger, lebih kencang lagi," suruh Rajendra pada Geri agar menaikkan kecepatan."Baik, Pak," jawab Geri sambil memandang melalui spion tengah kemudian menekan pedal gas lebih dalam.Selama dalam perjalanan ke rumah sakit Livia terus merintih. Melihat ringisan di wajahnya membuat Rajendra tidak tahan. Andai

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 375

    Kehamilan ketiga ini tidak mudah bagi Livia. Kondisinya lebih lemah dari dua kehamilan sebelumnya. Livia yang sering mual dan muntah-muntah otomatis membuat anak-anak bertanya apa yang terjadi pada ibu mereka."Bang Randu, tahu nggak kenapa Bunda muntah-muntah terus?" tanya Gadis pada Randu ketika mereka akan berangkat sekolah pagi itu.Livia yang muntah setiap pagi dan Rajendra yang selalu memijit tengkuknya adalah pemandangan yang sering dilihat anak-anak belakangan ini.Randu mengangkat bahunya tidak tahu. "Entahlah. Abang juga nggak tahu, Dis.""Apa mungkin Bunda lagi sakit?" Gadis terlihat khawatir."Kita tanya aja langsung yuk," ajak Randu.Kedua anak itu menunggu Livia dan Rajendra keluar dari kamar mandi. Mereka saling pandang saat mendengar suara muntahan dari arah dalam sana.Beberapa menit kemudian Livia dan Rajendra keluar dari kamar mandi."Ngapain pada kumpul di sini?" tanya Rajendra."Adis dengar Bunda muntah-muntah terus setiap pagi, Pa. Bunda sakit apa, Pa?" tanya Gad

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 374

    "Kok aku bawaannya pengen nyium celana dalam kamu terus ya, Liv?" "Apa sih, Ndra?" Livia mendelik malu, mukanya sedikit memerah."Iya, Sayang, aku serius," jawab Rajendra sungguh-sungguh. "Sini!" Rajendra merenggut celana dalam bekas pakai Livia setelah Livia membukanya. Saat itu mereka akan mandi berdua.Livia terpaksa memberikannya pada Rajendra. Lelaki itu langsung mencium dan menjilatinya tepat di bagian kewanitaan Livia."Astaga, Ndra!" Livia geleng-geleng kepala melihat tingkah suaminya. Ternyata Rajendra kalau bucin gini amat ya?"Wanginya khas, aku suka," kata Rajendra yang membuat Livia bertambah malu."Sini, Ndra! Balikin nggak?" Livia berusaha merebut dari tangan Rajendra tapi Rajendra menjauhkan celana dalam itu dengan mengangkatnya tinggi-tinggi."Cuma celana dalam aja, Sayang. Pelit banget sih." Rajendra tertawa melihat ekspresi Livia yang sudah kehabisan akal."Tapi kamu itu aneh. Masa maunya celana dalam aku. Nggak cukup apa nyium yang ini?" Livia menunjuk organ vital

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 373

    lHari demi hari berlangsung dengan damai. Kehidupan rumah tangga Livia dan Rajendra berlangsung harmonis bersama anak-anak mereka. Sesekali Rajendra menelepon Lunetta, namun gadis kecil itu tidak ingin berbicara dengannya. Lunetta masih merajuk lantaran Rajendra meninggalkannya di tempat sang nenek.Sementara itu Rajendra menjadi ayah yang siaga untuk Ananta. Hampir setiap malam Rajendra menemani Livia begadang untuk menyusui atau mengurus Ananta jika anak itu tidak mau tidur. Mereka saling bahu membahu dan berbagi tugas. Setiap tumbuh kembang Ananta tidak lepas dari perhatian Rajendra. Rajendra tidak ingin kehilangan momen-momen penting itu karena tidak akan bisa diulang kembali. Tanpa terasa sekarang Ananta sudah berusia satu tahun. Anak itu sudah bisa berjalan walau kakinya belum terlalu kokoh. Sore itu Rajendra pulang lebih cepat dari biasanya sehingga ia punya banyak waktu bermain dengan Ananta."Ndra, tolong jagain Ananta sebentar ya, aku mau nyiapin makanannya," ujar Livia."

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 372

    "Lho, Papa kenapa udah pulang? Katanya Papa pergi liburan?" Gadis tercengang ketika sore itu melihat Rajendra sudah ada di rumah."Papa nggak jadi liburan, Papa tadi pagi cuma mengantar Kak Lunetta ke rumah kakek dan neneknya.""Apa, Pa? Berarti Papa bohongin kita? Kata Papa bohong itu dosa," mulut Gadis mengerucut.Rajendra tertawa karenanya. "Papa nggak bohong, Nak. Papa cuma nggak ingin bikin Adis sedih.""Emangnya Lunetta nggak bakal ke sini lagi ya, Pa?" tanya Randu menimpali.Rajendra menggelengkan kepalanya. "Untuk saat ini nggak. Lunetta tinggal dan sekolah di Surabaya. Nanti kalau liburan dia baru ke sini.""Kasihan Kak Lunetta. Kalau tahu dia mau pergi Adis kan bisa kasih hadiah perpisahan. Lagian emangnya di sana Kak Lunetta main sama siapa, Pa? Kak Lunetta kan nggak punya teman.""Ada, Sayang. Nanti kalau Kak Lunetta sudah sekolah temannya juga banyak seperti di sini. Adis nggak usah khawatir ya." Rajendra me

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 371

    Taksi berhenti di depan sebuah rumah bercat putih berpagar hitam. Rajendra dan Lunetta turun. Sebelah tangan Rajendra menggeret koper sedangkan sebelahnya lagi menggandeng tangan Lunetta."Papa, kenapa hotelnya kayak gini? Kenapa nggak bagus?" tanya Lunetta keheranan. Matanya mengelana ke sekeliling."Ini bukan hotel, Sayang. Ini rumah nenek dan kakek, orang tuanya mommy Sharon."Lunetta terdiam sejenak sebelum kembali bertanya. "Kita ngapain di sini, Pa?""Kita ngunjungin nenek dan kakek. Selama ini mereka nggak tahu Lunetta itu yang mana. Ayo kita masuk."Berhubung pagar yang tidak dikunci memudahkan Rajendra untuk masuk ke dalam pekarangan. Tepat di depan pintu Rajendra menekan bel. Hanya dalam beberapa detik seorang wanita berusia enam puluhan keluar."Tante Ratih, masih ingat saya?" kata Rajendra mengawali.Wanita itu mengerutkan dahinya seolah sedang berpikir. Setelah ingatannya pulih ia berkata, "Rajendra?""Iya, Tante. Ini saya.""Sudah lama sekali saya tidak ketemu kamu," uja

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status