Ucapan Ara terhenti saat tiba-tiba saja Aldo menempelkan jari telunjuknya di bibir wanita itu. Tqdinya Ara pikir Aldo akan menciumnya kembali.'Astaga Ara! Apa yang ada di dalam otakmu? Aku pikir tadi dia mau ...?'Sebuah sentilan mendarat di kening wanita itu, membuat Ara seketika tersadar dari lamunannya. "Apa yang kau pikirkan, hah? Jangan berpikir yang aneh-aneh. Apa kau memikirkan aku akan menciummu kembali, hm?" tanya Aldo sambil melipat kedua tangannya di depan dada dengan kedipan mata yang begitu mempesona.Tatapannya mengejek ke arah Ara, membuat wanita itu merengut kesal. Kemudian Ara pun memukul lengan Aldo dengan kuat."Jaga ya otak lo! Siapa juga yang berkhayal seperti itu. Emangnya bibir lo itu semanis apa sampai gue ketagihan? Udah minggir sana!"Ara mendorong tubuh Aldo hingga pria itu pun keluar dari ruangannya dan langsung ditutup olehnya dengan sedikit kuat."Dasar cowok mes-um. Nyebelin, kanebo kering, kentang balado." Semua nama jelek tentang Aldo dilontarkan dari
"Mas Andre!" kaget Aisyah saat melihat Andre di sana."Aisyah!" Andre menatap kagum ke arah wanita yang kini sudah bergelar menjadi mantan istrinya itu. 'Kenapa Aisyah semakun cantik saja ya setelah menjadi istri orang lain? Aku menyesal dulu pernah menyia-nyiakannya,' batin Andre.Merasa di perhatikan oleh mantan suaminya, Aisyah pun merasa canggung dan tak nyaman. "Ekhm, apa kabar Mas?" tanya Aisyah sambil menangkupkan tangannya d depan dada.Walau ia dan Andre sudah berpisah, tetapi Aisyah tetap menjaga tali silaturahmi. Dia sama sekali tidak menaruh dendam pada pria itu, karena Aisyah meyakini ... hidup jika memiliki dendam kepada siapapun itu, pasti tidak akan pernah tenang."Alhamdulillah kabar aku baik. Kamu sedang apa di sini?" tanya Andre mencoba untuk menetralkan rasa gugupnya, apalagi saat ini jantungnya berdetak kencang.Dia seperti baru pertama kali bertemu dengan Aisyah, tetapi Andre mencoba menepis rasa itu karena dia sadar Aisyah sudah menjadi milik orang lain"Aku ke
Wanita itu membalikkan badannya dan dia cukup terkejut saat melihat kedatangan Vita. "Eh, lo ada di sini Vit?""Iya, gue sengaja ke sini mau ngejenguk Om Agam tapi melihat lo baru keluar dari rumah sakit ya udah gue samperin. Lo mau pulang?" jawab Vita."Iya nih baru mau pulang.""Ya udah, kalau gitu bareng gue aja yuk!" ajak Vita."Loh, tadi katanya mau nengok Papa? Gimana sih?""Iya, tapi ngelihat lo mau pulang ya udah biar sekalian aja. Sopirnya Okta suruh balik lagi aja, biarin ngabisin bensin bolak-balik," kekeh Vita.Akhirnya Aisyah memutuskan untuk pulang bersama sahabatnya, tapi sebelum itu mereka mampir terlebih dahulu di sebuah restoran karena mereka ingin mengobrol, ditambah Aisyah juga ingin menanyakan perihal hubungan Vita dan juga Boy.Sesampainya mereka di sebuah Cafe keduanya pun segera memesan minuman dan beberapa cemilan, lalu Aisyah menanyakan soal pekerjaan Vita."Oh iya Vit, aku mau bertanya sesuatu nih sama kamu?""Soal apa itu?" tanya Vita dengan heran sambil me
"Erik!" kaget Aisyah dan Vita bersamaan."Erik, lo ada di sini? Bukannya lo ada di luar Negeri, ya?" tanya Vita dengan heran, namun raut wajahnya masih menampakan keterkejutan."Iya, aku satu minggu di Indonesia, ada kerjaan. Oh ya ... gimana kabar kalian?""Alhamdulillah kabarku baik," jawab Aisyah, "tapi ngomong-ngomong kamu kok bisa ada di sini?""Tadi habis meeting, enggak sengaja lihat kalian. Padahal tadinya aku mau main ke rumah kamu."Entah kenapa Aisyah selalu merasa tak enak saat berada di samping Erik, karena pernah menolak perasaan dari pria tersebut."Ya sudah, kalau gitu aku sama Vita mau pulang dulu ya," ucap Aisyah."Iya, nanti malam aku main ke rumah ya ... mau silaturahmi sama om dan tante, sekalian sama suami kamu juga.""Kalau lo mau silaturahmi sama tante Rani sama Okta sih bisa aja, tapi kayaknya saat ini Okta nggak lagi di rumah deh," timpal Vita.Erik menatap heran, "memangnya kenapa?""Kemarin papa Agam itu kecelakaan, pesawat yang ditumpanginya jatuh di tenga
Ara seketika terlunjak kaget dan dia langsung mengalungkan tangannya di leher kekar pria itu, karena tiba-tiba saja Aldo menggendong tubuhnya."Hei ... apa kau sudah gila? Turunkan aku!" pinta Ara dengan protes."Tidak. Diam atau aku akan menjatuhkanmu sehingga tubuhmu akan remuk seketika!" ancam Aldo dengan tatapan tajam.Ara melipat bibirnya ke dalam sambil berdecak kesal. Tatapannya mengarah kepada wajah Aldo yang saat ini tengah menatap lurus ke arah depan menuju parkiran Rahang tegas, mata sendu, hidung mancung, alis tebal dan bibir yang lumayan tebal membuatnya seketika meneguk ludahnya dengan kasar. 'Kenapa dia terlihat begitu seksi dan tampan jika dari dekat?' batin Ara, 'astagfirullah! Apa yang aku bayangkan? Sadar Ara. Sadar. Kenapa kamu malah membayangkan dia yang tidak-tidak?'Saat sampai di parkiran Aldo menurunkan tubuh Ara, dan wanita itu masih belum sadar jika mereka sudah sampai di dekat mobil."Apa kau akan terus menatapku seperti itu? Iya ... aku tahu kalau aku ini
"Kita mau ngapain ke sini?" tanya Ara memastikan.Aldo tidak menjawab sampai Ara akhirnya berdiri di ambang jembatan, dan saat ini mereka sedang berada di atas jembatan layang dimana menatap kota dan jalanan yang begitu indah."Ayo jawab kanebo kering! Kenapa kita--" ucapan Ara terhenti saat dia membalik badannya dan melihat Aldo sedang berjongkok di hadapannya sambil memegang sebuket bunga mawar.Kedua netra wanita itu membulat, satu tangannya menutup mulut dengan wajah yang begitu sangat terkejut. "Ka-kanebo ke-ring, a-apa yang kau lakukan?" gugup Ara."Entah sejak kapan aku mulai memendam rasa kepadamu. Tapi semakin hari rasa kesal dan benci ku semakin membuatku terus terpikirkan denganmu. Setiap aku menutup mata, entah kenapa wajahmu selalu saja terbayang," ungkap Aldo.Ara menganga, dia benar-benar tidak mengerti dengan ucapan Aldo saat ini. "Apa maksudmu? Kenapa kau berbicara seperti itu?" panik Ara, "hei bangunlah! Kau jangan bersikap seperti ini, tidak enak banyak mobil yang l
"A-aku ... aku ..." Ara tidak bisa menjawab lidahnya seketika menjadi kelu.Ara benar-benar bingung jawaban apa yang harus diberikan, karena ini benar-benar sangat mendadak dan membuatnya terkejut sehingga ia pun tidak bisa menyiapkan jawabannya.Melihat wanita yang ada di hadapannya hanya diam saja, membuat Aldo seketika mendadak menjadi lesu karena dia berpikir mungkin saja Ara akan menolaknya."Aku tahu mungkin ini sangat mendadak untukmu, tapi aku bersungguh-sungguh," ujar Aldo lagi mencoba untuk meyakinkan Ara."Apa kau yakin?" tanya Ara memastikan."Sangat yakin! Jika kau tak percaya belah saja dadaku!""Apa kau bilang? Membelah dadamu? Yang ada kau mati, terus aku tidak jadi nikah, nanti tidak punya anak, tidak bisa membelah duren," celetuk Ara sambil melengos.PLETAK.Aldo malah menyentil kening wanita itu, "dasar. Di otakmu hanya ada belah duren saja. Ternyata kau ini tidak sepolos yang aku pikirkan.""Eeh ... jangan bicara seperti itu. Aku ini masih polos, suci dan ting ting
"Kamu kenapa di sini?" tanya Aisyah saat sudah berada di hadapan wanita itu.Wanita tersebut mendongakkan wajahnya dan dia cukup terkejut saat melihat Aisyah. "Kamu!" kaget wanita itu kemudian dia berdiri."Kamu kenapa ada di sini?" tanya Aisyah kembali, "lalu itu ..." Aisyah menunjuk tas yang berada di samping wanita tersebut.Tanpa menjawab dia langsung memeluk tubuh Aisyah, membuatnya hanya bisa terdiam dan terpaku."Tolong aku! Aku mohon!" pinta wanita tersebut dengan tatapan memelas.Aisyah mengerutkan keningnya, "maksudnya?""Aku diusir oleh kedua orang tuaku, semua fasilitasku diambil, pekerjaanku sudah tidak ada lagi, aku di pecat, dan aku tidak tahu harus ke mana lagi. Aku tidak mempunyai uang sepeserpun, aku tidak mempunyai tempat tinggal, semuanya habis," ujar wanita itu dengan suara yang purau.Aisyah benar-benar tak tega saat melihat wanita yang hampir saja menghancurkan hubungannya dengan Okta kembali hadir. Dia memang merasa takut tapi hati nurani Aisyah merasa iba."A
Acara ijab qobul pun di langsungkan dengan sangat khidmat, membuat semua yang ada di sana menitikan air mata karena haru, apalagi saat kedua pengantin sungkem pada kedua orang tuanya.Aisyah tak kalah bahagianya saat melihat pernikahan kedua sahabatnya. Dia benar- benar beruntung sebab Ara maupun Vita akhirnya bisa menemukan tambatan hati mereka."Sayang, kamu mau makan gak?" tanya Okta sambil duduk di sebelah sang istri."Nggak Bang, aku gak laper," jawab Aish.Tak terasa waktu cepat berlalu, Aisyah sudah pulabg kerumah dan nanti malam ia akan menghadiri pesta pernikahan kedua sahabatnya...."Sayang, kamu udah siap belum?" tanya Okta karena Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam."Sudah Bang. Ayo kita berangkat sekarang nanti kemalaman," jawab Aisyah sambil menggandeng tangan Okta.Mereka berpapasan dengan Kanaya. Aisyah sebenarnya mengajak wanita itu tapi Kanaya menolak sebab dia merasa kurang enak badan.Sesampainya di tempat gedung acara, Aisyah melihat kedua sahabatnya sedang
Pagi ini sesuai dengan ucapan Okta, jika dia tidak akan masuk kerja dan akan menghabiskan waktu bersama dengan Aisyah. Pria itu sudah bersiap-siap dan membuat sang istri merasa heran."Memangnya kita mau ke mana, Bang?" Aisyah menatap lekat ke arah suaminya yang saat ini tengah duduk di sampingnya."Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?" kekeh Okta dengan nada meledek.Mendengar jawaban suaminya Aisyah langsung mencubit tangan Okta dengan gemas. Dia paling tidak menyukai kata-kata seperti itu, karena menurut Aisyah kata-kata itu bukan hal yang baik."Stop mengucapkan kata-kata seperti itu! Aku tidak suka." Aisyah menekuk wajahnya."Loh, memangnya kenapa sayang? Itu kan kata-kata yang lagi viral, seperti bercanda."Aisyah menatap dalam ke arah sang suami kemudian dia pun berkata, "sesuatu yang viral jika hal positif dan untuk kebaikan itu tidak masalah, tapi kata-kata itu un-faedah. Kamu tahu! Banyak di luaran sana anak kecil ditanya orang tuanya, dan jawabannya apa? Kamu nanya? Kamu bertan
Kanaya cukup terkejut saat melihat siapa orang itu, dan dia mendekat ke arah Kanaya. "Kamu sedang apa di sini?" tanyanya."Ini, aku baru saja membeli ketoprak untuk Aisyah." Kanaya menunjukkan 2 bungkus ketoprak yang ada di tangannya.Wanita yang berada di hadapan Kanaya mengangkat satu alisnya. "Kau tidak sedang meracuni Aisyah kan?" Kemudian dia mencengkeram lengan Kanaya, "jika kau berani mengusik Aisyah dan menghancurkan keluarganya, aku tidak akan segan-segan untuk menghancurkan hidupmu, paham!" gertak wanita itu yang tak lain adalah Vita.Dia baru saja pulang dari kantor, akan tetapi tidak sengaja melihat Kanaya yang sedang membeli sesuatu di pinggir jalan. Wanita itu pun berinisiatif untuk menghampirinya.Mendengar ancaman dari Vita membuat Kanaya hanya bisa tersenyum. "Kau sedang mengancamku?" tanyanya dengan nada mengejek."Jika kau menganggap Itu adalah sebuah ancaman." Vita mengangkat kedua bahunya dengan acuh.Sayangnya Kanaya tidak takut, karena memang dia tidak ada niata
Pagi ini Aisyah tidak ingin sarapan, dia masih menginginkan makanan yang semalam. Akan tetapi Okta harus pergi ke kantor pagi-pagi karena ada meeting penting yang harus ia hadiri."Tapi Bang, aku pengen empek-empek. Apa kamu tidak bisa membelikannya terlebih dahulu?" pinta Aisyah dengan tatapan memelas."Maafkan aku sayang, tapi vendor dari Amerika ini tidak bisa aku tunda." Okta mencoba untuk memberi pengertian kepada Aisyah, dia juga tidak bisa mewakilkan kepada asistennya.Mau tidak mau, akhirnya Aisyah pun mengangguk kemudian mereka berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah."Kamu kenapa, kok mukanya ditekuk kayak gitu sih?" tanya Mama Rani saat melihat Aisyah sampai di meja makan."Ini Mah, semalam aku tuh pengen pempek tapi belum kesampaian juga," jawab Aisyah dengan cemberut.Mama Rani mengangguk, "ya sudah, kalau gitu biar nanti mama suruh pelayan buat membelikannya.""Nggak ah Mah, aku udah nggak berselera," ujar Aisyah.Okta yang mendengar itu pun merasa tak enak. Dia tau
"Ya iyalah ... emangnya Aldo nggak bilang sama lo kalau kita bakalan prewedding sama-sama?" jawab Vita sambil menatap ke arah Aldo yang saat ini tengah duduk santai di samping Ara.Seketika wanita itu pun menatap ke arah calon suaminya dan di sana Aldo langsung menganggukkan kepalanya. "Iya, maaf sayang aku lupa semalam tidak bilang sama kamu.""Jadi ini definisi dua sahabat prewedding bersama. Di pelaminan bersama juga. Jangan-jangan nanti malam pertamanya juga bersama," celetuk Ara.Akhirnya mereka pun melakukan foto prewedding di pantai tersebut, hingga setelah jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang mereka berinisiatif untuk menuju sebuah restoran yang ada di pinggir pantai."Sayang sekali ya Aisyah tidak bisa ikut?" tanya Vita."Wajar saja, dia kan lagi hamil. Memangnya kalau nanti terjadi apa-apa dengan kandungannya kamu mau tanggung jawab hah?" Ara menaik turunkan alisnya sambil mencebik kesal."Iya, kan kita ini 3 bestie. Rasanya kalau Aisyah tidak ikut ada yang kurang." Vita
Pagi ini Aisyah sudah bersiap-siap dan dia akan ke rumah sakit untuk USG. Kebetulan Okta juga sudah membuat janji dengan salah satu dokter kandungan di sana."Kalian hati-hati di jalan ya," ujar Mama Rani sambil mengusap kepala Aisyah yang terbaru dengan hijab."Iya Mah," jawab Aisyah kemudian dia mencium tangan mamanya. "Kalau begitu kami pamit dulu ya, assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Selama dalam perjalanan bahkan Okta tidak henti-hentinya mengusap perut Aisyah yang masih rata. Dia benar-benar sangat bahagia karena sebentar lagi mereka akan segera menimang seorang bayi yang sangat lucu."Oh ya sayang, kamu mau anak perempuan atau laki-laki?" tanya Okta kepada Aisyah."Kalau aku sih terserah ya Bang ... sedikasihnya saja sama Allah. Lagi pula, anak itu kan rezeki dan titipan, jadi aku tidak ingin memilih. Apapun yang diberikan oleh Tuhan maka aku akan menerimanya dengan sangat bahagia," tutur Aisyah sambil mengusap perutnya.Okta yang mendengar itu pun langsung mengusap kepala Ai
Aisyah dibaringkan di kasur dan Mama Rani langsung menelpon dokter dari keluarganya. Tak lama dokter pun datang dan langsung memeriksa keadaan Aisyahm"Bagaimana Dok keadaan anak saya? Dia baik-baik aja kan?" tanya papa Agam dengan khawatir."Nona muda baik-baik saja, dan perkiraan saya dia sedang hamil," jawab dokter tersebut."Apa! Hamil?" jawab semua orang yang serempak yang ada di sana dan langsung dibalas anggukan oleh dokter tersebut."Alhamdulillah ya Allah ... akhirnya kita punya cucu lagi Pah!" seru mama Rani dengan bahagia sambil memeluk tubuh suaminya.Okta pun menatap istrinya yang saat ini sudah membuka mata, dia langsung mengecup seluruh wajah Aisyah di hadapan semua orang bahkan tanpa canggung sedikitpun."Terima kasih ya sayang, akhirnya yang kita nantikan akan segera menjadi kenyataan," ujar Okta."Iya Bang," jawab Aisyah tak kalah terharu.Kemudian dokter pun pulang dari sana setelah memberikan vitamin, dan dia menyarankan agar Aisyah besok menuju rumah sakit untuk m
"Bagaimana? Apa kau setuju dengan syarat yang ku ajukan?" Vita menatap miring ke arah Boy.Setelah pria itu membaca dengan seksama tanpa menjawab ucapan Vita, dia langsung menandatangani di atas materai, membuat Vita seketika melongo karena tak menyangka jika Boy akan setuju dengan syarat yang diajukan."Apa! Jadi lo setuju dengan syarat yang gue ajuin? Lo nggak merasa keberatan gitu?" Heran Vita dengan wajah yang masih terkejut.Boy menggelengkan kepalanya dengan tegas, kemudian dia menggenggam kedua tangan Vita dan menatapnya dengan dalam."Aku sudah bilang, aku ini serius. Aku tidak main-main. Dan stop memanggil lo dan gue! Di sini hanya ada kita, jadi cukup aku dan kamu saja. Aku tidak peduli mau kamu meminta mahar berupa perusahaanku juga tidak masalah. Jangankan hanya satu buah rumah yang harganya 1 miliar dengan satu mobil Alphard serta satu set berlian, bahkan semua akan ku berikan padamu sebagai tanda keseriusanku.""Tapi ..." Vita seakan ragu karena menurut dia mahar yang di
Kemudian Aisyah pun membisikkan sesuatu di telinga Vita, sehingga membuat wanita itu akhirnya manggut-manggut."Kalian ini bicara apa sih? Gue nggak dikasih tahu nih?" Ara menekuk wajahnya membuat Aisyah dan Vita seketika terkekeh."Lo nggak usah tahu!" Timpal Vita sambil mengaduk jus yang berada di hadapannya."Pelit banget sih lo. Udah cepetan gue penasaran nih!" desak Ara, kemudian Aisyah pun membisikan apa yang tadi dia katakan kepada Vita."Nah ... kalau itu gue setuju! Lo harus kasih syarat itu pada si playboy cap kakap kelas teri!" seru Ara dengan semangat.Vita tidak menanggapi, kemudian dia pun menegak minuman namun seketika wanita itu menyemburkannya tepat di wajah Ara, membuat wanita tersebut seketika menatapnya dengan tajam."Vita!" tekan Ara dengan mata melotot hampir keluar, seakan dia sedang menatap mangsa yang siap disantapnya. "Lo itu punya mata nggak sih? Ini wajah, bukannya meja. Lo kalau mau nyembur itu bilang dulu. Gue gak butuh Mbah dukun!" gerutu Ara, "gue ini u